|
|
- Cover, Editorial Board, Daftar Isi
Authors: I Wayan Batan Abstract: Cover, Editorial Board, Indeks, dan Daftar Isi PubDate: 2023-08-21
- Deteksi Gen Resistan Kuinolon qnrA, qnrB, dan qnrS pada Escherichia Coli
Patogen Resistan Kuinolon dari Ayam Petelur Authors: Maria Fatima Palupi, Siti Khomariyah, Nurhidayah Nurhidayah, Anna Miftahuhul Jannah Nurrohmani, Novida Ariyani, Indriyana Indriyana Pages: 1 - 12 Abstract: Resistansi antibiotik merupakan ancaman global yang sangat nyata. Salah satu penyebab meningkatnya kasus resistansi pada manusia adalah penyebaran bakteri ataupun materi genetik resistan dari hewan ke manusia. Penyebaran materi genetik resistan melalui plasmid semakin meningkatkan risiko penyebaran resistansi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi gen resistan kuinolon yang berada dalam plasmid yaitu qnrA, qnrB, dan qnrS pada Escherichia coli. Isolat yang digunakan adalah 74 isolat Escherichia coli patogen resistan kuinolon arsip Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) yang diisolasi dari usap kloaka ayam petelur pada tahun 2022. Arsip bakteri E. coli yang digunakan adalah patogen serta resistan terhadap salah satu atau lebih antibiotik kuinolon yaitu siprofloksasin, enrofloksasin, norfloksasin, flumekuin, dan marbofloksasin. Uji deteksi gen diuji qnrA, qnrB, dan qnrS dilakukan dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Berdasarkan hasil uji PCR, didapatkan 32 isolat (42,24%) memiliki gen qnrA, 5 isolat (6,76%) memiliki gen qnrB, 25 isolat (33,78%) memiliki gen qnrS, 5 isolat (6,76%) memiliki gen qnrA serta qnrB, 2 isolat (2,70%) memiliki gen qnrA serta qnrS, dan 5 isolat (6,76%) memiliki gen qnrB serta qnrS. Hasil uji ini menunjukkan bahwa semua isolat E. coli yang diuji memiliki minimal satu jenis gen resistan kuinolon yang terdapat dalam plasmid. Keberadaan gen resistan dalam plasmid di E. coli asal hewan produksi menunjukkan bahwa risiko penyebaran sifat resistansi kuinolon di peternakan ayam petelur cukup tinggi. PubDate: 2023-03-31 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.2.4.1.1
- Keanekaragaman Jenis Serangga Pengganggu Pada Pengolahan Ikan Asin di
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan Authors: Andi Atikah Khairana, Susi Soviana, Supriyono Supriyono Pages: 13 - 21 Abstract: Ikan asin merupakan produk olahan ikan dengan pemberian garam. Pengolahan ikan asin yang dilakukan secara tradisional dengan penjemuran di ruang terbuka menyebabkan banyak serangga yang hinggap dan menimbulkan kontaminasi serta kerusakan produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman jenis serangga pengganggu pada pengolahan ikan asin, mengukur kelimpahan nisbi dan dominasinya. Koleksi sampel dilakukan menggunakan tangguk serangga untuk serangga terbang, dan secara manual dilakukan pada permukaan ikan dengan menggunakan pinset atau kapas bertangkai yang telah dibasahi alkohol. Berdasarkan hasil koleksi dengan menggunakan tangguk serangga didapatkan 223 individu lalat. Serangga terbang yang ditemukan pada proses penjemuran ikan asin adalah 2 jenis lalat hijau (Calliphoridae) yaitu Chrysomya megacephala dan C. rufifacies, 2 jenis lalat rumah (Muscidae) yakni Musca domestica dan M. conducens serta satu jenis lalat daging Sarcophaga haemorrhoidalis. Selain itu, terdapat satu jenis tungau Lardolypus spp. Kelimpahan nisbi tertinggi adalah C. megacephala (51,12%) diikuti M. domestica (31,83%), M. conduncens (6,27%) C. rufifacies (5,85%), dan S. haemorrhoidalis (4,93%). Kata-kata kunci: ikan asin; serangga pengganggu, lalat. PubDate: 2023-08-18 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.13
- THE Peramalan Produksi Telur Itik di Provinsi Aceh dengan Pendekatan
