Authors:Egi Rizqi Fitri Ardiani, Ima Noviana, Anggi Mariana, Siti Nurrohmah Pages: 65 - 76 Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kesantunan berkomunikasi di era digital. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Digital Civility Index (DCI) Microsoft, bahwa risiko terbesar netizen Indonesia adalah kabar hoax dan penipuan yang naik 13%, ujaran kebencian naik 5%, namun diskriminasi turun 2%. Sementara itu, Indonesia menduduki ranking ke-29 dari 32 negara yang diteliti Microsoft, sehingga posisinya paling buncit di Asia Tenggara. Indonesia hanya unggul dari Meksiko (DCI 76), Rusia (DCI 80), dan Afrika Selatan (DCI 81) dalam hal kesopanan online di survey tersebut. Dalam riset ini, tingkat kesopanan pengguna internet di Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, dan menempatkan warganet Indonesia di urutan terbawah se-Asia Tenggara. Semakin besar poin yang didapatkan, berarti semakin buruk tingkat kesopanan. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan angket dan observasi dalam sosial media antara lain Twitter, Instagram, dan Fecebook. Hasil yang diperoleh melalui observasi dan angket sangat berbeda, angket menunjukkan kesantunan tetap ada pada lingkungan sekitar, tetapi melalui observasi, banyak sekali yang tidak menggunakan etika dalam berkomentar. Data angket menunjukan kesopanan dalam berkomunikasi masih diatas 60%, namun berbeda dari hasil observasi di media sosial Twitter, Instagram, dan Facebook, kesantunan dalam berkomunikasi masih sangat rendah dibawah 40%. Saran dari kami untuk pembaca adalah jangan mudah terbawa arus globalisasi, seperti bertutur kata kebarat-baratan dan meninggalkan bahasa kita sendiri, bahasa persatuan yang menjunjung tinggi kesopan santunan. AbstractThis study aims to describe the form of politeness to communicate in the digital era. This research uses a descriptive quantitative approach. Microsoft's Digital Civility Index (DCI), that the biggest risk for Indonesian netizens is hoax news and fraud, up 13%, hate speech up 5%, but discrimination down 2%. Meanwhile, Indonesia ranks 29th out of 32 countries studied by Microsoft, making it the most protruding position in Southeast Asia. Indonesia is only ahead of Mexico (DCI 76), Russia (DCI 80), and South Africa (DCI 81) in terms of online politeness in the survey. In this research, the politeness level of internet users in Indonesia deteriorated eight points to 76, and put Indonesian netizens at the bottom of Southeast Asia. The greater the points earned, the worse the politeness level. Data collection methods used in this study were questionnaires and observations in social media, including Twitter, Instagram, and Facebook. The results obtained through observation and questionnaires are very different, questionnaires show politeness remains in the surrounding environment, but through observation, many do not use ethics in commenting. The questionnaire data shows politeness in communicating is still above 60%, but different from the results of observations on social media Twitter, Instagram, and Facebook, politeness in communicating is still very low below 40%. Our advice for readers is not to easily get carried away by the flow of globalization, such as speaking westernized words and leaving our own language, the language of unity that upholds courtesy. PubDate: 2021-11-08 Issue No:Vol. 2, No. 2 (2021)
Authors:Luthfia Qothrun Nada Pages: 77 - 86 Abstract: Pendidikan merupakan salah satu proses menjadikan manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak kekurangan dalam proses pendidikan. Masih banyak ditemui dalam pendidikan sistem yang masih salah dan tidak menggambarkan maksud dan tujuan pendidikan. Pandemi Covid 19 yang terjadi di berbagai negara memberikan dampak di semua sektor kehidupan manusia termasuk pendidikan. Sistem pendidikan di berbagai tingkatan satuan pendidikan berubah menjadi pembelajaran dalam jaringan atau daring. Sistem pembelajaran daring diterapkan pada semua mata pelajaran yang ada pada satuan pendidikan termasuk pembelajaran matematika. Problematika pembelajaran matematika yang terkadang tidak humanis bagi peserta didik menjadi semakin rumit karena pembelajaran matematika dengan sistem daring. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji humanisasi pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar pada masa pendemi. Metode pengumpulan data dengan cara mengkaji literatur tentang pembelajaran matematika dengan sistem dalam jaringan, wawancara dan angket. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian pembelajaran matematika dengan sistem daring pada masa pandemi dikemas semenarik mungkin agar peserta didik tetap termotivasi dan tidak tertekan ketika belajar. Pembelajaran matematika disajikan dua arah agar guru dan peserta didik dapat berinteraksi dan saling memberikan feedback pembelanjaran. Pembelajaran matematika yang humanis sistem daring akan menjadikan peserta didik merasa termotivasi dan tidak terbebani ketika belajar matematika. Education is a process of making humans in accordance with their nature as humans. However, in reality there are still many deficiencies in the educational process. There are still many in the education system that is still wrong and does not describe the aims and objectives of education. The Covid 19 pandemic that occurred in