Followed Journals
Journal you Follow: 0
 
Sign Up to follow journals, search in your chosen journals and, optionally, receive Email Alerts when new issues of your Followed Journals are published.
Already have an account? Sign In to see the journals you follow.
Similar Journals
Journal Cover
El-Harakah
Number of Followers: 0  

  This is an Open Access Journal Open Access journal
ISSN (Print) 1858-4357
Published by UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Homepage  [16 journals]
  • The Cultural Preaching Values of The Gayo Tradition Melengkan in Aceh

    • Authors: Marhamah Marhamah, Fauzi Fauzi, Rahmad Rahmad
      Pages: 1 - 24
      Abstract: The delivery of Islamic preaching can be effectively conducted through cultural approaches, such as the Gayo tradition of melengkan in Aceh. This tradition involves delivering speeches at wedding ceremonies using metaphorical sentences that embed Islamic messages. It serves as a valuable means of preaching and merits preservation. However, the tradition faces challenges due to the declining number of people skilled in the art of melengkan. It is hoped that local government policies will support training the next generation in the art of melengkan to prevent this tradition from becoming extinct. This research aims to analyze the forms and preaching values within the tradition, employing a descriptive qualitative research method. Data collection is conducted through interviews with key informants, including performers of melengkan, traditional leaders, and community figures from the Gayo community. Observations of traditional wedding ceremonies and analysis of melengkan speech texts are supplemented with other literature. The research findings indicate that the cultural preaching messages in melengkan include informative, persuasive, and coercive types. The values embodied within these messages encompass beliefs, worship or Sharia, and morality. Further studies could explore broader applications of cultural preaching values in multicultural settings worldwide, offering a model for other regions with similar cultural and religious dynamics. Penyampaian dakwah Islam dapat dilakukan secara efektif melalui pendekatan budaya, seperti tradisi melengkan di Aceh. Tradisi ini melibatkan penyampaian pidato dalam upacara pernikahan menggunakan kalimat metaforis yang menyertakan pesan-pesan Islam. Ini merupakan sarana berharga untuk berdakwah dan layak untuk dilestarikan. Namun, tradisi ini menghadapi tantangan karena menurunnya jumlah orang yang terampil dalam seni melengkan. Diharapkan kebijakan pemerintah daerah akan mendukung pelatihan generasi berikutnya dalam seni melengkan untuk mencegah kepunahan tradisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan nilai-nilai dakwah dalam tradisi tersebut, menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan informan kunci, termasuk pelaku melengkan, pemimpin tradisional, dan tokoh masyarakat dari komunitas Gayo. Observasi upacara pernikahan tradisional dan analisis teks pidato melengkan dilengkapi dengan literatur lainnya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pesan dakwah budaya dalam melengkan mencakup tipe informatif, persuasif, dan koersif. Nilai-nilai yang terkandung dalam pesan-pesan ini mencakup kepercayaan, ibadah atau Syariah, dan moral. Studi lanjutan bisa mengeksplorasi aplikasi luas nilai-nilai dakwah budaya di lingkungan multikultural di seluruh dunia, menawarkan model untuk wilayah lain dengan dinamika budaya dan agama yang serupa.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.26447
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • Tradition and Transformation: Islamic influence on animal slaughter in
           Padang Bolak funeral customs