Autoregressive Integrated Moving Average Authors: Fadhlan Zuhdi, Diana Nurjanah, Fawwa Rahly First page: 22 Abstract: Telur dari berbagai spesies unggas menjadi salah satu sumber nutrisi yang baik bagi manusia. Secara global, permintaan daging dan telur itik di negara-negara Asia dilaporkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia, tingginya permintaan telur itik juga terjadi, salah satunya terjadi di Provinsi Aceh yang diperkuat dengan berbagai kegiatan dan tradisi keagamaan. Namun demikian, produksi telur itik masih rendah dan berfluktuasi. Dalam tulisan ini dilakukan analisis dan peramalan dengan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) untuk mengetahui bagaimana kecenderungan produksi telur itik di Provinsi Aceh dalam lima tahun mendatang. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data sekunder dengan desain penelitian deskriptif time series dalam kurun waktu 20 tahun (2000-2020) yang dihimpun dari Badan Pusat Statistika (BPS) melalui metode forecasting ARIMA. Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa akan terus terjadi penurunan kuantitas produksi telur itik di Provinsi Aceh setiap tahunnya dengan rata-rata penurunan sebesar 8.03 %. Namun demikian dimungkinkan bahwa produksi telur itik di Provinsi Aceh mengalami peningkatan karena memiliki nilai batas atas hingga 9.094 ton pada tahun 2025 atau memiliki selisih sebesar 1.361 ton dibandingkan tahun 2020. Berbagai faktor tunggal dan gabungan mungkin dapat berpengaruh terhadap penurunan produksi telur itik di Provinsi Aceh di antaranya faktor genetik, manajemen pemeliharaan dan manajemen kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang komprehensif antara pihak terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Aceh, Kementerian Pertanian serta stakeholder lain yang terkait untuk mengetahui faktor risiko apakah yang paling berpengaruh serta merencanakan program pencegahan dan pengendalian yang baik dan berkesinambungan. PubDate: 2023-08-18 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.22
- Hematologi dan Biokimia Darah Babi yang Diberi Pakan Limbah Ubi Jalar Ungu
Authors: I Gede Mahardika, Luh Dewi Anggreni, Nyoman Sadra Dharmawan Pages: 32 - 39 Abstract: Babi adalah spesies hewan yang mudah beradaptasi dan berkembang pesat sehingga banyak dipelihara dan dikembangkan. Kebanyakan peternakan babi di Bali dilakukan secara sederhana dan tradisional. Kondisi ini perlu didukung, diantaranya dengan pemanfaatan pakan yang bersumber dari limbah tanaman. Salah satu limbah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data hematologi dan biokimia darah babi yang diberi pakan bersumber limbah ubi jalar ungu. Parameter hematologi yang diperiksa meliputi eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit, leukosit dan diferensial leukosit. Pemeriksaan dilakukan menggunakan mesin otomatis Hematology Analyzer Sysmex XS-800i. Pemeriksaan biokimia darah meliputi protein, kolesterol, trigliserida, dan glukosa, menggunakan alat Photometer 5010 V5+. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hematologi dan biokimia darah babi pada perlakuan A yaitu kelompok babi kontrol yang diberi pakan standar, tanpa limbah ubi jalar ungu; perlakuan B yaitu kelompok babi yang diberi pakan standar dengan tambahan limbah ubi jalar ungu 7,5%; dan perlakuan C yaitu kelompok babi yang diberi pakan standar dengan tambahan limbah ubi jalar ungu 15%, semuanya masih berada pada rentang rujukan nilai normal. Hal ini membuktikan bahwa pemberian pakan limbah ubi jalar ungu 7,5% dan 15% tidak berpengaruh terhadap parameter hematologi dan biokimia darah yang diukur. PubDate: 2023-08-18 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.32
- Penambahan Bobot Badan dan Morfometrik Kalong Hitam (Pteropus alecto) pada
