Authors:Arum Maheswari, Wiwik Dwi Susanti Pages: 1 - 6 Abstract: Era pasca pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan yang besar dalam pelayanan rumah sakit. Ketakutan masyarakat untuk mendatangi fasilitas kesehatan semakin tinggi. Permasalahan baru yang muncul yaitu bagaimana fasilitas kesehatan dapat menciptakan lingkungan yang positif dan nyaman bagi pasien. Fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya harus menyediakan dokter, perawat, terapis sebagai ujung tombak perawatan medis serta alat-alat kedokteran yang menjadi fasilitator, melainkan juga lingkungan yang mendukung proses kesembuhan pasien dan mendukung kegiatan pelayanan kepada pasien. Namun desain dan arsitektur dapat dilibatkan secara langsung untuk mendukung proses tersebut menggunakan pendekatan therapeutic architecture. Penerapan konsep seperti penataan massa, penciptaan ruang interaksi sosial, penciptaan ruang hijau seperti therapeutic garden dan holticultural theraphy dapat menunjang proses pemulihan dengan memberikan pengaruh aspek psikologis dan aspek fisik penghuni. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui aspek-aspek therapeutic architecture beserta penerapannya pada Rumah Sakit Katolik Saint Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif serta menggunakan pengumpulan data sekunder dari beberapa teori dan studi literatur yang terkait dengan penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan prinsip desain healing therapeutic (Chrysikou) dan prinsip desain therapeutic media (Holowitz), menghasilkan kajian bahwa Rumah Sakit Katolik Saint Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya menerapkan konsep healing therapeutic dan memenuhi kriteria care in community, design for domesticity, social valorization, integrated with nature, dan therapeutic media. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.19108 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Dwiwangga Sang Nalendra Hadi, Supriyanta Supriyanta, Muhammad Fahd Reyhan Wibowo Pages: 7 - 14 Abstract: Penghawaan alami menjadi solusi dalam upaya pendinginan pasif yang hemat energi. Beberapa desain dilakukan untuk menciptakan aliran udara yang memiliki kecepatan ideal agar mampu memberikan efek penyegaran yang nyaman. Asas kontinuitas fluida secara konsep memberikan efek dalam peningkatan kecepatan udara pada ujung yang lebih kecil. Teknologi eco-cooler dan intervensi fasad yang menggunakan asas kontinuitas ditinjau keefektivitasannya dalam peningkatan kecepatan angin dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi bukaan guna penghawaan alami pada iklim tropis cenderung panas. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi sistem penghawaan alami yang mampu memberikan kenyamanan termal pada bangunan. Penelitian menggunakan metode simulasi komputerisasi dengan autodesk CFD agar didapat nilai kecepatan udara secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan asas kontinuitas berperan dalam meningkatkan kecepatan udara pada teknologi yang diusulkan. Efektivitas sistem penghawaan alami dengan asas kontinuitas terdapat pada prototipe intervensi fasad yang juga mampu memberikan kenyamanan termal pada ruang aula yang menjadi studi kasus. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.19207 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Adinda Larasati Darmawan, Azkia Avenzoar Pages: 15 - 21 Abstract: Rumah Sakit Ibu dan Anak atau RSIA termasuk fasilitas kesehatan yang berfokus untuk melayani ibu dan anak. Dalam RSIA dibutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan warnanya guna memenuhi karakter masing-masing. Warna merupakan aspek visual yang cepat ditangkap oleh manusia dan memiliki efek psikologis yang berbeda di setiap warna. Rumah sakit kerap kali memiliki citra menyeramkan dan membosankan bagi penggunanya karena pemilihan warna yang monoton. Oleh karena itu, warna memiliki pengaruh yang besar dalam membangun suasana dan mempengaruhi psikologis pengguna dalam sebuah ruangan. Tujuan dari penelitian ini adalah membantu dalam pemilihan warna yang tepat pada RSIA sehingga bisa memenuhi kebutuhan psikologis bagi penggunanya untuk bisa lebih beradaptasi dengan ruangan yang digunakan dan membantu proses pemulihan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif guna mengembangkan dan menggambarkan fenomena yang ada pada RSIA dengan cara melakukan analisis terhadap penelitian yang telah ada lalu membandingkan dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah penggunaan warna yang memberikan efek tenang pada pasien RSIA antara lain adalah hijau, biru, dan putih. Selain itu, ketersediaan fasilitas bermain dan pemberian gambar yang menarik juga membantu dalam proses pemulihan pasien anak. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.19229 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Alifiano Rezka Adi, Selamet Riyadi Pages: 22 - 31 Abstract: Planetarium UIN Walisongo is an educational facility that not only accommodates academic needs but is also projected to become a tourism destination in Semarang. The density of activity is the main focus that must be considered. The building's existence in the middle of the campus also demands that it has good visual access. The study focused on configuration and visibility analysis by looking at their effect on accessibility around the building. The research was conducted using quantitative methods with a descriptive and simulation framework. The simulation process is carried out using a space syntax approach with Depthmap software. Macroanalysis shows that the building is located in the central area with a relatively high integration value. The high intelligence value shows that the spatial configuration is relatively easy to recognize. The wide and integrated road makes this area have relatively high visibility. Microanalysis shows that the pedestrian around the Planetarium is not well connected. Space engineering by connecting pedestrians is carried out to provide better accessibility. Achievement efficiency is the main consideration to produce a high value of integration and visibility around the building. Therefore, the area quality will be better with an accessible space on macro and micro scales PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.19342 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Evandry Ramadhan, Yulianto P. Prihatmaji Pages: 32 - 38 Abstract: Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman pada arsitektur nusantara. Kesetempatan dan kesemestaan adalah salah satu ciri khas pada arsitektur nusantara. Kesetempatan dan kesemestaan juga merupakan salah satu dari filosofi yang ada pada bangunan nusantara. Kesetempatan dan kesemestaan merupakan salah satu cara manusia untuk lebih dekat terhadap sang pencipta dan juga alam. Metode yang digunakan adalah systematic literature review, untuk mencari pustaka perlu melihat judul serta membaca abstrak sebagai penarik kesimpulan dalam sebuah pustaka. Pencaharian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, serta menemukan kesetempatan dan kesemestaan pada arsitektur nusantara berdasarkan paradigma, konsep, model, dan teknologi. Setelah melakukan analisis berdasarkan data, didapat bahwa kesetempatan dan kesemestaan memiliki beberapa cakupan pembahasan seperti paradigma, konsep, model, dan teknologi. Hasil analisis menjelaskan kesemestaan dan kesetempatan di arsitektur nusantara memiliki 2 fokus besar yang berkaitan dengan regionalisme dan unsur kepercayaan. Regionalisme yang berfokus pada kesetempatan memiliki arti sebagai identitas. Sedangkan unsur kepercayaan berfokus pada kesemestaan. Kesemestaan memiliki cakupan yang berhubungan dengan alam, manusia, dan semesta. Sehingga kesetempatan dan kesemestaan pada arsitektur nusantara membahas terkait identitas serta cara kita menghargai alam dan sang pencipta-Nya.
Authors:Muhammad Azmy Ikhsani, Suzanna Ratih Sari Pages: 39 - 47 Abstract: Perancangan kota merupakan rangkaian proses dari sebuah konsep arsitektur yang direalisasikan untuk perkembangan kota dengan menyatukan perubahan serta kemapanan. Konsep perencanaan serta perancangan kota mencoba mengakomodasi semua prinsip perancangan kota. Salah satu kota yang berpotensi dalam upaya menerapkan konsep-konsep perancangan kota yang ada yaitu Kota Tegal. Kota Tegal saat ini sedang berupaya menjadi kota yang maju dengan melakukan perbaikan di beberapa bidang terutama pembenahan ruang-ruang publik kota. Salah satu penataan ruang kota di Kota Tegal yaitu penataan di koridor Jalan Ahmad Yani. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana penerapan prinsip new urbanism di Jalan Ahmad Yani berpengaruh terhadap dimensi sosial dan dimensi fungsional. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana dilakukan dengan cara mencatat dan menganalisis hal-hal terkait dengan dimensi perancangan kota dan prinsip new urbanism di Jalan Ahmad Yani. Dari penelitian yang telah dilakukan, penataan Jalan Ahmad Yani menerapkan beberapa prinsip new urbanism yaitu walkability, connectivity, sustainability dan quality of architecture and urban design. Penerapan prinsip tersebut berpengaruh baik terhadap dimensi perancangan kota terutama dimensi fungsional yang terdiri dari beberapa aspek yaitu pergerakan, desain tempat manusia dan desain lingkungan serta berpengaruh terhadap dimensi sosial yang terdiri dari aspek people and space, the public realm, safety and security, serta accessibility and exclusion. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.19463 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Fairuz Satwiko, Maria Immaculata ririk Winandari, Julindiani Iskandar Pages: 48 - 55 Abstract: The mosque which was built in various regions in Indonesia has a variety of its uniqueness. People in Indonesia in general only see that people understand architecture in a mosque only as a domed building or apply Middle Eastern elements only. However, many mosques in Indonesia have applied various Vernaculars to their architectural applications and experienced significant changes to the concept and form of the building. This study aims to find the application of Vernacular facades to 4 mosques in Indonesia, namely the Great Mosque of West Sumatra, the Sunan Ampel Mosque, the Great Mosque of Central Java, and the Grand Mosque of K.H. Hasyim Asyari. The method used is descriptive qualitative with data collection techniques based on journals and articles from the Internet and processed using tables in the form of variables with variables in the form of roofs and mosque wall ornaments. The results of this study are the application of vernacular roof architecture to the mosque in the form of modifications of the local form of each mosque that originates and the application of ornaments on the walls of the mosque which is an adaptation of the local architecture of the local area. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.19540 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Monaliza Agustina, Endy Agustian Pages: 56 - 66 Abstract: Kampung Melayu Semarang merupakan kawasan budaya multietnik antara etnik Arab, Tionghoa, Bugis Banjar dan etnik lainnya dari luar Semarang. Bangunan rumah-rumah yang ada pada kawasan Kampung Melayu Semarang memiliki karakteristik ruang sesuai dengan masing-masing etnik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkomparasi masing-masing fungsi dan tata letak ruang dalam bangunan rumah-rumah berbagai etnik di kawasan Kampung Melayu Semarang. Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif, serta teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi rumah dari masing-masing etnik memiliki kesamaan sebagai rumah tinggal atau tempat berlindung bagi masyarakat, namun pada etnik Tionghoa rumah tinggal juga berfungsi sebagai tempat berdagang. serta penataan ruang dalam bangunan rumah tinggal setiap etnik juga berdasarkan pada kebutuhan, aktivitas dan kegiatan masing-masing penghuninya. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.20050 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Vinolia Florensa, Noor Hamidah, Theresia Susi Pages: 67 - 76 Abstract: Desa Hurung Bunut telah ditetapkan sebagai desa wisata sejak tahun 2016. Desa Hurung Bunut difokuskan Pemerintah Daerah sebagai agrowisata. Potensi alami yang dimiliki Desa Hurung Bunut antara lain perkebunan jagung, padi, singkong, pisang dan budidaya madu kelulut serta sanggar tari yang dapat menjadi destinasi kebudayaan. Pengelolaan wisata agro di Desa Hurung Bunut sampai saat ini berjalan masih kurang optimal dan belum ada perencanaan dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari penataan pola massa yang masih kurang teratur dan tidak terarah, sirkulasi yang tidak jelas maupun tidak ada penanda yang jelas. Oleh sebab itulah kawasan tersebut tidak punya atraksi yang menarik ditambah lagi dengan kurangnya fasilitas di dalam objek wisata Desa Hurung Bunut menjadikannya tidak bisa dinikmati oleh pengunjung. Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berikut beberapa tahap yang dilakukan yaitu: 1) metode penulisan, antara lain pengumpulan data, analisis dan sintesa. 2) metode perancangan, antara lain rekognisi, fase kreatif dan implementasi. Berkaitan dengan perancangan agrowisata di Desa Hurung Bunut Kabupaten Gunung Mas, maka perlu tetap mempertahankan kelestarian alam yang masih terjaga tanpa mengganggu ekosistem yang ada. Hal ini yang menjadi penyelesaian dimana berkaitan dengan teori mengenai pendekatan arsitektur organik yang menyatakan bahwa arsitektur organik adalah filosofi arsitektur dimana tempat manusia berkegiatan selaras dengan alamnya. Penyusunan karya ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan kawasan agrowisata di Desa Hurung Bunut Kabupaten Gunung Mas dengan pendekatan arsitektur organik yang menyesuaikan dengan potensi lingkungan serta memperhatikan penataan pola massa, sirkulasi dan karakter visual. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.19107 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Adinda Larasati Darmawan, Anggun Rahmawati, Nur Rahmatul Lailyah Pages: 77 - 81 Abstract: Kota Surabaya memiliki julukan sebagai Kota Pahlawan dimana pertempuran melawan penjajah pada tanggal 10 November 1945 terjadi, yang membuat Surabaya memiliki banyak lokasi dengan peninggalan dari para penjajah sehingga membuat lokasi tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai lokasi wisata sejarah. Setiap lokasi tentu saja memiliki ciri khas atau tanda yang berbeda-beda. Dengan pendekatan semiotik, simbol atau tanda yang ada di suatu lokasi dapat menjadikan lokasi tersebut memiliki nilai arsitektural yang menarik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji sejauh mana tanda-tanda fisik pada objek arsitektur dapat meningkatkan potensi wisata suatu kawasan Alun-Alun Contong Surabaya dari sudut pandang pendekatan semiotik. Metode yang digunakan adalah observasi secara langsung yang akan lebih memaksimalkan hasil analisis dalam jurnal ini. Adapun hasil yang diperoleh adalah kajian nilai arsitektural di Kelurahan Alun-Alun Contong dengan pendekatan semiotik terdiri dari tanda-tanda yang berasal dari ciri khas bangunan tua di kelurahan tersebut dan beberapa tanda berasal dari benda-benda budaya.
