Authors:Yusnia Hanna Yulistya, Josephine Roosandriantini Pages: 94 - 103 Abstract: Abstrak_ Pendidikan dasar bagi seorang anak merupakan hal fundamental yang akan mempengaruhi dan membentuk anak memiliki karakter yang tangguh, termasuk juga bagi anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini berpusat pada anak autis. Anak-anak penyandang autisme memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu anak autis tidak dapat berinteraksi secara normal dengan individu yang lainnya. Pendidikan untuk anak autisme lebih ditekankan dimulai saat mereka masih taman kanak-kanak, sehingga dibutuhkan fasilitas pendidikan yang diperuntukkan bagi penyandang autisme. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan karakteristik sekolah taman kanak-kanak bagi penyandang autisme, agar dapat menjadi stimulus bagi tumbuh kembang anak autis. Kebutuhan akan ruang untuk sosialisasi sangat berguna bagi anak-anak penyandang autisme dikarenakan mereka memilik masalah pada interaksi sosialnya. Penelitian ini lebih kepada menunjukkan kriteria yang diperlukan dalam menciptakan ruang interaksi sosial yang dapat berguna membantu dalam proses merancang bangunan bagi anak autis. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif yaitu dengan menggunakan studi literatur yang berkaitan dengan kriteria desain yang dapat berguna dalam menciptakan sebuah sekolah taman kanak-kanak penyandang autisme. Hasil dari penelitian ini yaitu kriteria desain untuk sekolah taman kanak-kanak tersebut dapat mempertimbangkan segi pendekatan arsitektur perilaku dalam mendesain, sehingga mengenali karakteristik pengguna agar dapat tercipta kenyamanan dan keamanan bagi si pengguna (user).Kata kunci: Arsitektur Perilaku; Penyandang Autisme; Taman Kanak – Kanak. Abstract_ Basic education for a child is a fundamental thing that will influence and shape the child to have a strong character, including for children with special needs, in this case centering on children with autism. Children with autism have different characteristics, namely, autistic children cannot interact normally with other individuals. Education for children with autism is more emphasized starting when they are still in kindergarten so that educational facilities are needed for people with autism. The purpose of this study is to describe the characteristics of kindergarten schools for people with autism. The need for space for socialization is very useful for children with autism because they have problems in their social interactions. This research is more to show the criteria needed in creating a space for social interaction that can be useful in helping in the process of designing buildings for children with autism. The research method used in this research is the descriptive qualitative method, namely by using literature studies related to design criteria that can be useful in creating a kindergarten school with autism. So, by paying attention to these design criteria the school can have comfort and safety for children with autism. Also, the resulting design criteria can be considered in terms of a behavioral architectural approach.Keywords: Behavior Architecture; People with Autism; Kindergarten. PubDate: 2021-08-23 DOI: 10.24252/nature.v8i2a1 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Annisa Nisrina, Andreas Handoyo Pages: 104 - 118 Abstract: Abstrak. Perubahan arah sektor ekonomi dari ekonomi industri ke ekonomi kreatif tentunya juga membawa perubahan pada sistem bekerja di dalamnya. Pemanfaatan teknologi yang semakin canggih membuat cara bekerja pada hampir semua jenis pekerjaan menjadi lebih mudah. Kaum milenial pun perlahan mulai meninggalkan gaya bekerja tradisional dan mulai beralih ke gaya bekerja yang fleksibel dan santai. Dengan coworking space, milenial dapat dengan mudah memilih dimana, kapan, dan bagaimana mereka akan bekerja. Selain itu, adanya manfaat dari berbagai sisi seperti ekonomi, sosial, sustainability, dan psikologis, juga menjadi alasan coworking space banyak diminati saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan milenial pada coworking space untuk memberikan kenyamanan. Menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, didapatkan hasil bahwa selain fasilitas yang memadai, banyak hal lain yang perlu diperhatikan untuk membangun coworking space. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung, sebelum terjadinya pandemi dan belum diterapkannya pola kebiasaan baru. Kedepannya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam mendesain coworking space yang lebih baik dan menerapkan pola kebiasaan baru. Kata kunci: Coworking Space; Kebutuhan; Milenial. Abstract. Changes in the direction of the economic sector from the industrial economy to the creative economy also bring changes to the working system in it. The use of increasingly sophisticated technology makes it easier to work on almost all types of work. Millennials are slowly starting to leave the traditional work style and begin to shift to a flexible work style. Coworking space is a place for this style of work. With coworking space, millennials can easily choose where, when and how they will work. In addition, the benefits from various sides such as economic, social, sustainability, and psychological, also the reason coworking space is in great demand today. This study aims to determine what millennials need in coworking space to provide comfort. Using a descriptive analytic method with a qualitative approach, the results show that in addition to adequate facilities, many other things need to be considered to build an ideal coworking space. This research was conducted in Bandung, before the occurrence of pandemic and new normal was not implemented. In the future, this research is expected to be one of the references in designing better coworking spaces and applying new normal rules.Keywords: Coworking Space; Needs; Millennials. PubDate: 2021-09-15 DOI: 10.24252/nature.v8i2a2 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Citra Amalia Amal, Andi Annisa Amalia, Siti Fuadillah A. Amin, Rifaldi Rifaldi Pages: 119 - 143 Abstract: Abstrak_ Tipologi bangunan Rusunawa Mahasiswa sebagai hunian vertikal berlantai tiga atau empat nampaknya lebih berisiko menjadi tempat penularan COVID-19 dibandingkan hunian tapak. Perlu dilakukan evaluasi elemen teknis (aspek kesehatan, keamanan, dan keselamatan) pada ruang-ruang bersama di Rusunawa Mahasiswa terhadap terpenuhinya Prinsip Rumah Sehat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2016). Serta melihat sejauh mana penerapan Protokol Kesehatan di Rusunawa Mahasiswa Kota Makassar merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020.Lokasi penelitian yaitu Rusunawa Universitas Hasanuddin, dan Rusunawa Universitas Muslim Indonesia. Teknik analisis data dilakukan melalui metode kuantitatif deskriptif dengan pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Prinsip Rumah Sehat berupa lantai dan dinding yang kering (tidak lembab), luas bukaan jendela minimal 1/9 luas ruang lantai, bukaan dapat ditembus sinar matahari, ketersediaan penerangan alami dan penerangan buatan di area ruang makan, upaya penanggulangan bahaya kebakaran pada area dapur, dinding kedap air, lubang angin, dan penerangan yang baik di kamar mandi. Juga pemberian skor terhadap ketercapaian indikator Penerapan Protokol Kesehatan berupa pemasangan media informasi 3M, penyediaan hand sanitizer, pengoptimalan sirkulasi udara dan sinar matahari, ketersediaan peralatan desinfektan, ketersediaan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan air mengalir, dan pengaturan jarak antar kursi minimal 1 meter dan tidak berhadapan. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua sampel rusunawa mahasiswa secara garis besar telah memenuhi Prinsip Rumah Sehat. Sementara, penerapan sarana Protokol Kesehatan di dalam bangunan rusunawa mahasiswa di Kota Makassar masih sangat kurang.Kata kunci: Prinsip Rumah Sehat; Protokol Kesehatan; Rusunawa Mahasiswa; Ruang Bersama. Abstract_ The typology of the student flats building as a vertical residence with three or four floors seems to be more at risk of becoming a place of transmission of COVID-19 compared to a residential area. It is necessary to evaluate the technical elements (health, security, and safety aspects) in the shared spaces in the Student Flats against the fulfillment of the Healthy Home Principles