Umur yang Berbeda Authors: Tiltje Andretha Ransaleleh, F. M. M. Bapuli, S. C. Rimbing, Martha Kawatu, Indyah Wahyuni First page: 40 Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan bobot badan dan morfometri anak kalong/kelelawar Pteropus alecto pada umur yang berbeda. Anak kelelawar dilahirkan oleh induk yang telah dipelihara dalam kandang sejak tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi. Pengambilan data konsumsi pakan dilakukan setiap hari, penimbangan bobot badan dan morfometri dilakukan seminggu sekali. Lama pengambilan data 98 hari (14 minggu/3,5 bulan). Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis secara deskrptif. Variabel yang diukur yaitu jumlah konsumsi buah, penambahan bobot badan dan morfometri. Hasil yang diperoleh untuk jumlah konsumsi buah P. alecto 1, 2 dan 3 secara berurutan yaitu 102.91 g/hari, 139.54 g/hari, 181.07 g/hari. Persentase konsumsi buah pepaya, pisang dan mangga secara berurutan yaitu P. alecto 1 sebesar 50,97%., 29,65%., 19,38%. P. alecto 2 sebesar 61,02%., 24,39%., 14,59%., dan P. alecto 3 sebesar 58,63%., 32,66%., 8,71%. Penambahan bobot badan masing masing sebesar 0.40 g/hari, 0.56 g/hari, dan 0.85g/hari. Penambahan ukuran morfometri kelelawar P. alecto 1 untuk panjang tubuh total, panjang badan, panjang kepala, panjang telinga, panjang lengan bawah sayap, panjang tibia dan lebar bentangan sayap secara berurutan sebesar 0,11 mm/hari., 0,08 mm/hari., 0,03 mm/hari., 0.02 mm/hari., 0,06 mm/hari., 0.03 mm/hari., 0,007mm/hari, P. alecto 2 sebesar 0.13 mm/hari, 0.04 mm/hari, 0.06 mm/hari, 0.02 mm/hari, 0.08 mm/hari, 0.04 mm/hari dan 0,12 mm/hari dan P. alecto 3 sebesar 0.33 mm/hari, 0.29 mm/hari, 0.04 mm/hari, 0.03 mm/hari, 0.15 mm/hari, 0.06 mm/hari dan 0.31 mm/hari. Berdasarkan pada penambahan bobot badan dan morfometri maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan penambahan bobot badan, ukuran morfometri dan konsumsi kelelawar disebabkan oleh umur yang berbeda, dan penambahan bobot badan dan morfometri yang besar terjadi pada kelelawar P. alecto yang berumur dari 4,4 bulan hingga 7,7 bulan. PubDate: 2023-08-18 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.40
- The Perbedaan Morfologi dan Ekspresi Dazl dan Vasa pada Sel Germinal Fetus
dan Anak Mencit Jantan Authors: Wahono Esti, Ni Wayan Kurniani Karja, Mokhamad Fahrudin, Kusdiantoro Mohamad, Srihadi Agungpriyono Pages: 49 - 54 Abstract: Sel germinal merupakan salah satu sumber sel yang masih bersifat totipotensi dan berperan dalam pembentukan organisme baru. Morfologi dan ekspresi protein pada sel germinal bersifat dinamis bergantung pada umur dan tahap perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan morfologi dan ekspresi protein sebagai marka sel germinal jantan pada fetus umur 13,5 hari pascakawin (days post coital/ dpc) dan anak mencit umur lima hari pascalahir. Hasil Rigi kelamin dan testis diisolasi dari mencit umur 13,5 dpc dan 5 hari. Jaringan kemudian dipreparasi histologi rutin, dan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilineosin (HE), sedangkan untuk mengidentifikasi keberadaan protein Dazl, Vasa dan Oct4, jaringan diwarnai dengan pewarnaan imunohistokimia menunjukkan morfologi sel germinal jantan pada fetus mencit umur 13,5 dpc dan anak mencit umur lima hari pascalahir sama-sama berbentuk bulat oval. Namun, sel germinal jantan pada mencit umur lima hari pascalahir berukuran lebih besar, jumlah yang lebih sedikit dan terletak jauh dari membran basal. Pada sel germinal jantan umur 13,5 dpc menunjukkan positif lemah terhadap antibodi Oct 4 dan DAZL serta positif kuat terhadap antibodi Vasa. Pada umur lima hari, sel germinal jantan menunjukkan positif kuat terhadap antibodi Oct-4 dan DAZL, serta positif lemah terhadap antibodi Vasa. Simpulan dari penelitian ini adalah morfologi dan ekspresi marka sel germinal dipengaruhi oleh tahapan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel germinal. Vasa dapat digunakan sebagai marka untuk sel germinal umur 13,5 dpc dan DAZL sebagai marka untuk sel germinal umur lima hari pascalahir. PubDate: 2023-08-18 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.49