    • Authors: Ilham Ramadan Siregar, Mahmoud Ali Rababah, Amiruddin Amiruddin, Akhyar Akhyar, Sri Wahyuni Hasibuan
      First page: 25
      Abstract: This research aims to describe the acculturation of Islam and local culture in the tradition of animal slaughter at funeral ceremonies preserved by the Padang Bolak community, as part of the religious system reflecting the community's understanding of the Hadith. This study is a field study employing a qualitative method within the framework of living Hadith theory. The research findings indicate that this tradition of animal slaughter at funeral ceremonies in the community is motivated by several factors, including efforts to preserve customs and culture, as an act of devotion to parents, the deceased's will to conduct an animal slaughter before passing away, to honor guests, maintain the good name of the deceased parents within the community, as an expression of love for parents, and the belief that the merits of charity performed on that day will benefit the deceased. In Islamic legal studies, this tradition is fundamentally contradictory to Islamic teachings in all its processes and requirements. The acculturation of Islam with this tradition has led to modifications that eliminate elements conflicting with Islamic teachings. Further studies are needed on how such modifications can aid in understanding and potentially guiding the process of cultural adaptation in other Islamic communities. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan akulturasi Islam dan budaya lokal dalam tradisi penyembelihan hewan pada upacara pemakaman yang dipertahankan oleh komunitas Padang Bolak, sebagai bagian dari sistem religius yang mencerminkan pemahaman masyarakat tentang Hadits. Studi ini adalah studi lapangan yang menggunakan metode kualitatif dalam kerangka teori Hadits hidup. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tradisi penyembelihan hewan pada upacara pemakaman di komunitas tersebut didorong oleh beberapa faktor, termasuk upaya untuk melestarikan adat dan budaya, sebagai tindakan pengabdian kepada orang tua, keinginan almarhum untuk melakukan penyembelihan hewan sebelum meninggal, untuk menghormati tamu, mempertahankan nama baik orang tua yang telah meninggal di dalam komunitas, sebagai ungkapan cinta kepada orang tua, dan keyakinan bahwa pahala amal yang dilakukan pada hari itu akan menguntungkan almarhum. Dalam studi hukum Islam, tradisi ini secara mendasar bertentangan dengan ajaran Islam dalam semua proses dan persyaratannya. Akulturasi Islam dengan tradisi ini telah mengarah pada modifikasi yang menghilangkan elemen-elemen yang bertentangan dengan ajaran Islam. Studi lebih lanjut diperlukan tentang bagaimana modifikasi tersebut dapat membantu dalam memahami dan berpotensi mengarahkan proses adaptasi budaya di komunitas Islam lainnya.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.26545
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • Islamic Music and Local Identity of Sundanese Ethnicity

    • Authors: Amin Tohari
      First page: 47
      Abstract: Derived from the dimension of locality, terebang merges Sundanese ethnic and Islamic elements into a distinctive music genre. This article explores the forms of the Sundanese Islamic musical genre and how this genre is utilized at Islamic ritual events and on the urban stage. With the involvement of cultural activists supporting the Candralijaya band, this research also examines the challenges and criticisms from various groups concerning the integration of ethnicity and Islam. Based on an ethnographic expedition in Tasikmalaya, West Java, the findings reveal a unique significance in this genre that is not evident in other parts of Indonesia or the Muslim world, such as in the Middle East and Pakistan. This study highlights the importance of expressing 'Sundanese-Islamic feelings' through musical performance art. It argues that this music genre embodies a vernacular meaning born from two distinct origins, yet it has created a distinctive genre. This confirms that both sources maintain specific boundaries, each with its own unique 'flavors.' Future studies could explore how these musical performances can foster intercultural dialogue and understanding in diverse societies, potentially serving as a bridge between different religious and ethnic communities. Berawal dari dimensi lokalitas, terebang menggabungkan elemen-etnik Sunda dan Islam menjadi genre musik yang khas. Artikel ini mengeksplorasi bentuk-bentuk genre musik Islam Sunda dan bagaimana genre ini digunakan dalam acara ritual Islam dan di panggung urban. Dengan keterlibatan aktivis budaya yang mendukung band Candralijaya, penelitian ini juga mengkaji tantangan dan kritik dari berbagai kelompok mengenai integrasi etnisitas dan Islam. Berdasarkan ekspedisi etnografi di Tasikmalaya, Jawa Barat, temuan ini mengungkapkan sebuah keunikan dalam genre ini yang tidak terlihat di bagian lain Indonesia atau dunia Muslim, seperti di Timur Tengah dan Pakistan. Studi ini menyoroti pentingnya mengekspresikan 'perasaan Islam-Sunda' melalui seni pertunjukan musikal. Argumennya adalah bahwa genre musik ini mengandung makna vernakular yang berasal dari dua sumber berbeda, namun telah menciptakan genre yang berbeda. Ini membenarkan bahwa kedua sumber tersebut mempertahankan batas-batas tertentu, masing-masing dengan 'rasa' uniknya sendiri. Studi mendatang dapat mengeksplorasi bagaimana pertunjukan musik ini dapat mendorong dialog dan pemahaman lintas budaya dalam masyarakat yang beragam, berpotensi menjadi jembatan antara komunitas agama dan etnik yang berbeda.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.26327
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • The Implications of Sufism Akhlaqi to Strengthen The Noble Morals of
           Indonesian Students