issued by the Ministry of Public Works and Public Housing (2016). And see how far the implementation of the Health Protocol in Makassar City Student Flats refers to the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number HK.01.07/MENKES/382/2020. The research location is in two student flats in Makassar City, namely Rusunawa Hasanuddin University, ... PubDate: 2021-12-13 DOI: 10.24252/nature.v8i2a3 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Ulfaizah Sahril Nurfadhillah, A. Nindyah Ekananda, Wahyu Saputra, Diananta Pramitasari Pages: 144 - 155 Abstract: Abstrak_ Penelitian ini merupakan studi awal yang dilakukan untuk mengetahui dan menguji dampak pandemi Covid 19 pada persepsi penghuni terkait desain hunian ideal dan hubungannya terkait perilaku penghuni. Studi ini menggunakan pendekatan teknik survey, pengambilan data dengan membagikan kuesioner secara daring menggunakan Google Form. Sebanyak 217 responden mengisi kuesioner dengan kriteria berusia diatas 18 tahun, bertempat tinggal atau berdomisili di Kota Makassar, dan penghuni jenis rumah tapak atau cluster. Data yang dihasilkan berbentuk data kategorik dan dianalisis dengan statistik deskriptif dengan melihat tendensi dari jawaban responden, kemudian melakukan pengujian menggunakan chi-square dengan SPSS 25. Hasil studi menunjukkan bahwa penghuni melakukan upaya adaptasi dan terjadi perubahan aktivitas selama di rumah. Desain hunian ideal bagi persepsi penghuni terutama pada tiga kriteria aspek desain, yaitu asri dengan tanaman hijau dan pohon, mengutamakan sistem pencahayaan alami dan penggunaan material low maintenance (mudah dibersihkan). Terdapat hubungan positif yang signifikan antara upaya adaptasi dan perubahan aktivitas penghuni dengan persepsi penghuni terhadap ketiga kriteria aspek desain rumah ideal sebagai dampak dari Covid 19. Studi ini menyarankan bahwa pendekatan konsep rumah sehat menjadi konsep paling cocok digunakan untuk hunian di masa mendatang sebagai implikasi dari adanya virus Covid 19.Kata kunci : Hunian Ideal; Pandemik Covid 19; Perilaku; Persepsi. Abstract_ This research was a preliminary study conducted to determine the impacts of the COVID-19 pandemic on residents' perceptions regarding the ideal residential design and its relationship to occupant behaviors. This study used a survey technique approach. The data were collected by distributing an online Google Form questionnaire. A total of 217 respondents filled out the questionnaire with the criteria being over 18 years old, residing or domiciled in Makassar City, and residing in a landed type house or cluster. The resulting data is in the form of categorical data and analyzed by descriptive statistics by looking at the tendency of the respondents' answers, then testing using chi-square with SPSS 25. The results of the study show that residents make adaptation efforts and there are changes in activity while at home. The ideal residential design for the perception of residents, especially on three design aspect criteria, namely beautiful with green plants and trees, prioritizing natural lighting systems, and the use of low maintenance materials (easy to clean). There is a significant positive relationship between adaptation efforts and changes in residents' activities with residents' perceptions of the three criteria for ideal house design aspects as a result of Covid 19. This study suggests that the healthy home concept approach is the most suitable concept for housing in the future as an implication of the presence of the virus. Covid 19.Keywords : Behavior; Ideal Residence; Pandemic Covid 19; Perception. PubDate: 2021-12-22 DOI: 10.24252/nature.v8i2a4 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Hamka Hamka, Amar Rizqi Afdholy Pages: 156 - 167 Abstract: Abstrak_ Tipologi rumah bugis secara tampilan pada umumnya terlihat sama atau identik, dengan karakter rumah panggung, namun bagaimana dengan ruang dalamnya, dalam hal ini terkait dengan denah bola ugi itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe denah bola ugi yang ada di Dusun Kajuara Kabupaten Bone. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif analisis dengan langkah pengumpulan data melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan olah data. Identifikasi tipe denah bola ugi dilakukan pada beberapa objek penelitian dengan mengikuti acuan tipe standar menurut sanro bola (arsitek rumah bugis) yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Hasilnya menunjukkan bahwa keseluruhan tipe objek penelitian yang terdiri dari 3 tipe telah mengacu pada standar tipe rumah bugis yang berlaku di Dusun Kajuara, yaitu berdasarkan jumlah baris tiang alliri ke belakang pada bagian zona hunian utama. Memiliki 3 zona fungsi yang meliputi area lego-lego (bagian depan) merupakan teras rumah, area lalang mpola (bagian tengah/ dalam) merupakan zona hunian utama yang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dan kamar tidur, area annasung atau bola annasung (area servis) merupakan area dapur, ruang makan, dan tempat mencuci. Adapun perbedaan dan perubahan tata letak ruang yang tidak sesuai zona fungsi diakibatkan dari kebutuhan pemilik, sehingga pemilik memanfaatkan ruang kosong yang ada.Kata kunci : Tipologi; Rumah Bugis ; Denah. Abstract_ The bugis house form typology generally looks the same or identical, with the character of the house on stilts, but what about the inside space, in this case, it is related to the bola ugi floor plan itself. This study aims to identify the type of floor plan of the bola ugi in Dusun Kajuara, Bone Regency. The method used is descriptive qualitative analysis with data collection steps through field observations, interviews, and data processing. Identification of the type of bola ugi floor plan was carried out on several research objects by following the standard type reference according to the sanro bola (bugis house architect) that had been carried out in previous studies. The results show that the overall type of research object consisting of 3 types has referred to the standard type of Bugis house that applies in Dusun Kajuara, namely based on the number of rows of alliri poles to the back in the main zone. Has 3 function zones which include the ‘lego-lego’ area (front area) which is the terrace of the house, the ‘lalengmpola’ area (middle/inside area) is the main residential zone consisting of a living room, family room, and bedroom, ‘annasung’ area or ‘bola annasung’ (service area) is the kitchen, dining room, and washing area. The differences and changes in the layout of the room that do not fit the function zone are caused by the needs of the owner, so that the owner takes advantage of the available free space.Keywords : Typology; Bugis House; Floor Plan. PubDate: 2021-12-27 DOI: 10.24252/nature.v8i2a5 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Muhammar Khamdevi Pages: 168 - 175 Abstract: Abstrak_ Rumah Luhak Agam (termasuk Pasaman) di Sumatera Barat memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan Rumah Gadang Minangkabau lainnya di Luhak Tanah Datar dan Luhak Limapuluh Koto. Lokasi Luhak Agam sangat dekat dengan kawasan Rokan di Riau. Sepintas, rumah adat mereka terlihat mirip, terutama pada bentuk atapnya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi dan membandingkan karakteristik arsitektur mereka. Bagaimanakah keterkaitan karakteristik rumah-rumah mereka' Metode penelitian ini adalah kualitatif untuk melakukan perbandingan dan menggunakan sumber-sumber sejarah dan linguistik untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih komprehensif. Sehingga penelitian ini dapat menunjukkan keterkaitan antara keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat proses asimilasi pada karakteristik rumah mereka yang menunjukkan adanya sharing budaya.Kata kunci : Karakteristik Arsitektur; Rumah Tradisional; Rumah Gadang, Rumah Godang; Minangkabau-Melayu. Abstrak_ The Luhak Agam house (including Pasaman) in West Sumatra has its own characteristics that distinguish it from other Minangkabau's Rumah Gadang in Luhak Tanah Datar and Luhak Limapuluh Koto. The location of Luhak Agam is very close to the Rokan area in Riau. At a glance, their traditional houses look similar, especially in the shape of the roof. Therefore, this research tries to explore and compare their architectural characteristics. How is the linkage of the