- Description of Gastric Acidity (pH) with Simple Method in
Lipopolysaccharide Induced Mice Authors: Anna Surgean Veterini, Bambang Wahjuprajitno, Nancy Margarita Rehatta, Heni Rachmawati, Subijanto Marto Soedarmo, I Ketut Sudiana, Widodo Jatim P, Annis Catur Adi, Rachmad Suhanda, Sarmanu Sarmanu, Widjiati Widjiati Pages: 55 - 62 Abstract: The gastrointestinal acidity/pH can considerably influence the stability and absorption of oral medications. As a result, understanding the circumstances for drug delivery requires knowledge of gastrointestinal pH. Mice injected with lipopolysaccharide (LPS) are used in the most well-studied animal models of sepsis. However, information on gastrointestinal pH in sepsis mice is still insufficient. This study was conducted to identify gastric pH values in mice induced by lipopolysaccharide. The LPS was injected intraperitoneally as well as 0.9% NaCl as control groups. Treated groups (LPS) consisted of four groups and the control group (0.9% NaCl) consisted of four groups. Ten mice were used in each group. Gastric pH measurement was conducted using pH meter Lutron PH-201. Based on this study, the factors that influenced gastric pH in sepsis animal models were the LPS doses and the time after LPS injection. The results of gastric pH measurement in sepsis mice did not show a decrease in the pH compared to the normal conditions. The dose of LPS significantly influences the gastric pH change. PubDate: 2023-08-21 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.55
- Black Cumin Seed Extract Decrease Motility and Shortening Mortality Time
of Ascaridia galli Worm In Vitro Authors: Henni Vanda, Ahmad Khairi Abadi, Muhammad Hambal, Farida Athaillah, Wahyu Eka Sari, Frengki Frengki, Daniel Daniel Pages: 63 - 58 Abstract: Ascaridiasis caused by roundworm Ascaridia galli is one of important diseases in poultry industry in Indonesia. This disease can affect economic losses in the form of death, growth retardation, reduced egg production as well as trigger for secondary viral or bacteria infections. Control of this nematode requires a good strategy to avoid the risk of anthelmintic resistance, one of which is the use of herbal medicine such as black cumin seed (Nigella sativa). This study was aimed to determine the level of motility and mortality time of A. galli after treated with black cumin seed extract in vitro. In this study, black cumin seed was extracted using ethanol 96%, and then diluted to 15% (P1), 25% (P2), and 45% (P3) concentration. Pyrantel pamoate preparation was used as positive control (C1), and carboxymethyl cellulose (CMC) solution as negative control (C0). Observations were carried out every 15 minutes until all the treatment worms died. The results revealed that the motility and mortality time of A. galli were significantly different in some treatment groups. The mortality time of group C0, C1 , P1, P2, and P3 were 2592, 801, 1557, 1350, and 612 minutes, respectively. 45% of black cumin seed extract had the ability to decrease worm motility, and it showed the shortest mortality time compared to other treatment groups. It can be concluded that ethanolic extract of black cumin seeds had potential anthelmintics property on A. galli worms PubDate: 2023-08-21 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.63
- Correlation Between Testis Weight, Testis Volume, and Total Sperm Count in