various countries had an impact on all sectors of human life, including education. The education system at various levels of the education unit is transformed into learning online or online. The online learning system is applied to all subjects in the educational unit including mathematics learning. The problems of learning mathematics which are sometimes inhumane for students are becoming increasingly complicated because of learning mathematics with an online system. This study aims to examine the humanization of mathematics learning at the elementary school level during the pandemic. Methods of data collection by reviewing the literature on mathematics learning with an online system, interviews and questionnaires. Furthermore, the data were analyzed qualitatively. The results of this study indicate that the online mathematics learning assessment system during the pandemic was packaged as attractively as possible so that students remain motivated and not depressed when learning. Mathematics learning is presented in two directions so that teachers and students can interact and provide mutual feedback on learning. Learning mathematics with an interactive online system will make students feel motivated and not burdened when learning mathematics. PubDate: 2021-07-30 Issue No:Vol. 2, No. 2 (2021)
Authors:Mufti Falah Pages: 87 - 94 Abstract: Pemerintah Indonesia sepakat dengan adanya tantangan perkembangan berkelanjutan yang sudah ditetapkan oleh Negara-negara dunia yaitu SDGs 2030, hal tersebut membuka kesempatan Indonesia untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia untuk menjawab tantanganya yang focus untuk mengakhiri berbagai masalah kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. Peran mahasiswa sekarang akan semakin nyata dengan adanya tantangan SDGs pada tahun 2030 bangsa Indonesia akan mengalami sebuah fenomena bonus demografi, dimana pada fenomena tersebut jumlah penduduk dengan usia produktifnya lebih tinggi dibandingkan dengan usia non produktifnya dimana akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang baik. mahasiswa harus bisa mengkolaborasikan efek dari revolusi industri 4.0 dimana inovasi-inovasi teknologi dengan digitalisasinya yang berkembang begitu cepat dengan proses pembelajarannya. Kemedikbud melalui Nadiem Makarim membuat gagasan baru bagi mahasiswa dengan memeperkenalkan program Kampus Merdeka. Pada program tersebut salah satunya setiap mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengikuti perkuliahan diluar program studinya selama tiga semester, hal tersebut diharapkan bisa menambah kemampuan mahasiswa secara luas sebagai bekal nanti saat di dunia kerja. . Metode yang digunakan pana penulisan kali ini adalah kajian kepustakaan yaitu menggunakan berbagai sumber rujukan baik dari hasil penelitian maupun hasil pemikiran penulis lainnya. Oleh karena itu tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan bahwa program kampus merdeka yang ditetapkan akan maksimal dengan adanya era digitalisasi karena segala informasi akan sangat cepat ditemukan dalam upaya mahasiswa dalam meingkatkan kemampuannya dan tantangan SDGs 2030 dengan kemampuan mahasiswa yang kompleks akan membawa perubahan di lingkungan sekitar dan tantangan SDGs 2030 akan terwujud. The Indonesian government agrees with the challenges of sustainable development that have been set by countries in the world, namely SDG's 2030, this opens the opportunity for Indonesia to prepare human resources to answer its challenges that focus on ending various poverty problems, reducing inequality and protecting the environment. The role of students now will be more real with the SDG challenges. In 2030, the Indonesian nation will experience a demographic bonus phenomenon, where in this phenomenon the number of people with productive age is higher than their non-productive age, which will have an impact on good economic growth. students must be able to collaborate on the effects of the 4.0 industrial revolution where technological innovations with their digitalisation are developing so fast with the learning process. Kemedikbud through Nadiem Makarim created new ideas for students by introducing the Merdeka Campus program. In this program, one student is given the freedom to take part in lectures outside the study program for three semesters, which is expected to increase the ability of students widely as provisions for later in the world of work. The method used in writing this time is literature review, namely using various sources of reference both from the results of research and the results of the thoughts of other authors. Therefore, the purpose of this paper is to describe that the independent campus program will be maximized with the digitalization era because all information will very quickly be found in students' efforts to improve their abilities and challenges SDG's 2030 with complex student abilities that will bring changes in the environment and challenges SDG's 2030 will come true. PubDate: 2021-07-30 Issue No:Vol. 2, No. 2 (2021)