    • Authors: Fahrudin Fahrudin, Mohammad Rindu Fajar Islamy, Achmad Faqihuddin, Muhamad Parhan, Kamaludin Kamaludin
      First page: 74
      Abstract: The world of education today faces a variety of complex and diverse challenges. One significant challenge is the shift towards the industrial era 4.0, which potentially negatively impacts student morals. This study explores the concept of Sufism akhlaqi as proposed by experts and its implications for teaching Islamic Religious Education (IRE) at a university in Indonesia, aiming to strengthen students' noble morals. The research employs a qualitative approach, utilizing a descriptive-analytical method through literature review. The findings of this study indicate that: (1) Sufism akhlaqi emphasizes the purification of the soul to strengthen students' noble character; (2) The implications of the Sufism akhlaqi concept for IRE teaching support the instructional objectives of fostering faith and piety in students, while also focusing on promoting noble morals. IRE learning materials should integrate the values of Sufism akhlaqi in each relevant subject, and lecturers must serve as role models of noble morals. Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dan beragam. Salah satu tantangan yang cukup besar adalah peralihan menuju era industri 4.0 yang berpotensi memberikan dampak negatif terhadap moral mahasiswa. Penelitian ini mendalami konsep tasawuf akhlaqi yang dikemukakan oleh para ahli dan implikasinya dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam (IRE) di salah satu universitas di Indonesia, yang bertujuan untuk memantapkan akhlak mulia mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitis melalui tinjauan pustaka. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tasawuf akhlaqi menekankan pada penyucian jiwa untuk memperkuat akhlak mulia peserta didik; (2) Implikasi konsep tasawuf akhlaqi terhadap pengajaran IRE mendukung tujuan pembelajaran untuk menumbuhkan keimanan dan ketakwaan pada peserta didik, sekaligus fokus pada peningkatan akhlak mulia. Materi pembelajaran IRE hendaknya mengintegrasikan nilai-nilai tasawuf akhlaqi pada setiap mata pelajaran yang relevan, dan dosen harus menjadi teladan akhlak mulia.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.26192
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • Acculturation of Islam in Kabumi Cultural Tradition of Lebuawu Village
           Jepara

    • Authors: Muchammad Ulin Nuha
      First page: 94
      Abstract: This study examines the acculturation of Islam in the implementation of the Kabumi tradition in Lebuawu Village, Pecangaan District, Jepara Regency, Central Java. It employed a qualitative descriptive method to describe the cultural facts surrounding the traditional Kabumi celebration. The findings show that the Kabumi tradition has become a traditional celebration as a form of gratitude by the people of Lebuawu Village to the Creator for allowing them to live on Earth by His grace. They heavily rely on the earth to grow crops, obtain food and drink, and carry out other activities. As a result, they perform earth alms as a way to express their gratitude to the earth. Additionally, the alms to the earth also represent a form of gratitude for the salvation and sustenance received by the community, and are believed to bring protection to their fields, ensuring abundant harvests. The acculturation of Islam in the implementation of Kabumi also teaches the community to always maintain an attitude of tolerance among people of different religions, as this acculturation preserves local traditions that characterize this custom. Penelitian ini mengkaji tentang akulturasi Islam dalam pelaksanaan tradisi Kabumi di Desa Lebuawu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan fakta budaya seputar perayaan adat Kabumi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tradisi Kabumi telah menjadi perayaan adat sebagai wujud rasa syukur masyarakat Desa Lebuawu kepada Sang Pencipta yang telah mengizinkan mereka hidup di bumi atas karunia-Nya. Mereka sangat bergantung pada bumi untuk bercocok tanam, memperoleh makanan dan minuman, serta melakukan aktivitas lainnya. Oleh karena itu, mereka melakukan sedekah bumi sebagai wujud rasa syukurnya terhadap bumi. Selain itu, sedekah bumi juga merupakan wujud rasa syukur atas keselamatan dan rezeki yang diterima masyarakat, serta dipercaya dapat memberikan perlindungan pada ladangnya dan menjamin hasil panen yang melimpah. Akulturasi Islam dalam pelaksanaan Kabumi juga mengajarkan masyarakat untuk selalu menjaga sikap toleransi antar umat yang berbeda agama, karena akulturasi ini melestarikan tradisi lokal yang menjadi ciri adat tersebut.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.25526
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • Religion, Local Wisdom, and Power of The Madurese Society: Islamic
           Perspective and Social Theory