the Indonesian Domestic Cats (Felis catus) Authors: Karisma Mardatillah, Aulia Miftakhur Rahman, Wahono Esthi Prasetyaningtyas, Arief Boediono Pages: 69 - 75 Abstract: Information regarding the domestic cat as a model animal in the biomedical research has not been widely carried out. This study was aimed to see the correlation between testicular weight, testicular volume and total sperm count between the left testicle, right testicle and both testes. In addition, this study was aimed to examine the effect of testicular weight and volume on quantitative histomorphometry of the testes in domestic cats in Indonesia. The results showed that there was no difference between the left and right testes. Testes weight has a positive and highly significant correlation with testes volume and total sperm count, both in the left, right, and both testes. The heavier the weight of the testes, the wider the diameter of the seminiferous tubules, the wider the lumen, and the taller the tubular epithelium. It can be concluded that the increase in testicular weight is in line with the increase in cells in the seminiferous tubules. PubDate: 2023-08-21 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.69
- Desain Primer Spesifik Vektor Dengue Aedes aegypti Berdasarkan DNA
Pengkode ITS-1, 5.8S Ribosomal RNA, dan ITS-2 Authors: kurnia ayu miranti, Sri Wahyuni, Tutut Indria Permana, Diani Fatmawati, Moh Mirza Nuryady Pages: 83 - 93 Abstract: Identification of dengue hemorrhagic fever (DHF) vector species is important for vector control programs. Internal Transcribed Spacer (ITS) of DNA markers is one of the DNA markers that is generally used to identify a species. This study was aimed to obtain potential primers with specific results for Aedes aegypti mosquito species based on DNA sequences ITS-1, 5.8S Ribosomal RNA and ITS-2. This research was an in silico descriptive study using Primer3 and Primer-BLAST, as well as an in vitro confirmation stage was used the Polymerase Chain Reaction (PCR) method. The sequence of DNA data was obtained from NCBI with accession numbers GU980956.1 and ON652374.1. The results of in silico primer design obtained two pairs of potential primers, namely primer 1) Left 5’-CATTTGCTAGTCCCTCGGG-3’ Right 5’-CACCACACCACGTCTGAC-3’, and primer 2) Left 5’-CATTTGCTAGTCCCTCGGG-3’ Right 5’-CATCAACCGCGG TGTGTC- 3’. Visualization of PCR results was detected using a 1.5% agarose gel with a product size of aroind 800 bp. The conclusion of this study was that two pairs of ITS primers were obtained which had the potential to identify A. aegypti mosquitoes. PubDate: 2023-08-21 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.76
- Histopatologi Lumba-Lumba Fraser (Lagenodelphis hosei) yang Terdampar di
Pandeglang, Banten Authors: Ratna Amalia Kurniasih, Nanda Radhitia Prasetiawan Pages: 83 - 93 Abstract: Penanganan pascamati/postmortem dilakukan terhadap lumba-lumba fraser yang terdampar perairan Selat Sunda, Pandeglang, Banten. Semula lumba-lumba fraser ini ditemukan dalam kondisi hidup tetapi tidak dapat bertahan dan beberapa saat kemudian mati. Informasi mengenai kondisi lumba-lumba fraser yang terdampar di wilayah Indonesia masih sangat terbatas. Makalah ini mengulas gambaran patologi pada lumba-lumba fraser yang terdampar tunggal di Banten. Sampel organ berupa hati, paru-paru, ginjal, limpa, jantung, lambung, usus dan kulit diambil untuk pengamatan patologis makroskopis dan mikroskopis. Pada kulit lumba-lumba fraser teramati adanya lesi antropogenik. Organ hati mengalami hepatitis kronis disertai lipidosis, sedangkan ginjal mengalami kongesti, degenerasi, glomerulonefritis, fibrosis dan metaplasia. Pada paru-paru teramati mineralisasi, bronchiolitis, edema, kongesti dan hemoragi. Limpa mengalami perubahan warna dengan bercak-bercak kuning kecoklatan yang secara mikroskopis merupakan deposit pigmen. Kongesti, degenerasi dan myocarditis teramati pada jantung. Lambung terisi cairan berwarna coklat kehijauan tanpa padatan pakan maupun benda asing. Pada lambung teramati nodul parasit Pholeter gastrophilus dengan lesi spesifik gastritis fibrogranuloma dan pada usus mengalami kongesti, nekrosis dan enteritis tanpa disertai perubahan makroskopis. Lumba-lumba fraser tersebut dalam kondisi sakit sebelum terdampar dan mati. PubDate: 2023-08-21 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.83
