Authors:Irvi Syauqi Selendra, Luthfia Khoirunnisa, Nadhira Khansa Adelia, Agus Suharjono Ekomadyo, Vanessa Susanto, Kevin Mochamad Oktafarel Pages: 1 - 21 Abstract: Aktivitas dalam lingkup kesehatan tidak terlepas dari bangunan tempat berlangsungnya kegiatan. Terdapat hubungan yang erat antara kondisi pasien dan lingkungan rumah sakit tempat pasien dirawat. Faktor fisik lingkungan rumah sakit yang baik dapat mendukung proses penyembuhan dan pengurangan stres pasien rumah sakit. HOK merupakan biro desain, arsitektur, engineering dan perencanaan global dengan bangunan kesehatan sebagai salah satu bidang keahlian. Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari strategi desain HOK dalam merancang healthcare architecture dengan menganalisis aspek-aspek healing environment yang diterapkan pada healthcare architecture karya HOK dan manfaatnya bila diimplementasikan pada bangunan kesehatan. Data-data yang dikumpulkan bersumber dari artikel ilmiah maupun publikasi yang didapatkan dari internet. Metode analisis dilakukan dengan tiga tahap dengan tahap pertama adalah memilih bangunan-bangunan kesehatan yang dirancang HOK, tahap kedua adalah membuat deskripsi tentang masing-masing kasus perancangan bangunan kesehatan yang dipilih, dan tahap ketiga adalah melakukan penilaian aspek aspek healing environment pada setiap bangunan. Bangunan dengan total nilai aspek terendah adalah Oregon State Hospital, sedangkan total nilai aspek tertinggi adalah Kaiserlautern Military Community Medical Center dan Ng Teng Fong General and Jurong Community Hospitals. Rata-rata nilai bangunan berdasarkan 9 aspek healing environment adalah 3.494, menunjukkan bahwa rata-rata rancangan bangunan sudah mempertimbangkan aspek-aspek healing environment dengan baik. Pada aspek healing environment, aspek dengan nilai terendah adalah aspek barrier-free environment dan nilai tertinggi adalah aspek light. Rata-rata masing-masing nilai aspek healing environment adalah 3.494, menunjukkan bahwa rata-rata dari setiap aspek healing environment sudah terdapat pada rancangan bangunan dengan penilaian yang baik. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.12735 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Wiwik Dwi Susanti, Adibah Nurul Yunisya Pages: 22 - 27 Abstract: Special interest tourism is currently developing and becoming one of the favourite destinations for tourists. One of the conceptual developments of special interest tourism is by developing urban villages. The urban village is one of the miniatures of Indonesia which contains various kinds of cultural wealth, history, social values, etc. The Kayutangan heritage village is one of the urban villages developed by the Malang City Government as a special interest tourist destination in the middle of Malang City. The character of the urban village is enriched with historical, architectural, art and cultural values which have not been explored and optimized as a special interest tourist destination. The heritage village only emphasizes the colonization infrastructure legacy while other potentials have not been explored optimally. Through this qualitative research, the other four potentials (historical, architectural, art, and cultural values) will be explored in detail and provide educational values for the Kayutangan urban village tourism. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.15726 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Agnies Ayu Kusumaningdyah, Adhista Putri Presilia, Anindya Putri Tamara, Erliza Syahrani Pages: 28 - 33 Abstract: Kampung Sekayu is an original village in Semarang City which has a cultural heritage building in its area, so its existence needs to be maintained. Its strategic location in the center of the city makes this village develop into a trade and service area, thus affecting the area’s physical characteristics. Character identification is needed to know the current condition of the area. The method used in this research is descriptive qualitative and explanatory techniques. This study shows that the physical condition of the building has partially changed due to the development of the area from a residential area to a trade and service area. However, some buildings can still maintain their distinctive character as the original buildings that were built during the colonial era. The Great Mosque as a landmark of this area is a characteristic that cannot be separated from the existence of this village. Judging from the social characteristics of the community, cultural mixing occurs because the composition of residents is now dominated by immigrants PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.16292 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Nur Atin Amalia, Dyan Agustin Pages: 34 - 40 Abstract: Tingginya arus globalisasi membawa pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Mulai dari gaya hidup yang berbeda hingga lunturnya rasa cinta seni dan budaya nusantara. Perlu adanya solusi untuk menjaga kelestarian seni dan budaya nusantara agar tidak musnah. Pusat Seni dan Budaya merupakan modal awal yang diterapkan sebagai solusi ditengah tingginya pengaruh globalisasi terhadap masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Peranan Pusat Seni dan Budaya dari Segi Arsitektur dalam Melestarikan Seni dan Budaya di Nusantara”, berawal dari budaya lokal yang ada di setiap wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus yang diambil meliputi 2 objek yaitu Taman Budaya Jawa Timur dan Taman Budaya Yogyakarta. Temuan penelitian ini menjelaskan bahwa Pusat seni dan budaya adalah fasilitas yang dibutuhkan di setiap wilayah Indonesia sebagai wadah seni dan budaya lokal yang terbukti memberikan pengaruh besar terhadap kalangan anak muda dan seniman untuk mencintai seni dan budaya, sebagai fasilitas edukasi dan tempat berkumpulnya para seniman untuk melestarikan seni dan budaya. Selain itu bentuk arsitektural yang diterapkan merupakan bentuk pelestarian yang besar dan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap masyarakat dalam mengenal seni dan budaya lokal di Nusantara. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.13707 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Ajeng Kusuma, Ardhya Nareswari, Ikaputra Ikaputra Pages: 41 - 47 Abstract: Wabah COVID-19 bermutasi sepanjang waktu, faktor utama penyebaran infeksi pada manusia yakni mobilitas yang disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan hidup (fisik) dan kebutuhan bersosialisasi (non-fisik). Kondisi tersebut tidak menutup realitas terjadinya pelanggaran protokol kesehatan hingga lockdown dengan dalih bertahan hidup, sebagaimana yang terjadi di wilayah padat penduduk seperti Kotagede. Probabilitas transmisi luar ruangan tetap menjadi ancaman, terlebih lagi komunitas sosial masyarakat di Kotagede berbentuk organik dengan berlatar belakang unsur kohesi moral (gemeinschaft). Preposisi tersebut didukung oleh pendekatan rasionalistiknormatif berlandaskan prosedur baku. Urgensi riset ini bermaksud mengevaluasi keberlangsungan identitas perumahan linear di Kotagede dengan pertimbangan risiko penularan wabah COVID-19. Hasilnya berupa evaluasi paradigma perumahan sebagai identitas wilayah dalam konteks pasca pandemi COVID-19. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.15054 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Vijar Galax Putra Jagat Paryoko Pages: 48 - 58 Abstract: Evaluasi pengembangan berkelanjutan (sustainable development) pada bidang arsitektur menunjukkan bahwa isu ini harus diakomodasi sejak dalam tahap pendidikan. Berbagai temuan ilmiah sebelumnya mendukung kompatibilitas integrasi sistem struktur dan konstruksi dalam perancangan bentuk arsitektural untuk mendukung pengembangan berkelanjutan melalui efektivitas dan efisiensi. Oleh karena itu, studi ini dilakukan bertujuan untuk menggambarkan beberapa pendekatan rancang yang dapat digunakan untuk melakukan integrasi tersebut serta strategi pembelajaran yang baik untuk merangsang penggunaan pendekatan struktural tersebut. Metode kualitatif yang menggabungkan studi kepustakaan dan lapangan, dimanfaatkan untuk menganalisis data hingga diperoleh kesimpulan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa integrasi ini dapat berhasil dalam perancangan melalui mengadobsi dan memodifikasi sistem struktur serta mengekspos dan memanfaatkannya untuk simbolisasi arsitektural. Sedangkan strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan minat mendayagunakan sistem struktur dalam perancangan bentuk arsitektural adalah memotivasi sejak penugasan, studi preseden menggunakan objek yang eksploratif terhadap sistem struktur, serta memperkaya pengetahuan teknis sistem struktur. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.15962 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Norma Melinda, Arif Kusumawanto Pages: 59 - 66 Abstract: Perkembangan Kabupaten Brebes dalam bidang industri berpotensi meningkatkan kepadatan penduduk yang dapat berdampak pada lingkungan seperti dalam hal efisiensi lahan, mobilitas, emisi dan konsumsi energi. Dalam mendukung program pemerintah mengenai kota hijau, Kabupaten Brebes kini tengah merencanakan dibangunnya fasilitas publik yang dapat menunjang kegiatan masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan perencanaan fasilitas publik yang berkelanjutan dengan memaksimalkan nilai Throughput yaitu dengan memaksimalkan aspek Welfare dan meminimalkan Environmental Damage. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simulasi menggunakan program Urban Modeling Interface (UMI) dengan 5 jenis simulasi di dalamnya yaitu FAR, Operational Energy, Life Cycle, Mobility dan Daylighting. Hasil studi kondisi eksisting menunjukkan bahwa aspek Mobility dan Daylighting masih dapat dimaksimalkan. Hasil simulasi menunjukkan nilai FAR sebesar 0.27 dengan nilai Mobility Walkability skor 51 dan Bikeability skor 60 berada pada lingkungan fasilitas publik dan sekitarnya. Sementara itu, nilai intensitas Operational Energy rata-rata pada kawasan fasilitas publik adalah (182 kWh/m2/Year) dan Life Cycle ((EE (3051.71 kwh/m2); EC (224.38 kgCO2/m2.)) yang masih dalam batas aman keberlanjutan. Sementara hasil simulasi Daylighting rata-rata pada kawasan fasilitas publik menunjukkan nilai sDA 46% dimana standar nilai sDA yang dapat diterima adalah diatas 55%, sehingga masih bisa dimaksimalkan. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.16258 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Teresia Hanna Sanjaya, I Wayan Mudra Pages: 67 - 73 Abstract: Suasana kelas formal dengan aturan desain baku, tidak berarti menjadi sekolah ramah anak. Ruang dan suasana pembelajaran yang bebas dari dogma/langgam arsitektur tertentu, bisa membantu anak untuk berpikir di luar kotak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji Arsitektur Sekolah Anak Usia Dini Tomoe Gakuen di Jepang dan APAP Open School di Korea, dengan teori Jacques Derrida dalam hal makna, fungsi, dan bentuk. Tujuan penelitian adalah manfaat nilai sosial atau praktis, yakni sekolah/pembelajaran tidak harus di gedung/ruang - ruang formal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan dilakukan dengan observasi dan dokumentasi secara online. Hasil penelitian menunjukkan analisa sekolah di Jepang dilihat dari dekonstruksi makna dari kereta menjadi sekolah dan dekonstruksi fungsi dari kendaraan menjadi ruang belajar. Sedangkan, sekolah di Korea mengunakan dekonstruksi makna dari container box menjadi sekolah dan dekonstruksi bentuk di mana peletakan container box disusun sedemikian rupa. Berdasarkan kedua perbandingan studi kasus terdapat perbedaan dekonstruksi yaitu dekonstruksi makna, dekonstruksi fungsi dan dekonstruksi bentuk. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.16573 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Nur Ichsan Hambali, Amin Fatah Saputra, Budi Febryan Hasiholan, Eryonata Melino, Berkat Dimas Fotaroma Laoli Pages: 74 - 81 Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan berbagi pengetahuan mengenai efektifitas penggunaan kembali material dalam suatu pembangunan. Beberapa isu yang melatarbelakanginya adalah perkembangan infrastruktur. Perkembangan infrastruktur di Indonesia adalah salah satu kegiatan yang ikut andil dalam kerusakan lingkungan. Kerusakan yang disebabkan bidang infrastruktur ini sejalan dengan bertambahnya populasi penduduk. Di mana semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan fasilitas-fasilitas yang menjadi wadah aktivitas manusia. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sistem pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable construction. Peran dari material yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan adalah penggunaan kembali (re-use) material dalam proses pembangunan. Penelitian ini membahas penerapan konsep sustainable pada rumah tinggal dari segi penggunaan ulang material, serta membahas mengenai contoh penerapan alternatif material sustainable pada rumah tinggal. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk pemenuhan poin-poin konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Dari konsep 3R, konsep reuse adalah konsep yang akan dibahas dan menjadi poin utama di penulisan paper ini. Reuse secara garis besar artinya adalah “Menggunakan Kembali”. Reuse dalam arsitektur berarti menggunakan kembali bahan bangunan yang masih bisa terpakai, contohnya botol-botol kaca bekas, sisa pecahan keramik, papan kayu yang kondisinya masih baik, bahkan seperti kaca mobil bekas dapat digunakan kembali ke dalam sebuah pembangunan. Hasil penelitian ini adalah berupa contoh penerapan alternatif material pada rumah tinggal yang memenuhi konsep sustainable dari segi material. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.16660 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Giovani Anggasta, Widiastuti Widiastuti Pages: 82 - 90 Abstract: Lingkungan merupakan bagian dari sumber daya alam yang terpenting bagi kehidupan makhluk hidup. Adanya lingkungan yang baik, menjadikan makhluk hidup yang bernaung di dalamnya menjadi baik pula. Adanya etika terhadap kelestarian lingkungan akan sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan kehidupan makhluk hidup baik di darat, laut dan udara. Adanya sekumpulan manusia yang membentuk komunitas, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan, akan mampu menjadikan lingkungan lebih baik lagi. Menjadi menarik untuk diteliti mengenai pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh komunitas pecinta lingkungan dengan tujuan untuk mengetahui masalah sampah yang terjadi di Bali khususnya dan bagaimana upaya komunitas pecinta lingkungan untuk membantu membersihkannya. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif serta pendekatan studi kasus mengenai fenomena sampah yang ada di pesisir pantai di Bali khususnya, yang dilakukan melalui analisis terhadap sebuah komunitas, maka melalui penelitian ini diperoleh mengenai dampak positif dari adanya komunitas pecinta lingkungan terhadap lingkungan pesisir, masyarakat sekitar, serta permasalahan sampah plastik yang terjadi, yang kemudian berpengaruh terhadap konsep dari penerapan green city. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.16679 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Levia Dayanti Suryana, Syarifah Ummu Hany Alatas, Adry Masri Pages: 91 - 95 Abstract: Penelitian ini merupakan perancanganan dinding pada glamping house dengan material utama bonggol jagung sebagai material. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, di antaranya: metode observasi, brainstroming, merencanakan konsep desain, evaluasi desain untuk menentukan desain dan susunan modul bonggol jagung sebagai material yang cocok dan baik agar memenuhi kriteria dan fungsinya untuk dinding bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan dinding dengan menawarkan nilai kebaruan berupa penggunaan bonggol jagung sebagai material utama dari dinding pada bangunan glamping house. Akhir dari penelitian ini dihasilkan produk dinding berbahan baku bonggol jagung pada bangunan glamping house. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.16427 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Gusniyati Nia Buhari, Diananta Pramitasari, Ahmad Saifullah Pages: 96 - 106 Abstract: Kawasan Fort Rotterdam merupakan bangunan peninggalan sejarah dan warisan budaya. Hasil observasi persepsi awal terhadap wisatawan lokal yang ada di Fort Rotterdam merupakan masalah yang perlu ditangani yaitu wisatawan yang datang ke Fort Rotterdam lebih tertarik pada acara bersifat komersil dibandingkan terhadap kegiatan wisata sejarah dan budaya. Acara yang bersifat komersil ini diduga dapat merusak kualitas produk wisata Fort Rotterdam sebagai wisata sejarah dan budaya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengukur kualitas produk Fort Rotterdam dan persepsi wisatawan terhadap kualitas produk Fort Rotterdam. Peneliti menggunakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan angket persepsi kepada wisatawan dan wawancara secara langsung. Metode kualitatif dilakukan dengan mengobservasi kondisi eksisting Fort Rotterdam, mengklarifikasi hasil data yang diperoleh melalui angket persepsi. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Makassar. Persepsi kualitas produk wisata mengacu pada komponen wisata dan 8 dimensi kualitas produk Garvin. Berdasarkan persepsi wisatawan, hasil penelitian menunjukkan dominan persentasi setara antara persepsi kurang baik dan persepsi baik pada kualitas produk wisata Fort Rotterdam. Persepsi kualitas produk wisata pada tampilan memiliki persepsi yang baik. Persepsi kualitas produk wisata pada fitur memiliki persepsi yang kurang baik. Adapun persepsi kualitas produk pada kehandalan, kemudahan layanan, kesesuaian, ketahanan, dan kesan kualitas menunjukkan persentasi yang setara antara persepsi kurang baik dan persepsi baik. Selanjutnya persepsi kualitas produk wisata pada estetika menunjukkan persentasi persepsi baik. PubDate: 2022-02-17 DOI: 10.23917/sinektika.v19i1.15501 Issue No:Vol. 19, No. 1 (2022)
Authors:Ristya Arinta Safitri, Arief Fadhilah, Ardilla Jefri Karista Pages: 107 - 111 Abstract: Koridor Kyai Tapa merupakan koridor jalan yang berpotensi sebagai koridor unggulan Jakarta Barat, karena posisinya yang strategis menghubungkan wilayah Jakarta Barat dengan Jakarta Pusat. Pada kondisi eksisting koridor Kyai Tapa, terdapat beberapa titik ruang terbuka hijau yang bersifat pasif dan minim fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga perlu dilakukan evaluasi pemanfaatan RTH pada koridor Kyai Tapa untuk mendukung peningkatan kualitas RTH Kota Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Data dan analisis menunjukan pemanfaatan RTH Kyai Tapa masih rendah. 60% responden yang berkegiatan di RTH hanya sekedar lewat saja. Hal ini dipicu karena sangat minim atraksi dan penerangan pada malam hari sedangkan pengguna mulai aktif disekitar RTH pada sore hari. Pemanfaatan RTH pada koridor Kyai Tapa sangat perlu ditingkatkan mengingat potensi yang dimiliki dengan Penambahan fasilitas, atraksi dan peningkatan keamanan.