characteristics of their house' This research method is qualitative to make comparisons and use historical and linguistic sources to get a more comprehensive conclusion. So this research can show the linkage between them. The results showed that there is a process of assimilation in the characteristics of their houses which shows the existence of cultural sharing.Keywords: Architectural Characteristics; Traditional House; Rumah Gadang; Rumah Godang, Minangkabau-Melayu. PubDate: 2021-12-27 DOI: 10.24252/nature.v8i2a6 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Atikah Nurulfajri Baharuddin, Nurul Jamala, Rosady Mulyadi Pages: 176 - 186 Abstract: Abstrak_ Pada sebagian besar jenis bangunan, penggunaan cahaya alami sangat penting. Desain pencahayaan harus mencerminkan peran dan kebutuhan penghuni untuk memastikan bahwa bangunan diterangi dengan baik. Skylight adalah salah satu cara untuk meningkatkan kuantitas cahaya yang diperlukan tanpa menyebabkan silau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi cahaya antara desain skylight eksisting dengan berbagai usulan desain skylight yang dilakukan melalui simulasi pada atrium Mall Ratu Indah Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi desain bangunan eksisting menyebabkan distribusi cahaya tidak merata, sementara simulasi desain bukaan 40% menggunakan material kaca skylight dengan nilai VLT (Visible Light Transmission) sebesar 0.7, lebih memberikan hasil distribusi yang baik.Kata kunci : Pengaruh; Desain Skylight; Distribusi Cahaya; Pusat Perbelanjaan; Mall Ratu Indah Makassar. Abstract_ In most types of buildings, the use of natural light is very important. Lighting design should reflect the role and needs of occupants to ensure that the building is well lit. Skylights are one way to increase the quantity of light needed without causing glare. This research aims to analyze the distribution of light between existing skylight designs and various skylight design proposals carried out through simulations in the atrium of Ratu Indah Makassar Mall. The research method used is a quantitative method with descriptive analysis. The results showed that existing building design conditions caused uneven light distribution, while 40% aperture design simulation using skylight glass material with VLT (Visible Light Transmission) value of 0.7, more gave good distribution results.Keywords : Influence; Skylight Design; Distribusi Cahaya; Shopping Mall; Mall Ratu Indah Makassar. PubDate: 2021-12-30 DOI: 10.24252/nature.v8i2a7 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Fadlina Rachmatillah, Antariksa Antariksa Pages: 187 - 196 Abstract: Abstrak_ Frateran Bunda Hati Kudus dan komplek Sekolah Cor Jesu yang berada di Kota Malang merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda. Lokasi kedua bangunan tersebut berada di koridor Jalan Jaksa Agung Suprapto (Kawasan Tjelaket) yang merupakan kawasan bersejarah di Kota Malang. Pada koridor jalan ini terdapat banyak bangunan dengan langgam arsitektur masa Hindia Belanda. Beberapa bangunan di koridor jalan tersebut masuk dalam daftar bangunan cagar budaya dengan kondisi bangunan yang masih cukup terawat. Dengan berjalannya waktu, dan berkembangnya kebutuhan pengelolaan fungsi bangunan, maka dampaknya adalah perubahan bangunan, terutama pada bagian fasade. Studi ini bertujuan untuk menemukan bentuk geometri, dengan fokus pada kajian proses penyusunan bentuk geometri pada elemen fasade bangunan Frateran Bunda Hati Kudus dan komplek Sekolah Cor Jesu. Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan beberapa variabel bentuk geometri yang terdapat pada keseluruhan elemen fasade kedua bangunan tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa elemen fasade bangunan Frateran Bunda Hati Kudus dan komplek Sekolah Cor Jesu memiliki banyak kesamaan pada penggunaan dan proses penyusunan bentuk geometri fasadnya, dengan karakter masing-masing bangunan yang berbeda. Terutama pada bukaan pintu jendela berbentuk persegi panjang pada setiap elemen fasadnya.Kata kunci: Arsitektur; Elemen Fasade; Geometri. Abstract_ Frateran Bunda Hati Kudus and Cor Jesu School complex in Malang City is a heritage building from the