- Perbandingan Respons Penyerentakan Ovulasi Berbasis Progesteron
Intravaginal pada Sapi Dara Friesian Holstein dan Persilangannya dengan Belgian Blue Authors: zultinur muttaqin, nurul azizah, anita hafid, anneke anggraeni, Andi Baso Lompengeng Ishak Pages: 94 - 100 Abstract: Protokol ovulation synchronization (ovsynch) dirancang untuk dapat menyerentakkan ovulasi, sehingga inseminasi buatan (IB) dapat dilakukan secara repat waktu/fixed time pada sapi dara tanpa diperlukan deteksi estrus. Namun, efektivitas dari ovsynch berbasis progesteron intravginal melalui pengamatan dinamika ovarium pada bangsa sapi yang berbeda, Sapi Friesian Holstein (FH) dan persilangannya dengan Belgian Blue (BBxFH), belum pernah dibandingkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan respons perlakuan ovsynch pada sapi dara FH dan BBxFH. Total delapan ekor sapi dara (4 FH dan 4 BBxFH) digunakan dalam penelitian ini dan diberikan protokol ovsynch: GnRH I + Cuemate® (7 hari) - PGF2' – 48 jam - GnRH II - 26 sampai 28 jam IB. Total ovulasi, diameter folikel preovulatori, diameter corpus luteum/CL, waktu ovulasi dan persentase kebuntingan dibandingkan antar bangsa sapi. Pengamatan ultrasonografi/ USG dilakukan pada h0, h7 sampai terjadi ovulasi, Ovulasi + tujuh hari setelah ovulasi (CL) dan 45 hari setelah IB (pemeriksaan kebuntingan). Total ovulasi, diameter folikel preovulatori dan diameter CL tidak berbeda nyata (P>0,05) antar bangsa sapi FH dan BBxFH (75% vs 100%; 13,6 ± 3,2 mm vs 14,9 ± 1,4 mm; dan 25,4 ± 2,5 mm vs 21,3 ± 1,6 mm, berturut-turut). Sebagai tambahan, persentase kebuntingan ditemukan lebih tinggi pada sapi BBxFH dibanding sapi FH pada diagnosis kebuntingan umur 45 hari (75% vs 50%). Protokol Ovsynch berbasis preparat progesteron efektif dalam menyerentakkan kejadian ovulasi, baik pada bangsa sapi FH dan BBxFH tanpa memengaruhi diameter folikel dominan dan CL yang dihasilkan. PubDate: 2023-08-21 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.94
- Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit Model Sepsisyang Diberikan Efek
Preventif Ciprofloxacin dan Diinduksi Escherichia coli Authors: Lisa Savitri, Elfred Rinaldo Kasimo, Datin An Nisa Sukmawati, Syntia Tanu Juwita, Ester Lianawati Antoro, Ida Septika Wulansari, Stanislaus Rachel Pringgadani, Akbar Nur Kholis Pages: 101 - 108 Abstract: Bakteri Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang paling sering dikaitkan dengan peningkatan insiden sepsis, yang merupakan kondisi klinis yang parah dan sering terjadi di unit perawatan intensif dengan tingkat kematian bervariasi antara 35% dan 50% pada syok septik. Respons inang/host terhadap infeksi menyebabkan kegagalan organ berfungsi pada pasien dengan sepsis. Salah satu organ yang terkena dampak parah adalah ginjal, dengan sepsis menjadi penyebab utama cedera ginjal akut pada pasien sakit kritis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengungkap perbandingan gambaran histopatologi ginjal mencit (Mus musculus) model sepsis yang diinduksi E. coli yang diberikan efek preventif ciprofloxacin. Mencit yang telah diadaptasikan diberikan perlakuan selama 14 hari dengan variasi sebagai berikut: 1) mencit normal (N), 2) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif aquades) (K-), 3) mencit diinduksi dengan E. coli (dengan pemberian preventif ciprofloxacin) (K+). Struktur histopatologi kelompok N tidak menunjukkan adanya kerusakan pada tubulus ginjal. Pada kelompok perlakuan K- ditemukan adanya perdarahan inter-tubuler yang ditandai dengan perdarahan berlebih di ruang antar tubulus. Selain itu juga ditemukan perdarahan intra-tubuler disertai terjadinya piknosis, serta karioreksis. Pada kelompok perlakuan K+ ditemukan piknosis, kongesti, kariolisis, karioreksis dan nekrosis, tetapi perdarahan intra-tubuler tidak ditemukan. Penelitian ini menguatkan temuan dari penelitian hewan dan manusia baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sepsis dengan cedera ginjal akut tidak dapat dijelaskan hanya dengan perubahan morfologis. PubDate: 2023-08-23 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.101
