Authors:Dominikus Raditya Atmaka, Nila Reswari Haryana, Qonita Rachmah, Stefania Widya Setyaningtyas, Anisa Lailatul Fitria, Azizah Ajeng Pratiwi, Aliffah Nurria Nastiti, Asri Meidyah Agustin, Rian Diana, Mahmud Aditya Rifqi Pages: 1 - 5 Abstract: Kecukupan gizi pada masa prakonsepsi akan menentukan output kelahiran anak dan pertumbuhan anak serta menunjang fungsi alat reproduksi agar dapat berperan optimal. Sayangnya banyak pasangan calon pengantin yang belum mengetahui pentingnya gizi prakonsepsi yang harus diterapkan sebelum ibu hamil. Tingginya permasalahan ibu selama masa kehamilan menunjukkan pentingnya gizi prakonsepsi dan dibutuhkan pendidikan gizi dan promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat dalam mempersiapkan kehamilan. Sebagai salah satu upaya menurunkan angka stunting, maka dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kapasitas pada remaja dan calon pengantin agar dapat mempersiapkan kehamilan yang sehat, salah satunya melalui kursus persiapan pra nikah. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan media edukasi berbasis hybrid learning (kombinasi online dan offline). Penelitian ini berupa edukasi gizi yang didasarkan pada kontstruksi Health Belief Model pada remaja dan calon pengantin, khususnya untuk meningkatkan niat, sikap, norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap penerapan gizi prakonsepsi. Sebelum dan sesudah dilakukan edukasi, dilakukan pretest dan posttest untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui edukasi gizi prakonsepsi pada kursus persiapan pernikahan secara offline dapat meningkatkan secara signifikan pengetahuan peserta (p<0,001) karena proses interaksi dua arah yang berjalan dengan lebih baik. Untuk itu disarankan pemberian edukasi gizi prakonsepsi pada kursus persiapan pernikahan dapat diberikan secara offline. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.1-5 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Patmawati, Wini Trilaksani, Widati Fatmaningrum, Siti Rahayu Nadhiroh Pages: 6 - 12 Abstract: Stunting is a condition of failure to grow and develop in children due to lack of nutritional intake for a long time. This is a major threat in realizing quality Indonesian human resources. The consumption of animal protein in Indonesia is at least 6 kg/capita/day. Therefore, a food diversification program is needed to meet the needs of animal protein, especially those sourced from fish. One of the aquaculture commodities that has a very large opportunity to be developed in the context of fulfilling the nutrition of the Indonesian people is catfish. Therefore, the use of oversized catfish as an ingredient for the manufacture of local products in the form of cendol has the potential to be developed to increase protein content. This study aims to determine the formulation of a dessert (cendol) based on wet protein isolate (surimi) of catfish. The concentration of surimi used in the preliminary study was 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50% and 60%. The resulting product is then characterized by organoleptic, chemical, and biological characteristics. The results of the proximate test in the main study showed that the higher the percentage of surimi used, the higher the protein content of cendol products. The results of the commercial cendol proximate test, and surimi-based cendol with the addition of 25%, 30%, and 35% surimi percentages were 1.24%, 4.13%, 4.74% and 5.47%, respectively. During 8 days of storage at 6oC there was a decline in product quality as seen from all test parameters on cendol products. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.6-12 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Endah Budi Permana Putri, Faradila Putri Namira, Achmad Syafiuddin Pages: 13 - 21 Abstract: The high stunting rate in Indonesia encourages the Government to make efforts to accelerate stunting reduction. One of the efforts is by assisting universities to the local government in Bojonegoro District. The purpose of this activity is to find out the factors that cause families to be at risk of stunting in Bojonegoro District. The research method used is analytic observational with a cross-sectional design. The data source for this research is secondary data in the form of PK21 Bojonegoro Regency obtained from the East Java BKKBN. The statistical analysis used was the Paired Sample T Test with α = 0.05. The results show that the type of house floor used is ceramic/granite/marble, the most used drinking water source is bottled/refill water and the most used defecation facility is a septic tank. But behind it all, there are still families who have not used a good type of floor, healthy drinking water sources and standardized defecation facilities. The conclusion of this research is that there are still families at risk of stunting in Bojonegoro District based on the parameters of the widest house floor type, drinking water sources and defecation facilities. This research is expected to contribute to the acceleration of stunting reduction in Bojonegoro District. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.13-21 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Nur Mufida Wulan Sari, Farah Rosyihana Fadhila, Ulfatul Karomah, Emyr Reisha Isaura, Annis Catur Adi Pages: 22 - 30 Abstract: Indonesia telah melakukan berbagai upaya percepatan penanggulangan stunting melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Program Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) merupakan salah satu intervensi terintegrasi dalam percepatan penanggulangan stunting dengan penerapan standart emas pemberian makan bayi dan anak. Kajian ini bermaksud untuk menganalisa program PMBA di Indonesia serta memberikan rekomendasi dengan pendekatan model Nutrition Care Process (NCP) komunitas meliputi penilaian, analisa masalah, intervensi, dan monitoring dan evaluasi kami gunakan untuk melakukan analisis program dan kebijakan dalam kajian ini. Hasilnya program PMBA di Indonesia perlu didukung dengan beberapa aspek yang melibatkan intervensi sensitif menyangkut akses pada sumber makanan, monitoring, dan penguatan sumber daya manusia. Kami merekomendasikan adanya penguatan dalam peningkatan penjaminan akses pangan bagi kelompok umur sesuai sasaran PMBA, penguatan ketahanan pangan keluarga, penguatan monitoring data berkaitan dengan data makanan pendamping air susu ibu (jumlah, tekstur, frekuensi makan, dan kesesuaian usia, keragaman pangan, pemberian air susu ibu (ASI) sampai dengan 2 tahun, dan penambahan tenaga terlatih PMBA. Program PMBA membutuhkan dukungan dari lintas sektor untuk mencapai standart emas PMBA. Penguatan internal terkait data dan sumber daya manusia merupakan upaya yang patut dipertimbangkan untuk mendukung keberhasilan program PMBA dalam rangka percepatan penanggulangan stunting di Indonesia. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.22-30 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Atik Rahmawati, Ni mal Baroya, elok permatasari, Globila Nurika, Leersia Yusi Ratnawati Pages: 31 - 38 Abstract: Desa Sukojember merupakan lokasi fokus dalam penurunan angka stunting di Kabupaten Jember. Komitmen dan partisipasi aktif pelaksana dalam mencapai tujuan menjadi faktor penting dalam keberhasilan program. Realitas yang terjadi menunjukkan bahwa kegiatan tidak berjalan karena pelaksana merasa malu menjalankan perannya. Sikap ini dipengaruhi oleh persepsi gender bahwa kegiatan penurunan stuting lebih pada urusan rumah tangga, sehingga perempuan dianggap lebih memahami. Tujuan kajian ini adalah untuk mengeksplorasi perspektif peran gender dalam pelaksanaan kegiatan percepatan penurunan stunting. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kasus. Kegiatan tersinergi dengan pendampingan percepatan penurunan stunting yang dilakukan oleh Universitas Jember bekerjasama dengan Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Jember. Penelitian dilakukan pada bulan September 2022. Penggalian data dilakukan dengan wawancara dan diskusi kelompok terarah pada 12 informan pelaksana. Teknik penentuan informan menggunakan purposive dari Tim Percepatan Penurunan Stunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi peran gender dibentuk dari faktor internal, berupa anggapan pribadi pelaksana, bahwa kegiatan penurunan angka stunting adalah persoalan domestik keluarga, sehingga perempuan dipandang lebih bertanggungjawab. Faktor eksternal dilatarbelakangi oleh budaya Madura, yang beranggapan bahwa tradisi dari penerapan nilai-nilai kultural yang masih fokus pada budaya patriarki. Persepsi dikuatkan oleh adanya dominasi pengurus berjenis kelamin perempuan yaitu 8 dari 12 pelaksana. Persepsi berpengaruh terhadap percepatan penurunan stunting yang ditunjukkan dengan kegiatan kampung keluarga berkualitas yang tidak pernah dilakukan di desa. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.31-38 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Nabila Mutia Rahma, Dominikus Raditya Atmaka, Anisa Lailatul Fitria, Azizah Ajeng Pratiwi, Qonita Rachmah, Alifah Nurria Nastiti, Asri Meidyah Agustin, Lilis Sulistyorini Pages: 39 - 46 Abstract: Stunting merupakan masalah gizi utama dengan kondisi terhambatnya pertumbuhan pada anak akibat asupan gizi yang tidak tercukupi sehingga anak memiliki risiko terjadinya penurunan kognitif dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Selama masa pandemi COVID-19, prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi hingga mencapai 24,4% pada tahun 2021. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kejadian stunting, salah satunya yakni sanitasi yang merupakan salah satu pilar dalam formulasi program percepatan penurunan stunting. Meta-analisis ini bertujuan untuk membandingkan peran peningkatan fasilitas sanitasi terhadap kejadian stunting selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode meta-analisis dengan pengumpulan data studi primer pada Medline, Sciencedirect, dan Embase menggunakan protocol PRISMA. Analisis menggunakan STATA 12. Sebanyak 29 artikel ditinjau dengan tahun terbit 2019 – 2021. Hasil penelitian menunjukan effect size yang bervariasi mulai dari 0,07 hingga 23,95. Adapun nilai summary effect atau overall odds ratio sebesar 1,31 yang menunjukan bahwa peningkatan fasilitas sanitasi masih memiliki dampak positif terhadap pencegahan kejadian stunting selama masa pandemi COVID-19. Kata kunci— COVID-19, gizi anak, sanitasi, stunting, WASH PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.39-46 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Qonita Rachmah, Lailatul Muniroh, Atmaka Dominikus Raditya, Fitria Anisa Lailatul, Pratiwi Azizah Ajeng, Agustin Asri Meidyah , Nastiti Aliffah Nurria , Arum Damar Aditya Bayu Sukma , Helmyati Siti , Wigati Maria Pages: 47 - 52 Abstract: Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang optimal merupakan salah satu upaya penting dalam pencegahan stunting. Oleh karena itu, edukasi pasrtisipatif terkait MPASI, terutama pada kader perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pemberian MPASI yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas edukasi gizi yang bersifat partisipatif dengan hands-on-activity terhadap peningkatan pengetahuan pada kelompok kader dan non-kader. Studi ini menggunakan desain quasi-experimental one-group pre-post test pada total 128 subjek yang dipilih secara purposif. Pendidikan gizi dilakukan melalui edukasi konvensional terkait dengan stunting dan MPASI lalu diikuti dengan demo masak MPASI sebagai bagian hands-on-activity. Pengetahuan dinilai dengan kuesioner berisi 15 pertanyaan yang diisi sebelum dan selesai edukasi gizi partisipatif. Data kemudian di analisis dengan uji Paired T-Test. Hasil penelitian menunjukkan secara total, skor pengetahuan terkait MPASI meningkat dari 9,55+1,9 menjadi 10,40+1,5 (Pvalue < 0,000). Dengan analisis terpisah, hasil yang sama ditunjukkan pada kelompok kader dan non-kader, dimana skor pengetahuan sebelum dan setelah edukasi gizi mengalami peningkatan yang signifikan (8,47+1,6 menjadi 9,73+1,1 pada kelompok kader vs 10,22+1,9 menjadi 10,81+1,6 pada kelompok non-kader; Pvalue<0,000). Jika dibandingkan antara kedua kelompok, ternyata kelompok kader memiliki rata-rata peningkatan skor pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok non-kader (1,2 vs 0,6;Pvalue = 0,017). Penelitian ini menunjukkan dua hal penting, pertama adalah edukasi konvensional dan hands-on-activity terbukti efektif dalam peningkatan pengetahuan baik pada kelompok kader maupun non-kader; kedua, kelompok kader memiliki skor pengetahuan lebih tinggi dibandingkan non-kader. Kader posyandu memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat ditingkatkan potensinya dalam mengedukasi masyarakat sehingga edukasi serupa dapat dilakukan dengan cakupan kader yang lebih luas. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.47-52 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Bunga Farida, Siti Rahayu Nadhiroh, Edi Dwi Riyanto, Mochammad Bagus Qomaruddin, Shrimarti Rukmini Devy, Emy Trisna Juwita Pages: 53 - 57 Abstract: Paper ini menjelaskan mengenai Model Participatory Actions Research ( Penelitian Tindakan ) sebagai salah satu metode penelitian dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya penurunan angka stunting di Jawa Timur. Penelitian ini melibatkan Partisipasi masyarakat secara aktif berupa pembuatan video tiktok yang berisi ajakan kepada warga untuk melakukan berbagai Tindakan pencegahan stunting. Sampel yang digunakan berupa 360 video tiktok yang dibuat oleh warga desa dari 180 desa di 18 Kabupaten di Jawa Timur. Masing-masing sampel akan ditabulasi dari aspek demografis, konten video, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi video. Hasil tabulasi akan dianalisis dengan menggunakan model Participatory Action Research untuk menentukan tingkat partisipasi masyarakat apakah sudah sampai tingkat subyek, pelaku, atau pemimpin kampanye. Model partisipatory Action Research ini berkaitan dengan penelitian tindakan yang akan menghasilkan formula yang sesuai dengan bentuk partisipasi masyarakat dalam melakukan upaya penurunan angka stunting. Kata kunci: Participatory Action Research, kampanye, anti stunting, warga desa PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.53-57 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Ni Njoman Juliasih, Eko Budi Santoso, Ade Lia Ramadani, Sugiharto Pages: 58 - 63 Abstract: Stunting is a chronic nutritional problem caused by cumulative and continuous malnutrition resulting in children being too short for their age. The percentage of stunted under-five children in 2021 in East Java province was 23.5%. Meanwhile, in Mojokerto District, the stunting prevalence was 27.4%, above the stunting prevalence in East Java province. The local government agency at a regency/municipality level up to a village level plays a role as a policy creator and an implementor; they need to know well about various matters related to stunting to achieve the goal, which is decreasing the stunting rate. This activity aimed to improve the stakeholders’ knowledge as the policymakers on stunting and its preventive efforts. The method used in this study was a cross-sectional method using a quantitative survey. The activity consisted of three stages: first, distributing pre-test questionnaires related to materials that would be given; second, conducting education to the stakeholders by three speakers and was followed by a discussion; third, distributing post-test questionnaires to measure the respondents’ understandings of the education that had been given. The findings of this study indicated that there was a significant difference in the average knowledge of stunting dan