    • Authors: Mohammad Takdir, Roibin Roibin, Umi Sumbulah
      First page: 113
      Abstract: This research aims to elucidate the relationship between religion, local wisdom, and power relations in the dynamics of Madurese community life from an Islamic perspective, religious scripture texts, and social theory. The research employs qualitative methods focusing on the Madura community as a distinct ethnic group in conducting social interactions and identifying language expressions that symbolize everyday peace. This study employs various data collection methods, including observation, interviews, and documentation. A thorough examination of the dynamics of religion, traditional knowledge, and power dynamics within the Madurese community serves as the data analysis technique employed in this study. By focusing on ontological and epistemological issues, this research utilizes social theory and an Islamic viewpoint to conceptually explain the study of religion, local wisdom, and power relations. The findings show that the Madurese people are known for their unwavering commitment to togetherness, balance, peace, and harmony. This is reflected in 'rampak naong bringen korong,' a concept of local wisdom that represents their deeply ingrained cultural values and moderate religious teachings. These insights hold implications for further studies in exploring the practical applications of local wisdom in promoting social cohesion, governance effectiveness, and community well-being. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara agama, kearifan lokal, dan hubungan kekuasaan dalam dinamika kehidupan masyarakat Madura dari perspektif Islam, teks-teks agama, dan teori sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada komunitas Madura sebagai kelompok etnis yang berbeda dalam melakukan interaksi sosial dan mengidentifikasi ekspresi bahasa yang melambangkan perdamaian sehari-hari. Studi ini menggunakan berbagai metode pengumpulan data, termasuk observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemeriksaan menyeluruh terhadap dinamika agama, pengetahuan tradisional, dan dinamika kekuasaan dalam komunitas Madura berfungsi sebagai teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan memfokuskan pada isu ontologis dan epistemologis, penelitian ini menggunakan teori sosial dan sudut pandang Islam untuk menjelaskan secara konseptual studi tentang agama, kearifan lokal, dan hubungan kekuasaan. Temuan menunjukkan bahwa masyarakat Madura dikenal karena komitmennya yang teguh terhadap kebersamaan, keseimbangan, perdamaian, dan harmoni. Hal ini tercermin dalam 'rampak naong bringen korong,' sebuah konsep kearifan lokal yang mewakili nilai-nilai budaya mereka yang sangat tertanam dan ajaran agama yang moderat. Temuan ini memiliki implikasi untuk penelitian lebih lanjut dalam mengeksplorasi aplikasi praktis kearifan lokal dalam mempromosikan kohesi sosial, efektivitas tata kelola, dan kesejahteraan masyarakat.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.25398
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • Patriarchy and Paternalistic Culture of Religious Leader Deification
           Causing Sexual Harassment in Islamic Educational Institutions