- Kejadian Infeksi Dengue Berdasarkan Variasi Curah Hujan di Makassar, Maros
dan Gowa, Sulawesi Selatan Authors: Fadly Rian Saputra, Upik Kesumawati Hadi, Supriyono Supriyono, Isra Wahid Pages: 109 - 121 Abstract: Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros merupakan tiga daerah dengan potensi menyebabkan wabah infeksi dengue di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kontribusi wilayah tersebut terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan desain studi ekologi. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kontribusi kejadian dengue dan bulan variasi tertinggi (kejadian dengue dan curah hujan) serta analisis korelasi untuk mengetahui hubungan curah hujan dengan kejadian dengue di tiga daerah selama tahun 2017 sampai 2021 dengan uji Spearman correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi daerah ini (Makassar, Gowa dan Maros) terhadap kejadian dengue sebesar 32,3% di Provinsi Sulawesi Selatan dan termasuk dalam kategori 10 kabupaten atau kota tertinggi kejadian dengue selama lima tahun berturut-turut. Bulan dengan kejadian dengue tertinggi terjadi di bulan Januari-Mei dan curah hujan terjadi di bulan November-Januari selama tahun 2017 sampai 2021. Curah hujan tidak berhubungan terhadap kejadian dengue di Kota Makassar (p=0,391;p>0,05) dan Kabupaten Gowa (p=0,109;p>0,05) sedangkan Kabupaten Maros berhubungan (p=0,001;p<0,05). Simpulan penelitian ini yaitu Kota Makassar, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros merupakan kontributor utama kejadian dengue di Provinsi Sulawesi Selatan selama tahun 2017 sampai 2021. Meskipun daerah tersebut saling berbatasan, namun hubungan curah hujan terhadap kejadian dengue terlihat berbeda. PubDate: 2023-08-23 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.109
- Noni simplistic effect with Chicken Shank Gelatin Film on White Rat Spleen
Exposed to Dexamethasone Authors: Virita Rossa Pratiwi, Yasmi Purnamasari Kuntana, Ruly Budiono, Desak Made Malini, Joko Kusmoro Pages: 122 - 128 Abstract: Dexamethasone is a corticosteroid drug belong to glucocorticoid group. Dexamethasone is immunosuppressant and anti-inflammatory in various inflammatory conditions. Side effects of its use can cause cell apoptosis in various organs such as the spleen. The immunosuppressant effect of dexamethasone can reduce and inhibit peripheral lymphocytes and macrophages until the death of lymphoid cells in the white pulps of the spleen. The simultaneous effect of administering chicken shank gelatin and noni has the potential to improve the structure of the spleen. This study was aimed to prove and obtain effective and safe dose of chicken shank gelatin and noni on the spleens of rats exposed to dexamethasone. The research was carried out experimentally in the laboratory with a completely randomized design (CRD). A total of 25 heads male rats were grouped into five treatments and each treatment consist of five repetitions. There was a treatment group P1 as a negative control, P2 as a positive control (dexamethasone 5 mg/kg BW), P3-P5 (dexamethasone 5 mg/kg + gelatin 1.585 mg/kg + noni simplicia 50; 112; 250 mg/kg BW). The results of the study showed an increase in the area of white pulps and a decrease in the percentage of necrotic cells in the spleen, however, it did not increase the relative weight of the spleen and serum albumin levels (P>0.05). In conclusion, the effective and safe dose for the spleen organs of rats exposed to dexamethasone is 250 mg/kg BW. PubDate: 2023-08-23 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.122