the preventive efforts before and after conducting education to the stakeholders (P=0.00). This result showed that there was a positive effect on giving education to improve the stakeholders’ knowledge of stunting as an acceleration effort to the Desa EMAS (Eliminasi Stunting) in Mojokerto District. Keywords: Education, Stunting Knowledge, Stakeholder PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.58-63 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Nuraini Fauziah, Qurnia Andayani, Septi Ariadi, Toetik Koesbardiati, Bayu Praharsena Pages: 64 - 75 Abstract: Desa Emas is Elimination for Stunting in the Village that focuses on action to catalyst the reduction of stunting that carried out in 18 district/city in East Java. This program is initiated requires cooperation in achieving the goals. Collaboration that actively involves various sectors is very important, especially using penta-helix strategy include government, college, community, media mass and business partners to commit the acceleration of the stunting reduction. This study aims to describe the implementation of the penta-helix strategy "Desa Emas" in the perception commitment and stunting reduction in Sumenep Regency, East Java Province. The method used is descriptive qualitative with purposive samples, data obtained through in-depth interviews, observations and FGDs to the staff of the Health District Department, sub-district PLKB, village heads, BUMDES managers, family support teams consisting of midwives, PKK cadres, and family planning cadres in 10 stunting locus villages in Sumenep Regency. The results showed that the Sumenep Regency Government had optimized the policies that were prepared with cooperation support of government officials until the village level, media mass, business partner, community, and academic support. The national support for stunting reduction is very important, because of that the action plan of penta-helix strategy is needed to support a commitment to accelerate the stunting reduction sustainability. Keywords: Penta-helix, Commitment, Stunting, Desa Emas PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.64-75 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Adma Novita Sari, Dzuria Hilma Qurotu’ain, Faradilla Harianto, Sa'idah Zahrotul Jannah Pages: 76 - 82 Abstract: Indonesia has the highest number of stunted children in Southeast Asia. Indonesia's stunting prevalence rate is also still higher than the threshold set by WHO (20%). This issue has become a particular concern of the government. Hence, by 2024, the government targets the prevalence of stunting to decrease to 14% under Presidential Regulation no. 72 of 2021. One of the highest stunting cases in Indonesia is Bangkalan Regency, which has a prevalence rate of 38.9%, exceeding the maximum stunting target limit in Indonesia. Therefore, this study aimed to map the area in Bangkalan Regency based on the factors that influence stunting cases in toddlers. This study used data from the National Population and Family Planning Agency (BKKBN) survey in 2021. The results show that several sub-districts in Bangkalan still have poor water availability, sanitation, environmental hygiene, and housing welfare. Mapping the area can help the government provide the right solution for the area's problems. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.76-82 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Warda Eka Islamiah, Siti Rahayu Nadhiroh, Endah Budi Permana Putri, Farapti, Chyntia Apris Christiwan, Priskila Kris Prafena Pages: 83 - 89 Abstract: The food insecurity problem is closely related to poverty. One of the communities belonging to the lower middle class in Indonesia is Fishermans. Stunting toddler is one of the chronic nutritional problems caused by low access to and affordability of food. Food and nutrition security is a unity, where nutrition is a very important element in improving the life quality of the population. The purpose of this study was to analyze the relationship between family characteristics, toddler characteristics, and food security with the incidence of stunting in toddlers. This research is included in the cross-sectional study design. The research sample was 87 fisherman households in the Ngemplakrejo Village, Pasuruan City, which were randomly selected using simple random sampling. Data were analyzed using chi-square correlation tests. The results showed that the stunting prevalence was still high at 43.7%. In addition, families in the category of severe food insecurity were also found, namely 16.1%. Based on the study results, there was a relationship between household food expenditure (p=0.027), birth body length (p=0.027), exclusive breastfeeding history (p=0.034) and household food security (p=0.000) with stunting in toddlers. The conclusion of this study is stunting in toddlers can occur due to factors such as family characteristics, toddler characteristics, and food security. This study recommends increasing in food security by paying attention to the adequacy of family food needs through coping strategy, household expenditure by prioritizing toddler nutrition and increasing household food security by providing training and skills in diversification of catch products and productive businesses. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.83-89 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Alma Feriyanti, Nafiatus Sintya Deviatin, Ira Nurmala, Sri Widati, Dominikus Raditya Atmaka Pages: 90 - 96 Abstract: An increase in the prevalence of anemia in young women will affect the quality of life and their offspring. Adolescent girls who experience anemia are at risk for anemia during pregnancy. Anemia in pregnant women will impact giving birth to stunted babies. Iron supplementation is a specific intervention effort to prevent anemia in female adolescents. This study aims to analyze the determinants of adherence to iron supplementation in young women and specific interventions to prevent stunting. This study uses a systematic review using PRISMA. Five electronic databases are used: Scopus, ScienceDirect, Wos, SAGE, and Google Scholar. The articles used in this research are 10 articles. The inclusion criteria for this study were articles published within five years, namely, 2018-2022, full text, open access, and in Indonesian and English. The determinants of adherence to iron supplementation are influenced by several factors, including sociodemographic factors such as the mother's occupation, education, and adolescent age. Intrapersonal factors such as young women's motivation and perceived benefits. Interpersonal factors such as support from parents, peers, and teachers. Institutional factors such as school support in the distribution of iron tablets. The compliance of young women in consuming iron tablets is influenced by sociodemographic, intrapersonal, intrapersonal, and institutional factors. There is a need for health education for young women and parents as well as strengthening commitment to schools so that they receive support in the implementation of iron supplementation as a specific intervention for stunting prevention Keywords: Compliance, Iron Tablets, Adolescents, Anemia, Stunting PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.90-96 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Endang Retno Surjaningrum, Eldatia Utari Putri, Nur Ainy Fardana N., Lucia Tri Suwanti, Lutfi Agus Salim, Esti Yunitasari, Bani Bacan Hacantya Yudanagara, Lantip Muhammad Dewabrata Pages: 97 - 103 Abstract: Penelitian ini bertujuan menunjukkan faktor protektif atau pendukung, dan faktor resiko atau penghambat program penanganan stunting yang ditemui di kelurahan lokus stunting dengan kasus stunting terbanyak di Kota Surabaya. Penduduk kota Surabaya memiliki latar belakang sosial-budaya dan ekonomi serta lingkungan yang beragam. Penelitian dilakukan menggunakan Focus Group Discussion yang dilaksanakan bersama tim kelurahan yang terdiri dari Kader, PLKB, PKK, tim Rumah Dataku, guru PAUD, serta TPK di sepuluh (10) kelurahan di bulan September-Oktober 2022 menggunakan panduan pertanyaan yang disusun oleh tim peneliti. Data dianalisis secara deskriptif dengan kategori faktor protektif dan faktor resiko. Hasil data menggambarkan keragaman situasi di masing-masing kelurahan. Hasil akan dikombinasikan dengan hasil data audit stunting sebagai rekomendasi strategi penanganan stunting kepada Dinas terkait di Surabaya. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.97-103 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Pipit Festi Wiliyanarti Wiliyanarti, Dede Nasrullah, Royyan Salam, Idam Cholic Pages: 104 - 111 Abstract: Pola makan yang salah, ketidakcukupan ketersediaan makanan dan tidak mendapatkan gizi seimbang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita. Kurangnya pengetahuan ibu dalam pemenuhan makanan akan berdampak status gizi buruk pada balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi pemberian makanan tambahan berbasis bahan local terhadap pengetahuan ibu balita stunting dengan media video animasi. Desain dalam penelitian ini pre-eksperimen jenis One Group Pretest-Posttest. Populasi semua ibu balita stunting di Pamekasan, Teknik purposive sampling dengan sampel penelitian ini sejumlah 65 ibu balita stunting di Wilayah Pamekasan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan lembar observasi. Untuk mengetahui pengaruh edukasi animasi terhadap pengetahuan ibu menggunakanan analisis Wilcoxon Signed Rank . Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan edukasi, sebagian berpengetahuan kurang sejumlah 39 reponden (60 %), setelah diberikan intervensi edukasi animasi pengetahuan responden sebagaian besar baik 29 reponden (44.61 %). Ada pengaruh pemberian edukasi pemberian makanan tambahan berbasis bahan lokal dengan pengetahuan ibu balita stunting nilai p=0.00. Edukasi dengan media animasi meningkatkan pengetahuan ibu dalam penyediaan makanan tambahan berbahan local, dapat digunakan sebagai alternative asupan gizi balita stunting. Kata kunci : Stunting, Balita, Edukasi, Pengetahuan. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.104-111 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Siti Rahayu Nadhiroh, Edi Dwi Riyanto, Sa'idah Zahrotul Jannah, Ika Savitri Salsabil Pages: 112 - 119 Abstract: Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan prevalensi stunting pada balita tergolong medium. Pemetaan balita berpotensi resiko stunting diperlukan sebagai informasi awal dalam upaya eliminasi stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi balita risiko stunting di Jawa Timur dan menganalisis hubungannya dengan indicator keluarga pra-sejahtera. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Pendataan Keluarga (PK) 2021. Data diperoleh melalui sensus dengan mendata seluruh keluarga yang menjadi target sasaran di Jawa Timur. Pengumpulan data melalui kunjungan rumah menggunakan formulir F/I/PK/21 dan diinput langsung melalui aplikasi berbasis smartphone. Pemetaan Keluarga Sasaran Berpotensi Risiko Stunting dalam penelitian ini menggunakan salah satu penapisan yaitu keluarga pra-sejahtera. Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk gambar. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson. Terdapat 11.848.066 kepala keluarga di Jawa Timur yang telah terdata. Jumlah balita potensi risiko stunting terbesar terdapat di Kabupaten Malang, Jember, dan Kota Surabaya. Sedangkan berdasarkan presentase, wilayah dengan balita potensi risiko stunting terbesar adalah Kab. Sampang, Bangkalan, dan Sumenep. Dapat disimpulkan bahwa, balita berpotensi risiko stunting dan keluarga pra-sejahtera di Jawa Timur terkonsentrasi pada Kota/Kabupaten tertentu. Hasil analisis statistic menunjukkan potensi risiko stunting berhubungan dengan keluarga dengan ada anak 7-15 tahun tidak sekolah (p-value<0,001), keluarga dengan tidak ada anggota keluarga yang memiliki sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok per bulan (p-value=0,001), tidak setiap anggota keluarga makan “makanan beragam” paling sedikit 2 kali sehari (p-value<0,001) serta keluarga pra-sejahtera (p-value<0,001). Diperlukan percepatan pengentasan keluarga pra-sejahtera melalui indicator yang ditetapkan serta peningkatan anggaran dan program percepatan penurunan stunting pada Kabupaten/Kota dengan potensi risiko stunting terbesar. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.112-119 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Uliyatul Laili, Endah Budi Permana Putri, Lailatul Khusnul Rizki Pages: 120 - 126 Abstract: Stunting masih menjadi salah satu permasalah gizi yang terjadi di Inodnesia, dan ditandai dengan tubuh pendek. Anak dengan stunting akan lebih rentan terhadap penyakit. Sehingga penanganan masalah Stunting dapat dimulai sejak persiapan sebelum kehamilan yaitu pada remaja, calon pengantin, dilanjutkan pada ibu hamil, ibu menyusui dan balita melalui tim pendamping keluarga. Pelaksanaan pendampingan keluarga dilakukan dengan membentuk tim pendamping keluarga yang nantinya akan melakukan penyuluhan, fasilitas pelayanan rujukan, fasilitas bantuan sosial bagi keluarga berisiko Stunting serta surveilans terhadap kelompok sasaran di tingkat desa/kelurahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran pendamping keluarga dalam menurunkan stunting di Kecamatan Porong. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pendamping keluarga di Wilayah Puskesmas Porong. Pengambilan sampel dilakukan dengan samtotal sampling sebanyak 66 pendamping keluarga di Wilayah Puskesmas Porong yang terdiri dari 7 Kelurahan/ desa. Pengambilan data dilakukan secara observasi dan wawancara selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 desa yang terdapat di wilayah Puskesmas Porong, Kecamatan Porong, semuanya telah terbentuk tim pendamping keluarga untuk menurunkan stunting. Prosentase stunting di Kecamatan Porong pada tahun 2020 sebesar 10,80%, sedangkan pada tahun 2021 prosentase stunting sebesar 10%. Pengetahuan tim pendamping keluarga terhadap peran dan tugasnya sudah cukup baik yaitu yang tahu akan tugasnya sebesar 52 responden dan yang tahu tentang tugasnya sebesar 62 responden. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Prosentase Stunting di Kecamatan Porong pada tahun 2021 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun sebelumnya. Peran pendamping keluarga dapat menurunkan prosentase Stunting di Kecamatan Porong. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.120-126 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Deti Rahmawati, Eddy Setiadi Soedjono, Soedarso Soedarso, Nastasia Festy Margini, Mukodi Mukodi Pages: 127 - 138 Abstract: Kasus stunting di Kabupaten Pacitan Tahun 2022 mencapai 22,77% angka tersebut merupakan angka yang cukup tinggi dan melampaui ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yakn sebanyak 20%. Hasil penelitian kami di Kabupaten Pacitan faktor utama penyebab kasus stunting adalah adanya kemiskinan yang membuat efek domino pada hal lainnya, Minimnya asupan gizi pada anak serta adanya budaya pernikahan dini dibeberapa daerah. Dalam jangka Panjang, stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak yang kemudian akan berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan baik secara fisik maupun mental. Kondisi stunting sangat erat kaitanya dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat seeprti tidak tersedianya sarana air bersih dan sanitasi yang layak. Oleh karena itu, dilakukan upaya untuk menyediakan sarana air bersih di 10 desa lokus stunting melalui program Prototipe sarana air bersih. Program ini dilakukan oleh dosen, mahasiswa, dan masyarakat desa secara swadaya. Pembangunan prototipe sarana air bersih ini diharapkan mampu membuka akses masyarakat terhadap air bersih sehingga angka prevalensi stunting di Pacitan dapat diturukan. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.127-138 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Widati Fatmaningrum, Siti Rahayu Nadhiroh, Agus Raikhani, Budi Utomo, Luluk Masluchah, Patmawati Pages: 139 - 144 Abstract: Stunting adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat sehingga pemerintah mentargetkan prevalensi stunting turun menjadi 14 % pada tahun 2024. Jumlah keluarga berisiko stunting juga masih tinggi yaitu mencapai 21,9 juta berdasarkan pendataan keluarga (PK 21). Stunting adalah anak balita dengan nilai z-score kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3.00 SD (severely stunted). Keluarga berisiko stunting adalah keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki anak remaja puteri/calon pengantin/Ibu Hamil/anak usia 0 – 23 bulan/anak usia 24 – 59 bulan berasal dari keluarga miskin, pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk, dan air minum tidak layak. Untuk menurunkan stunting diperlukan intervensi spesifik sebesar 30 % dan intervensi sensitive sebesar 70 %. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor pendukung dalam upaya percepatan penurunan stunting dengan pendekatan keluarga berisiko stunting di Kabupaten Jombang Jawa Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan studi kasus dan jenis data adalah primer dan sekunder. Sasaran program adalah ibu hamil, ibu menyusui, anak usia 0-23 bulan, remaja putri dan wanita usia subur serta anak usia 24-59 bulan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kasus stunting dari tahun 2020 ke tahun 2021 di Kabupaten Jombang dengan strategi yang diterapkan adalah edukasi kesehatan melalui kemandirian keluarga, gerakan masyarakat hidup sehat, gerakan seribu hari pertama kehidupan dan revitalisasi Posyandu. Keberhasilan program ini berkat dukungan dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Jombang dan melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD). PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.139-144 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Hasanah Ayuningtyas, Siti Rahayu Nadhiroh, Zida Sinata Milati, Alfin Lailatul Fadilah Pages: 145 - 152 Abstract: ABSTRAK Stunting merupakan masalah gizi kronis yang sering dialami oleh anak di dunia. Kejadian stunting menandai bahwa anak tersebut tidak cukup gizi. Ketidakcukupan gizi merupakan salah satu faktor penyebab stunting yang juga dapat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi keluarga. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan status ekonomi keluarga dan kecukupan gizi dengan stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional kepada 160 ibu dan anak usia 6-24 bulan yang dipilih menggunakan consecutive sampling di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kalikedinding, Putat Jaya, Bangkingan, dan Sememi. Variabel penelitian adalah asupan gizi anak menggunakan recall, pendapatan keluarga dengan kuesioner, serta status gizi yang dikumpulkan dengan pengukuran tinggi badan menggunakan length board atau microtoise. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi square. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pendapatan dibawah UMK kota Surabaya (78,8%). Kecukupan energi pada anak usia 6-24 bulan (50,6%) dan karbohidrat (57,5%) berada pada kategori defisit, kecukupan protein (75,6%) dan lemak (40%) terbanyak berada pada kategori lebih, dan kecukupan zat gizi mikro Fe kurang (51,3%) serta zink (78,1%) dan kalsium (65,6%) dalam kategori cukup. Hasil uji chi square menunjukkan hubungan signifikan antara kecukupan zat besi (p value = 0,021) dan kalsium (p value = 0,000) terhadap kejadian stunting anak usia 6-24 bulan. Kesimpulannya adalah status ekonomi keluarga anak tergolong rendah serta terdapat hubungan antara tingkat kecukupan zat besi dan kalsium pada anak 6-24 bulan di Surabaya dengan kejadian stunting. Kata kunci— stunting, kecukupan gizi, pendapatan keluarga PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.145-152 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Wizara Salisa, Trias Mahmudiono, Mahmudah Pages: 153 - 160 Abstract: Negara sub-sahara dikenal memiliki pasokan sumber air bersih dan sanitasi yang belum mumpuni, sehihngga mempengaruhi peningkatan risiko kejadian diare. Diketahui bahwa masalah gizi juga menjadi penyebab diare. Lalu bagaimana pengaruh faktor risiko tersebut di negara sub-sahara' Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sanitasi, riwayat kelahiran, dan status gizi terhadap kejadian diare pada balita di Zambia dan besaran risikonya. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan memanfaatkan data sekunder Zambia Demographic and Health Survey tahun 2018 yang tersedia dari DHS program. Total sampel sebanyak 6504 balita dengan data lengkap meliputi diare, karakteristik sosio ekonomi, riwayat kelahiran, status anemia, serta antropometri (BB dan TB). Hasilnya, sebanyak 15,6% balita mengalami diare (2 minggu terakhir). Berdasarkan sosio ekonomi, tingkat pendidikan berhubungan signifikan (p=0,000) dengan diare dimana ibu yang tidak bersekolah berisiko hingga 1,542 kali. Sumber air minum berhubungan signifikan terhadap kejadian diare (p=0,001), dengan risiko 1,297 kali. Pada status gizi, hanya variabel BB/U (underweight) yang ditemukan berhubungan signifikan (p=0,000), dengan besar risiko 1,413 kali. Temuan menarik pada riwayat kelahiran balita, yaitu balita yang diberi ASI eksklusif meningkatkan kejadian diare hingga 2,5 kali (p=0,000). Penelitian ini mengkonfirmasi hipotesis bahwa kejadian diare pada balita di Zambia dipengaruhi secara signifikan oleh sumber air minum, tingkat pendidikan ibu, riwayat IMD, dan status gizi BB/U atau underweight. Namun pada riwayat pemberian ASI eksklusif, diare lebih banyak terjadi pada balita yang mendapat ASI eksklusif. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.153-160 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Dr. Elok Permatasari; M.Kes., Leersia Yusi Ratnawati, Ni'mal Baroya, Globila Nurika, Farida Wahyu Ningtyias, Andrei Ramani Pages: 161 - 167 Abstract: Background. In 2021, stunting in Indonesia remains high at 24.4%. Indonesian government has a target to decrease stunting prevalence become 14% in 2024. Jember is one of district in East Java with high stunting prevalence 23,4%. First thousand days of life influenced stunting, and maternal risk factor is one of determinants of stunting. In Indonesia was known as 4T, which is Too young, Too old, Too closed and Too much. Objectives. To analyze Maternal Risk Factor (4T) in families at risk of stunting in Jember district, East Java, Indonesia. Method. This research was ecological study by using secondary data with unit of analysis were 286344 families with stunting risk in Jember district. Source data collection using PK21 (Family Data base 2021) and child monitoring status 2019-2021. Data was analyzed by pearson and spearman correlation. Result. Based on Family data base 2021 in Jember showed that there were 84.19% family at risk of stunting. Maternal risk factor (4T) showed: Too young (age of wife < 19 years) 1.18%; Too old (age of wife > 35 years) 52.50%; too close (birth spacing < 2 years) 1.34%; too much (number of birth > 3) 18.03%. And there were corellation between maternal risk factor too young (0,003), too old (0,000), too close (0,000) and too much (0,000) with family at stunting risk. Conclusion. Stunting in Jember remains high and need prevention by reducing maternal risk factor including: too young, too old, too close, and too much. Keywords: Stunting, Maternal Risk Factor, 4T PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.161-167 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Nafiatus Sintya Deviatin, Alma