Authors:Farah Widya Utami, Fairuz Mutia Pages: 82 - 89 Abstract: Keberadaan bangunan untuk wanita di Indonesia sangat jarang dijumpai, padahal fungsi bangunan tersebut cukup penting dalam pembentukan perilaku masyarakat. Objek yang diteliti pada artikel ini berada di Afrika Tengah, dengan budaya yang sangat berbeda tersebut bangunan pusat edukasi dan pengembangan wanita tetap disediakan untuk masyarakat sekitar. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi maksud dari suatu bangunan dalam penciptaan perilaku pengguna lalu dikaitkan dengan aspek-aspek sense of place. Metode yang diaplikasikan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang memberikan penjelasan dengan menganalisa, subjektif, dan berfokus pada pengembangan teori serta data yang telah diobservasi. Pengumpulan data menggunakan telusur pustaka dan observasi untuk mengidentifikasi terkait bangunan, aktivitas pengguna, dan makna pada obyek yang diteliti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat komponen pembentuk sense of place yang berpengaruh membentuk perilaku wanita lokal Rwanda untuk membangkitkan diri dari keterpurukan insiden genosida di waktu yang lalu. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.20085 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Wilda Maulina, Dalhar Susanto Pages: 90 - 98 Abstract: Biophilic design recommends the connection between humans and nature because it positively influences human health and well-being. Due to the pandemic, some humans have been forced to work at home or in windowless rooms. This situation makes occupants unable to connect with nature. One solution in biophilic design is to present natural substitute elements such as virtual nature to reconnect nature in spaces that cannot access it. This paper discusses the application of virtual nature in windowless space which aims to help users get positive benefits for affective well-being (AWB) such as emotions and moods. This paper is compiled through literature exploration by synthesizing various previous research results. Based on several studies, shows that virtual nature is not just replacing real nature but is a boundary of the interior that reconnects with nature. This connection emotionally determines the quality of the windowless room so that it has benefits for the well-being of the occupants, especially affective well-being (emotions and moods). PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.20484 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)
Authors:Dyah Widi Astuti, Deka Jordy Rakasiwi Pages: 99 - 106 Abstract: Beberapa tahun terakhir ini, coffee shop seolah sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban. Hal ini dibuktikan melalui pertumbuhannya yang cukup pesat di Indonesia sejak dua dekade lalu, dan semakin pesat dalam periode satu dekade terakhir. Persaingan yang ketat membuat pengusaha coffee shop berusaha menawarkan fasilitas-fasilitas tertentu sebagai pembedanya, salah satunya adalah melalui konsep coffee shop sebagai co-working space area. Fenomena ini bukan hanya terjadi di kota-kota besar saja, tetapi juga di Surakarta. Namun kemudian, pada akhir tahun 2019 terjadi penyebaran virus Covid-19 yang menyebabkan lumpuhnya berbagai sektor di seluruh dunia. Sektor ekonomi merupakan salah satu hal yang cukup terdampak akibat adanya pembatasan pergerakan dan interaksi antar manusia ini. Hal ini juga cukup memukul eksistensi coffee shop tersebut. Kini setelah 2 tahun pasca awal masa pandemi, ternyata kekhawatiran dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyebaran virus tidak juga hilang, dan kemudian sudah menjadi semacam standar dalam penataan coffee shop. Di sisi lain, pola-pola aktivitas dalam lingkup pekerjaan juga tetap dan semakin fleksibel mengikuti kebiasaan yang tercipta pada masa pandemi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana adaptasi yang dilakukan coffee shop dalam menyiasati kepentingan antara aturan pemerintah terkait pembatasan ruang dan pola kebiasaan baru pada masyarakat. Hasil dari penelitian diharapkan akan bisa menjadi acuan standar ruang yang baru dalam menghadapi kemungkinan pandemi lain di masa yang akan datang. PubDate: 2023-01-28 DOI: 10.23917/sinektika.v20i1.21030 Issue No:Vol. 20, No. 1 (2023)