- Isolasi Bakteri Escherichia coli Resistan Antibiotik pada Ceker Ayam di
Pasar Tradisional di Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat Authors: Yasminta Shakila Putri, Trianing Tyas Kusuma Anggaeni, Andry Pratama Pages: 129 - 137 Abstract: Ceker ayam merupakan produk sampingan (by-product) dengan kandungan protein yang tinggi. Produk asal unggas ini sering diperjual-belikan di Pasar Tradisional yang rentan terhadap pencemaran bakteri resistan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya potensi bakteri Escherichia coli resistan antibiotk dan mengetahui prevalensi resistansi antibiotik terhadap bakteri E. coli yang diisolasi pada ceker ayam di Pasar Tradisional Kecamatan Jatinangor, Sumedng, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan yaitu ceker ayam sebanyak 32 potong ceker dengan indikasi mengalami bumblefoot. Penelitian ini menggunakan media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), uji biokimia, dan uji kepekaan menggunakan lima jenis antibiotik. Dari 32 sampel ceker ayam dengan indikasi bumbelfoot yang diperdagangkan, diperoleh 24 sampel positif bakteri E. coli atau prevalensi 75%. Hasil uji resistansi antibiotik terhadap 24 isolat bakteri ceker ayam yang mengandung bakteri E. coli menunjukan hasil tetrasiklin (70,83%), ampisilin (66,67%), enrofloksasin (41,67%), siprofloksasin (29,17%), dan kolistin (4,17%). Hasil tersebut diikuti dengan adanya multi-drug resisaent sebesar 33,3%. Cemaran bakteri E. coli yang berasal dari ceker ayam yang dijual di pasar tradisional dapat dinyatakan menjadi salah-satu sumber terjadinya aantibiotik. PubDate: 2023-08-23 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.129
- Production of Biogas As An Alternative Green Energy with Organic Wastes As
The Main Raw Materials Authors: Yenni Ciawi, Ni Made Utami Dwipayanti, Anak Agung Gede Indraningrat, Yan Ramona Pages: 138 - 146 Abstract: This research focused on the utilization of four different organic wastes, namely snake fruit, orange, cabbage, and tomato wastes, for the production of biogas. The main objectives were twofold: (1) to investigate the characteristics and biodegradability of these wastes, and (2) to evaluate their potential for anaerobic methane production. The experiment was conducted using 250 L bioreactors, with the four wastes serving as the primary raw materials. A starter culture of cattle dung was added, and the mixture was incubated for eight weeks. Regular sampling and analysis were carried out to assess water content, biodegradability, specific rate of volatile material reduction, and gas yield. The results showed that the water content of the four waste systems remained relatively consistent throughout the experiment. Biodegradability analysis revealed that all of the wastes were biodegradable, with varying levels of degradation ranging from 23.10 ± 2.89% to 59.84 ± 4.17%. Snake fruit waste exhibited the highest resistance to degradation, while tomato waste was the most easily degradable. Kinetic analysis indicated specific rates of volatile material reduction (µ) of 0.006 ± 0.0006 per day for the most resistant waste and 0.0170 ± 0.0021 per day for the least resistant waste. The incorporation of these four waste types in the biogas production process had a positive effect on gas formation. Therefore, these organic wastes hold promise as valuable resources for biogas production, addressing both the issue of waste accumulation and the energy crisis in an environmentally beneficial manner. PubDate: 2023-08-23 DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.1.138
|