Authors:Rahmawati Nurul Layli, Sarjuni Sarjuni, Choeroni Choeroni Pages: 95 - 102 Abstract: Tahun 2020 dunia dikejutkan dengan datangnya wabah Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Virus yang diduga berasal dari Wuhan, China ini mulai menyebar ke negara tetangga dan tterus berlanjut hingga seluruh penjuru dunia. Adanya wabah tersebut orang-orang diimbau untuk menguragi aktivitas di luar rumah dan kegiatan pembelajaran maupun bekerja dilakukan secara work from home (WFH). Hal tersebut menuntut semua pihak untuk lebih tanggap dan adaptif terhadap perubahan-perubahan, terutama dalam sistem pembelajaran yang dilakukan secara daring. Termasuk bagaimana perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dari pembelajaran daring. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, yang mana dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau latar sosial yang digambarkan dalam tulisan naratif. Perencanaan model pembelajaran daring dilakukan dengan menyiapkan RPP, mengunduh aplikasi yang akan digunakan, serta memastikan keadaan jaringan. Dalam pelaksaaannya, guru menggunakan beberapa aplikasi untuk mendukung pembelajaran, seperti webex meet, google form, google classroom, dan email. Dalam proses evaluasi pun guru tetap menggunakan aplikasi untuk mendukung proses pembelajaran. Sejauh ini, penerapan model pembelajaran daring dinilai kurang maksimal, sebab masih banyak terjadi kendala ketika proses pembelajaran berlangsung. In 2020, the world shocked by the arrival of the Coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak. The virus, which is thought to have originated in Wuhan, China, began to spread to neighboring countries and continues to all corners of the world. (Yuliana, 2020) People are urged to reduce activities outside the home and learning and work activities are carried out in a work from home (WFH) manner. This requires all parties to be more responsive and adaptive to changes, especially in online learning systems. Including how to plan, implement, and evaluate online learning. This research uses descriptive qualitative research, in which the researcher describes an object, phenomenon, or social setting that is depicted in narrative writing. Planning for online learning models is carried out by preparing lesson plans, downloading applications to be used, and ensuring the state of the network. In doing so, the teacher uses several applications to support learning, such as webex meet, google form, google classroom, and email. In the evaluation process, the teacher still uses the application to support the learning process. So far, the application of the online learning model is considered to be less than optimal, because there are still many obstacles during the learning process. PubDate: 2021-07-30 Issue No:Vol. 2, No. 2 (2021)
Authors:Siti Sholikhah, Dedy Kurniadi, Andi Riansyah Pages: 103 - 110 Abstract: Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama masyarakat Indonesia. Makanan merupakan kebutuhan manusia yang paling pokok selain udara dan air. Oleh sebab itu upaya peningkatan produksi harus diperhatikan. Salah satu kendala atau penghambat dalam pertanian padi adalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Namun pengetahuan para petani padi tentang hama dan penyakit serta pengendaliannya masih kurang. Di sisi lain jumlah pakar tentang hama dan penyakit padi terbatas. Salah satu ilmu dalam bidang teknologi yang dapat menjadi solusi pada masalah tersebut yaitu ilmu sistem pakar. Dalam pembuatan sistem ini dibutuhkan pakar yang ahli di bidang hama dan penyakit tanaman padi untuk mendapatkan data-data yang akurat. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Forward Chaining untuk menentukan jenis-jenis hama dan penyakit tanaman padi. Input yang dibutuhkan adalah gejala atau ciri-ciri yang muncul pada tanaman padi. Basis pengetahuan dibangun dengan menggunakan kaidah produksi (IF_THEN). Nilai akan diperoleh dari aturan (rule) untuk gejala atau ciri-ciri yang digabungkan. Hasil dari penggabungan ini merupakan output solusi hama dan penyakit tanaman padi. Sistem pakar ini akan mempermudah petani untuk mengetahui jenis hama dan penyakit tanaman padi serta cara pengendaliannya.Kata kunci: Sistem Pakar; Forward Chaining; Tanaman Padi; Hama dan Penyakit Tanaman PadiAbstractThe rice plant is the main food crop of Indonesian society. Food is the most basic human need besides air and water. Therefore, efforts to increase production must be considered. One of the obstacles or obstacles in rice farming are pests and diseases that attack rice plants. However, the knowledge of rice farmers about pests and diseases and their control is still lacking. On the other hand, the number of experts on rice pests and diseases is limited. One of the sciences in the field of technology that can be a solution to this problem is expert systems sciences. In making this system experts who are experts in the field of pests and diseases of rice plants are needed to obtain accurate data. The method used in this research is the Forward Chaining method to determine the types of pests and diseases of rice plants. The input required is the symptoms or characteristics that appear in rice plants. The knowledge base is built using the production principle (IF-THEN). Value will be obtained from the rule for the symptom or trait combined. The result of this combination is the output of solutions for rice pests and diseases. This expert system will make it easier for farmers to find out the types of pests and diseases of rice plants and how to control them. PubDate: 2021-07-30 Issue No:Vol. 2, No. 2 (2021)