Dutch East Indies era. The location of the two buildings is in the corridor of Jalan Jaksa Agung Suprapto, a historical area in Malang City. On this road corridor, there are many buildings with architectural styles from the Dutch East Indies era. Some of these buildings are included in the list of cultural heritage buildings. Over time, and the growing need for management of building functions, the impact changes in buildings, especially in the facade. This study aims to find geometric shapes, focusing on the study of the process of arranging geometric shapes on the façade elements of the Frateran Bunda Hati Kudus building and the Cor Jesu School complex. The method of analysis used in this study is descriptive qualitative, using several geometric shape variables found in the entire façade of the two buildings. The study results show that the facade of the Frateran Bunda Hati Kudus building and the Cor Jesu School complex has many similarities in the use of the geometry of the facade, with the different characters of each building. Especially on the opening of a rectangular window door on each element of the façade.Keywords: Architecture; Facade Elements; Geometry. PubDate: 2021-12-30 DOI: 10.24252/nature.v8i2a8 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)
Authors:Rian Faisal Asqhor, Yandi Andri Yatmo, Kristanti Dewi Paramita Pages: 197 - 210 Abstract: Abstrak_ Artikel ini menginvestigasi mengenai arsitektur yang tidak terkondisi, yakni desain dengan ruang dan elemen arsitektur yang hadir tanpa keteraturan dan tanpa perencanaan sebelumnya. Pelibatan masyarakat menciptakan potensi variasi dalam membangun ruang dan elemen arsitektur yang bersifat non-conformity (ketidaksesuaian), dan dengan demikian berfungsi memperkaya ruang urban yang terbentuk. Arsitektur tidak lagi berfokus hanya pada estetika sebagai bentuk akhir desain, namun menjadi bagian dari upaya untuk memberikan masyarakat ruang untuk bermanuver dalam merancang ruang urban yang adaptif. Artikel ini membahas lebih lanjut akan metode desain arsitektur yang tidak terkondisi melalui riset kajian (desk research) studi kasus arsitektur berbasis partisipasi pada restorasi Amiriya Complex, pengembangan Kali Code, dan rumah bagi komunitas tradisional di Puebla, Mexico. Analisis studi kasus ini memperlihatkan bagaimana partisipasi masyarakat mengubah fungsi ruang dan menekankan lokalitas material yang tidak terkondisi sehingga menciptakan identitas baru sebagai ruang urban. Pemahaman akan mekanisme terbentuknya desain arsitektur yang tidak terkondisi diharapkan mampu menginisiasi cabang ilmu arsitektur yang melihat arsitektur di luar keteraturan serta melihat kemungkinan masyarakat sebagai aktor utama dalam produksi ruang keseharian pada konteks urban.Kata Kunci : Arsitektur yang Tidak Terkondisi; Non-Conformity; Partisipasi; Urban. Abstract_ This article investigates unconditional architecture, which is a form of design with space and architectural elements with disordered characters that arise in an unplanned way. Engagement with the community provides potential variation in developing space and architectural elements that value non-conformity, enriching the urban space. Architecture no longer focuses on aesthetics within the final form of the design but provides maneuvering opportunities for the community to develop an adaptive urban space. This article focuses on the design method of unconditional architecture through case studies of participatory architecture in Amiriya Complex restoration, Code river development, and Puebla traditional dwellings for the community in Mexico. The analysis of these case studies demonstrates how community participation changes function and emphasize material localities that are unconditioned that generate new urban identity. Understanding the mechanism of unconditioned architecture aims to expand architectural knowledge that values architecture beyond its orderliness, and highlights possibilities of the community as the main actor in the production of everyday urban space. Keyword: Uncoditional Architecture; Non- Conformity; Paritipatoru; Urban. PubDate: 2021-12-31 DOI: 10.24252/nature.v8i2a9 Issue No:Vol. 8, No. 2 (2021)