    • Authors: Abd Razak, Nuraini Nuraini, Rahmad Syah Putra, Rahmat Kurniawan
      First page: 139
      Abstract: The rise of sexual harassment perpetrated by religious figures in Islamic educational institutions has raised doubts about the role and objectives of these institutions in Aceh. This research aims to determine how sexual harassment is influenced by religious culture and the impact of such cases on the image of Islamic educational institutions. It is qualitative-descriptive in nature. Data were collected using observation, interviews, and documentation instruments. Meanwhile, data analysis was carried out using descriptive analysis. The results show that cult-like practices contribute to sexual harassment in Islamic educational institutions as part of the religious culture within these institutions. The strength of these cult practices, as part of the religious culture, is intertwined with the role of patriarchal culture and paternalistic leadership deeply rooted in society. This harassment occurs through the abuse of religious dogma, such as the method of transferring metaphysical knowledge. With the continued increase in cases of sexual harassment within Islamic educational institutions, parents have grown doubtful about the educational process in institutions run by religious figures, leading them to prefer general educational institutions instead. This finding is helpful for understanding the causes and methods of preventing the recurrence of sexual harassment in Islamic educational institutions. Maraknya pelecehan seksual yang dilakukan oleh tokoh agama di lembaga pendidikan Islam telah menimbulkan keraguan tentang peran dan tujuan lembaga-lembaga tersebut di Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bagaimana pelecehan seksual dipengaruhi oleh budaya agama dan dampak kasus-kasus tersebut terhadap citra lembaga pendidikan Islam. Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif. Data dikumpulkan menggunakan instrumen observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara itu, analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik-praktik seperti sekte berkontribusi terhadap pelecehan seksual di lembaga pendidikan Islam sebagai bagian dari budaya agama dalam lembaga-lembaga tersebut. Kekuatan praktik-praktik sekte ini, sebagai bagian dari budaya agama, terkait erat dengan peran budaya patriarki dan kepemimpinan paternalistik yang sangat tertanam dalam masyarakat. Pelecehan ini terjadi melalui penyalahgunaan dogma agama, seperti metode transfer pengetahuan metafisik. Dengan terus meningkatnya kasus pelecehan seksual di lembaga pendidikan Islam, orang tua semakin meragukan proses pendidikan di lembaga-lembaga yang dijalankan oleh tokoh agama, sehingga mereka cenderung memilih lembaga pendidikan umum. Temuan ini berguna untuk memahami penyebab dan metode pencegahan berulangnya pelecehan seksual di lembaga pendidikan Islam.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.26215
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • How Humanitarian Islam Fosters Peace: The perspective of Nahdlatul Ulama

    • Authors: Basma Tania, Tutut Chusniyah, Kukuh Setyo Pambudi, Syauqi Arinal Haqq
      First page: 171
      Abstract: This paper explores the perspective of Nahdlatul Ulama (NU), the largest Islamic organization in Indonesia, on the relationship between Islam and citizenship, and how its Humanitarian Islam initiative fosters peace and harmony among Muslims and non-Muslims. Using a literature review method, it examines the historical and conceptual background of Islam and citizenship and their relevance and implications in the context of Indonesia. It argues that NU and Humanitarian Islam view Islam and citizenship as compatible and mutually beneficial, based on the Islamic values and principles that are in line with the ideals and norms of citizenship. It also analyzes the main features and achievements of NU and Humanitarian Islam in promoting and practicing Islam and citizenship in Indonesia and beyond, such as their role in countering extremism, advancing democracy, and enhancing social justice. It discusses the challenges and opportunities that NU and Humanitarian Islam encounter in the contemporary world, such as the rise of Islamophobia, the impact of globalization, and the need for interfaith dialogue. It concludes that NU and Humanitarian Islam can serve as a model and a catalyst for the Muslim world and humanity at large, to foster a more peaceful, tolerant, and inclusive society. Makalah ini mengeksplorasi perspektif Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, mengenai hubungan antara Islam dan kewarganegaraan, serta bagaimana inisiatif Islam Humanitarian mereka mempromosikan perdamaian dan harmoni di antara umat Muslim dan non-Muslim. Dengan menggunakan metode tinjauan literatur, makalah ini mengkaji latar belakang historis dan konseptual Islam dan kewarganegaraan serta relevansi dan implikasinya dalam konteks Indonesia. Makalah ini berargumen bahwa NU dan Islam Humanitarian memandang Islam dan kewarganegaraan sebagai hal yang kompatibel dan saling menguntungkan, berdasarkan nilai dan prinsip Islam yang selaras dengan ide dan norma kewarganegaraan. Makalah ini juga menganalisis fitur utama dan pencapaian NU dan Islam Humanitarian dalam mempromosikan dan mempraktikkan Islam dan kewarganegaraan di Indonesia dan lebih luas, seperti peran mereka dalam menangkal ekstremisme, memajukan demokrasi, dan meningkatkan keadilan sosial. Selanjutnya, makalah ini membahas tantangan dan peluang yang dihadapi NU dan Islam Humanitarian di dunia kontemporer, seperti munculnya Islamofobia, dampak globalisasi, dan kebutuhan akan dialog antariman. Makalah ini menyimpulkan bahwa NU dan Islam Humanitarian dapat berfungsi sebagai model dan katalisator bagi dunia Muslim dan umat manusia secara luas, untuk membina masyarakat yang lebih damai, toleran, dan inklusif.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.26592
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
  • Laseman Hand-Drawn Batik Motifs and Socio-Religious Life Patterns of The
           Lasem Community

    • Authors: Muhammad Jaeni, Nunung Hidayati, Saliha Idris
      First page: 204
      Abstract: Various Lasem batik motifs have been widely researched in Indonesia, but no one has researched the Lasem batik motifs using social semiotic analysis. The research aims to determine the meaning of Lasem batik motifs using a social semiotic analysis approach, understand the function of Lasem batik patterns and motifs, and determine their influence on the social life of the Lasem community. The approach used in this research is qualitative. The data collection methods used are observation, documentation, and in-depth interviews. The data analysis used in this research uses two types of analysis, namely content analysis and descriptive analysis. The results of the research explain that there are several meanings contained in Lasem's batik motifs, such as the meaning of togetherness, prosperity, caring, sincerity (not giving up), spreading goodness, rejecting evil, patience (holding back anger), and seriousness in living life. The use of batik is the style of the people who own it. Laseman Batik has experienced a shift in meaning and function. The transmission of values and meanings of batik motifs continues to be instilled in the community so that they become shared knowledge and can have implications for people's attitudes and behaviors among partners. Ragam motif batik Lasem telah banyak diteliti di Indonesia, namun belum ada yang meneliti motif batik Lasem ini dengan analisis semiotic social. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pemaknaan motif batik Lasem dengan pendekatan analisis semiotic social, memahami fungsi corak dan motif batik Lasem serta mengetahui pengaruhnya terhadap kehidupan social masyarakat Lasem. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan atau observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis isi dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Terdapat beberapa makna yang terkandung dalam motif-motif batik tulis Lasem, seperti: makna kebersamaan, kesejahteraan, kepedulian, kesungguhan (tidak putus asa), menyebar kebaikan, tolak bala, sabar (Menahan amarah), kesungguhan menjalani kehidupan. Penggunaan batik merupakan style masyarakat sebagai pemiliknya. Batik Laseman telah mengalami pergeseran makna dan fungsi. Transmisi nilai-nilai dan makna motif batik terus ditanamkan kepada masyarakat agar menjadi pengetahuan bersama dan pada gilirannya dapat berimplikasi kepada sikap dan perilaku masyarakat.
      PubDate: 2024-06-06
      DOI: 10.18860/eh.v26i1.26617
      Issue No: Vol. 26, No. 1 (2024)
       
 
JournalTOCs
School of Mathematical and Computer Sciences
Heriot-Watt University
Edinburgh, EH14 4AS, UK
Email: journaltocs@hw.ac.uk
Tel: +00 44 (0)131 4513762
 


Your IP address: 18.97.14.84
 
Home (Search)
API
About JournalTOCs
News (blog, publications)
JournalTOCs on Twitter   JournalTOCs on Facebook

JournalTOCs © 2009-