Feriyanti, Shrimarti Rukmini Devy, Muji Sulistyowati, Leersia Yusi Ratnawati, Qurnia Andayani Pages: 168 - 174 Abstract: Stunting is a condition of growth and development failure that occurs in children due to chronic malnutrition from the first thousand days of life (1,000 HPK). Stunting Practical efforts in overcoming stunting can be made during pregnancy. The behavior of pregnant women will have an impact on the incidence of stunting in children. The objective of the study is to review determinants that contribute to the behavior of pregnant women in stunting prevention efforts in Indonesia. The design of this study used a literature review. The article studied in this study was published in the last five years and discusses the determinants that contribute to the behavior of pregnant women in efforts to prevent stunting. Article search using an electronic database, namely through Google Scholar, Garuda, and ScienceDirect. Several articles reviewed show that various determinants can contribute to stunting prevention behavior in pregnant women. In addition to maternal factors, physical and social-environmental factors also contribute to the conduct of pregnant women. These determinants can eventually become a challenge for the government to reduce stunting rates in Indonesia. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.168-174 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Dwi Martha Nur Aditya, Sawitri Boengas, Rivan Virlando Suryadinata, Dita Sukmaya Prawitasari, Winnie Nirmala Santosa Pages: 175 - 179 Abstract: Program keluarga berencana telah menjadi salah satu cara dalam mengatur jarak kehamilan dalam suatu keluarga. Hal ini perlu dilakukan karena kehamilan yang tidak direncanakan akan memberikan dampak negatif bagi anak, terutama dalam fase tumbuh kembangnya. Salah satu program keluarga berencana adalah mencanangkan penggunaan alat kontrasepsi. Berbagai jenis alat kontrasepsi telah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam rangka menyukseskan program keluarga berencana, tanpa terkecuali kabupaten Bondowoso. Oleh karena itu, peneliti menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi penggunaan alat kontrasepsi di kecamatan Pujer, Bondowoso. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan memaparkan data prevalensi penggunaan alat kontrasepsi di kecamatan Pujer melalui data Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2019 dan 2021. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi yang sering digunakan adalah suntik dan per oral pada lebih dari separuh wanita usia subur yang telah menikah. Dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa wanita usia subur di wilayah kecamatan Pujer lebih sering menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik dan per oral dibandingkan alat kontrasepsi lainnya. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.175-179 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Nurul Muslihah, Intan Yusuf Habibie, Annisa Rizky Maulidana, Netty Dyah Kurniasari, Bunga Farida, Ririn Harini Pages: 180 - 185 Abstract: Capacity strengthening and interpersonal communication are important in social behavior change communication and would support accelerating the reduction of stunting in Indonesia. Participating actively in learning during the training model can increase capacity among the family support team and the community health workers as peer counselors. The study evaluated the changed behavior training model for nutrition knowledge and counseling skill among peer counselors. The nutrition training using active participation learning was conducted through participants' small discussions on complementary feeding problems and counseling practice. The total participation is 125 from family support teams and community health workers. The study used a mixed methodology with cross-sectional study and open interviews to explore perceived participant training on child feeding problem and couseling skills. A pre-post evaluation of nutrition knowledge showed a significant improvement score (p<0.005). At the end of the training, participants' nutrition knowledge score increased to 17 points, and the proportion of the high category of nutrition knowledge improved from 0.4% to 13.5% (p<0.005). The change behavior training model can increase counseling skills and identify barrier factors of breastfeeding and complementary feeding among peer counselors. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.180-185 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Dwi Faqihatus Syarifah Has, Eka Srirahayu Ariestiningsih, Nur Cahyadi, Amalia Rahma, Endah Mulyani, Diah Fauziya Zuhro Pages: 186 - 192 Abstract: Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi dan pendampingan gizi ibu balita cegah stunting melalui kegiatan “Healthy Food Cooking Clas”. Desain penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental yang melibatkan 80 responden yang berasal dari ibu balita stunting pada 2 daerah lokus stunting di Kabupaten Gresik yakni Desa Singosari dan Desa Klangonan yang diplih secara secara purposive sampling. Metode yang dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antopometri pada balita, penyuluhan nilai gizi produk healthy food, ceramah tanya jawab, demonstrasi dan praktik memasak (cooking class healthy food). Pelaksanaan kegiatan selama 3 bulan, dalam interval 2 mingguan dilaksanakan di balai Desa Singosari dan Klangonan. Hasil kegiatan modifikasi edukasi dan pendampingan gizi ibu balita cegah stunting dengan healthy food cooking class dapat meningkatkan pengetahuan ibu) dan menghasilkan karya menu berupa Bubur Tim Kelor, Eggrol Bandeng Kelor, Dawet Kelor, Es Krim Kelor dan Stik Kelor. Keseluruhan anak balita menyatakan suka dengan rasa, tekstur dan tampilannya. Modifikasi edukasi dengan healthy food cooking class meningkatkan pengetahuan ibu balita dan menarik minat memasak ibu balita untuk cegah stunting. Pemberian edukasi diharapkan dapat bersifat interaktif dengan metode demonstrasi atau praktik. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.186-192 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Inne Soesanti Soesanti, Dian Shofiya, Winarko Winarko, Mujayanto Mujayanto, Rahmania Rahmania Pages: 193 - 199 Abstract: Desa Mergosari, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban mempunyai prevalensi balita stunting sebesar 25,7% pada tahun 2022. Salah satu faktor penyebab stunting adalah rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat di desa mergosari. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan dipilih secara purposif. Informan terdiri dari perangkat desa, bidan dan kader Posyandu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui diskusi kelompok fokus dan observasi terkait penggunaan perilaku hidup bersih dan sehat. Analisa data dilakukan dengan cara triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan masih banyak warga desa yang melakukan buang air besar sembarangan seperti di tanah rerumputan meskipun mereka sudah mempunyai jamban atau closet di rumahnya. Buang air besar di rerumputan sudah dilakukan oleh warga masyarakat sejak dahulu bahkan dari generasi ke generasi. Hal ini menunjukkan perilaku tersebut sudah menjadi budaya. Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan banyaknya lalat dan cacing. Perilaku ini dapat menimbulkan resiko penyakit cacingan terutama jika anak-anak tidak menggunakan alas kaki ketika bermain di rumah serta tidak mencuci tangan dan kaki setelah bermain di luar rumah. Makanan tidak ditutupi oleh tutup saji akan dihinggapi oleh lalat dan dapat mengakibatkan diare. Perilaku buang air besar sembarangan telah menjadi budaya. Rekomendasi bagi pemerintah setempat supaya mengubah perilaku masyarakat untuk tidak melakukan buang air besar sembarangan sebagai upaya pencegahan stunting. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.193-199 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Netty Dyah Kurniasari, Emy susanti, Yuyun WI Surya Pages: 200 - 210 Abstract: Perempuan dalam konstruksi masyarakat dituntut untuk mengambil peran lebih dalam urusan domestik, salah satunya adalah kesehatan keluarga. Konstruksi gender yang melekat bahwa seorang perempuan itu lebih telaten, sabar dan sikapnya yang luwes menjadikan perempuan ditunjuk sebagai agent of change dalam setiap program kesehatan. Salah satu problem nasional saaat ini yang menjadi prioritas adalah stunting. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditunjuk sebagai pelaksana program penururunan stunting di Indonesia. BKKBN telah membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk percepatan penurunan stunting. Tim pendamping kelurga (TPK) adalah sekelompok tenaga yang dibentuk dan terdiri dari Bidan, Kader TP PKK dan Kader KB. Mayoritas anggota TPK ini adalah perempuan. Tugas TPK ini untuk melaksanakan pendampingan meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial kepada calon pengantin/calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, anak usia 0-59 bulan serta melakukan surveilans keluarga berisiko stunting untuk mendeteksi dini faktor-faktor risiko stunting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku TPK tentang tugas pokok dan fungsinya (tupoksi), serta hambatan dalam menjalankan tugas. Manfaat penelitian ini adalah menjadi masukan bagi BKKBN sebagai evaluasi kinerja lembaga TPK di tingkat desa.Metode penelitian yang dilakukan adalah wawancara dan observasi kepada TPK di beberapa kabupaten di Jawa Timur. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tim pendamping keluarga secara umum sudah mengetahui tentang peran tugas dan fungsinya. Hambatan yang dihadapi adalah dari segi geografis, anggaran, sarana dan prasarana, perilaku tidak mendukung dari masyarakat, materi pelatihan yang terlalu banyak, hambatan di server dan aplikasi Elsimil. PubDate: 2022-12-15 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Dian Shofiya, Inne Soesanti, Rachmaniah, Winarko, Mujayanto, Sa’idah Zahrotul Jannah Pages: 211 - 214 Abstract: Stunting menyebabkan lemahnya persaingan sumber daya manusia (SDM) suatu negara, karena selain tampilan fisik juga berdampak pada kemampuan kognitif. Hasil SSGI21 menyatakan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Pemerintah menargetkan prevalensi stunting tahun 2024 menjadi 14%. Untuk mencapai angka tersebut memerlukan komitmen ditingkat pusat sampai dengan desa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komitmen pemerintah dan masyarakat desa dalam percepatan penurunan stunting. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Focus Group Discusion merupakan cara pengumpulan data secara kualitatif. Partisipan dalam FGD adalah kepala desa dan pamong desa, bidan desa, bidan Puskesmas, serta anggota TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) di tingkat desa. Penelitian dilakukan di 10 desa lokus stunting di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen pimpinan telah ada tetapi belum operasional. Komitmen pendanaan masih bersifat umum belum focus pada balita stunting dan keluarga beresiko stunting, sangat bergantung pada dana pemerintah pusat dan bersumber pada dana desa yang sangat terbatas berupa pemberian makanan tambahan di posyandu. Sumberdaya manusia telah banyak melakukan kegiatan tetapi belum semua terlibat dalam kegiatan percepatan penurunan stunting, misalnya bisang pendidikan dalam hal ini adalah PAUD. Saran yang dapat diberikan agar pimpinan desa melakukan sosialisasi kepada seluruh tim percepatan penurunan stunting, memfokuskan sekaligus menambah besarnya anggaran untuk balita stunting dan keluarga beresiko stunting dan melibatkan semua komponen masyarakat untuk melakukan percepatan penurunan stunting. Kata kunci : stunting, komitmen pimpinan, dana desa. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.211-214 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Faraiesa Nurahadiyatika, Dominikus R. Atmaka, Aghnia Ilmi Imani Pages: 215 - 220 Abstract: Stunting merupakan permasalahan gizi dengan faktor penyebab yang melingkupi berbagai sektor, seperti sektor sosial ekonomi dan ketahanan pangan. Faktor kemiskinan berkorelasi positif dengan kejadian balita stunting. Begitu pula dengan faktor ketahanan pangan yang buruk memiliki kaitan erat dengan kejadian stunting. Tujuan yaitu melihat gambaran intervensi yang tepat pada bidang ketahanan pangan dan kemiskinan dalam konvergensi penurunan angka stunting. Metode yang digunakan yaitu studi literatur dengan artikel yang dipilih berasal dari google scholar dan scopus dengan kata kunci ketahanan pangan, kemiskinan, dan stunting. Hasil dari penelitian ini 8 dari 10 artikel jurnal yang menelaah tentang masalah kemiskinan yang dihubungkan dengan stunting seluruhnya menyatakan bahwa kemiskinan secara langsung berhubungan dengan stunting dan mempengaruhi peningkatan atau penurunan angka prevalensi pada kejadian stunting. Keterbatasan daya beli pada kondisi sosial ekonomi rendah menyebabkan terbatasnya akses pangan sehingga berdampak pada ketahanan pangan rumah tangga. Mereduksi kemiskinan dapat dilakukan dengan peningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui strategi-strategi pendekatan sosial kultur masyarakat. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.215-220 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Cleonara Yanuar Dini, Farida Farah Zakiya, Dwi Apriliani, Aisyaturida Amelia, Larastiti Windatari, Cindy Gita Chayani, M. Thoriq Aqilalhasib, Decca Pinky Nugroho, Shannon Ellya Marolop, David Aditya, Maulana Suryananda R, Dwi Anindya A, Azalia Putri Salsabila, Reza Dwi Ramadhan, Alfiyah Nahdah Kamilah, Arma Andi Kusuma, Choirul Anna Nur Afifah, Amalia Ruhana, Satwika Arya Pratama, Galuh Impala Bidari, Ali Imron Pages: 221 - 229 Abstract: Berdasarkan hasil SSGI (2021), prevalensi stunting di Kabupaten Nganjuk yaitu 25,3%. Salah satu desa yang ditetapkan sebagai lokus stunting adalah Sudimoroharjo dengan prevalensi sebesar 13,5%. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan focus group discussion secara langsung kepada ibu bayi dan balita stunting. Sebanyak 52 kader, 3 bidan dan 15 mahasiswa dari universitas negeri surabaya (unesa) berpartisipasi dalam program dan dibagi ke dalam 8 kelompok di setiap rukun tetangga (RT) selama 3 bulan. Sebelum dilakukan pendampingan, ibu bayi dan balita kurang berusaha untuk memberikan makan kepada anak baik dari segi frekuensi maupun komposisi. Program pendampingan yang dilakukan terdiri dari: penyuluhan mengenai isi piringku dengan prinsip beragam, bergizi, seimbang dan aman di setiap posyandu setiap hari, pendampingan stunting dari rumah ke rumah, melakukan layanan konsultasi gizi setiap hari di puskesmas pembantu (pustu). Selain itu juga diberikan makanan tambahan berupa susu 1x/minggu dan biskuit bagi bayi dan balita dengan gizi buruk dan stunting sekali dalam satu bulan. Monitoring dilakukan dengan meminta ibu dan anak untuk datang setiap satu atau dua minggu sekali ke pustu setelah PMT habis untuk melakukan pengecekan status gizi anak. Selanjutnya kader, bidan dan mahasiswa mengunjungi rumah ibu dengan anak stunting dalam 1 kali sebulan untuk menanyakan apakah pmt yang diberikan dikonsumsi habis atau tidak. Setelah diberikan pendampingan secara langsung ibu dapat memahami bagaimana menerapkan B2SA baik dari segi jumlah, jenis lauk serta frekuensi makan anak. Ibu juga memberikan pmt kepada anak sampai habis, sehingga prevalensi stunting turun menjadi 9,21%. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.221-229 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Fitria Dhenok Palupi, Indri Hapsari, Ibnu Fajar, Nurul Hakimah, Tapriadi Tapriadi, Juin Hadisuyitno, Siti Rahayu Nadhiroh Pages: 230 - 238 Abstract: be implemented by all policymakers. One of the strategic issues in accelerating stunting reduction in Indonesia is strengthening and increasing institutional capacity in reducing stunting. It is necessary to maintain regulations to ensure the implementation of stunting prevention and control efforts in the regions, and increase knowledge, and community participation. Objective: This study aims to determine the readiness to implement an integrated stunting reduction intervention through the DESA EMAS program at the stunting locus in Klojen District. Research method: This study uses a descriptive study method which was carried out in September – October 2022. The target of the study is regional apparatus organizations at the sub-district level at three stunting in Klojen District. Data collecting in the form of interviews with guided questions related to commitment, supporting factors, inhibiting factors, and sub-district programs. Data analysis was done descriptively in the form of textual. Results: The readiness to implement an integrated stunting reduction intervention through Desa Emas Program can be seen from the commitment of the three loci to stunting handling, cross-sectoral collaboration, and the availability of human resources capable of making three program (DASHAT, Budikdamber and urban farming). Commitment to human resources through the involvement of sub-district officials, sub-district health workers, assistant staff for stunting activities, health development cadres, POSYANDU cadres, and PAUD teachers. Conclusion: The three sub-districts in Klojen District have made efforts to implement stunting management commitments through available resources and limited funding. Keywords: stunting, commitment, Klojen District, Malang City PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.230-238 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Ali Imron, Cleonara Yanuar Dini, Satwika Arya Pratama, Udin Kurniawan Aziz, Siti Mudiyah, Diyah Herowati, Fonny Indri Hartanti Pages: 239 - 243 Abstract: Stunting merupakan salah satu masalah pembangunan kesehatan di Indonesia. Survei Status Gizi Indonesia (2021) mencatat, prevalensi stunting di Kabupaten Nganjuk mencapai 25,3%. Penanganan stunting harus melibatkan komitmen bersama dan peran lintas sektor. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran sosial lintas sektoral dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan konsep collaborative governance Ansell & Gash sebagai pisau bedah analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui teknik wawancara model focus group discussion kepada aparat desa, bidan dan penyuluh KB. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peran sosial antar aktor dalam konteks tata kelola kolaboratif cukup efektif dalam mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Nganjuk. Pemerintah desa berperan dalam merumuskan kebijakan penganggaran melalui alokasi dana desa untuk mendukung program tersebut. Bidan dan penyuluh KB bekerja sama merumuskan program yang efektif untuk disampaikan pada musyawarah perencanaan pembangunan desa. Pendampingan terhadap keluarga stunting dan berisiko stunting terus dilakukan melalui peran serta aktif bidan dan Tim Pendamping Keluarga. Kendala yang dialami pelaku sinergi lintas sektor dalam percepatan penurunan stunting adalah konstruksi pengetahuan dan perilaku orangtua tentang pola asuh anak yang masih lemah. Oleh karena itu, dalam memperkuat implementasi tata kelola kolaboratif dalam percepatan pengurangan stunting, diperlukan persamaan persepsi dan motivasi bersama yang kuat diantara para aktor sosial yang terlibat. Selanjutnya capacity for joint action, dimana setiap aktor terlibat dalam kegiatan kerjasama untuk meningkatkan kapasitas diri dan inklusivitas peran untuk mencapai tujuan bersama. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.239-243 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Nurul Hakimah, Siti Rahayu Nadhiroh, Nandia Firsty Dhorta, Tapriadi, Fitria Dhenok Palupi, Indri Hapsari, Ibnu Fajar, Juin Hadisuyitno Pages: 244 - 249 Abstract: Background: The role of early childhood education teachers (PAUD) is getting bigger in areas related to child nutrition and become potential contributors in improving and reducing stunting cases in children under five. The purpose of this study is how to promote health through the right food for PAUD-aged children. The role of PAUD teachers as well as health cadres is to become best practice in efforts to reduce stunting in the Malang City, Indonesia. Methods: This research is an analytic observational cross sectional design, using 150 PAUD teachers as well as health cadres who carry out best practice efforts to reduce stunting through evidence-based in-depth interviews. Results: The best practices that have been implemented are : the number of PAUD-age children who receive PMT directly; the ease of delivery of health promotion to the community, especially parents or child caretakers; higher community compliance; and a significant increase in children's weight and height. The impact and output of the dual role of PAUD teachers as health cadres in reducing stunting is more effective. Conclusion: This dual role of early childhood teachers as health cadres needs to be appreciated, defined, and rewarded by national authorities, based on local needs, and programmed according to policy-based evidence, such as in the formation of the Team for the Acceleration of Stunting Reduction (TPPS). PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.244-249 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Agus Raikhani, Luluk Masluchah, Widati Fatmaningrum, Patmawati, Budi Utomo, Sa'idah Zahrotul Jannah Pages: 250 - 256 Abstract: Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak balita (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak menjadi lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Periode 1000 hari pertama kehidupan harus mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana Implementasi Dana Desa sebagai Intervensi pendukukung penurunan Stunting di Desa Pandan Wangi Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mengambil data primer melalui wawancara dari informan yang sudah dipilih berdasarkan kepakaran yang dimiliki sebanyak 5 orang responden dan juga mengambil data sekunder untuk di analisis. Hasil penelitian menghasilkan temuan bahwa Implementasi dana Desa sebagai upaya mendukung Intervensi penurunan Stunting sesuai dengan indikator capaian intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif berhasil menurunkan jumlah balita stunting sebanyak 56 balita stunting di tahun 2021 dan berkurang sehingga bisa diturunkan menjadi 35 bayi stunting di bulan Nopember 2022. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.250-256 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)
Authors:Muhammad Luthfi Abdul Ghaffar, Edi Dwi Riyanto , Siti Rahayu Nadhiroh, Mohammad Zainal Fatah , Ira Nurmala Pages: 257 - 263 Abstract: Stunting dipahami sebagai rendahnya tinggi badan menurut umur pada anak. Indeks gizi tinggi-untuk-usia adalah umum untuk mengukur stunting masa kanak-kanak. Anak stunting tidak selalu kurus, bahkan ada yang kelebihan berat badan dibandingkan tinggi badannya.. Salah satu cara untuk mengatasi stunting adalah dengan memastikan kemanan pangan dan pemenuhan zat gizi secara berkelanjutan. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan penerapan Pawon Urip. Pawon Urip merupakan kearifan lokal Kabipaten Lumajang yang didasari oleh konsep kekeluargaan, gotong royong, empati dan juga solidaritas antar warga. Tujuan paper ini adalah menjelaskan bagaimana Pawon Urip di Kabupaten Lumajang Jawa Timur memanfaatkan dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal yaitu gotong royong dan solidaritas terhadap masyarakat sekitar untuk mencegah stunting sebagai masalah bersama warga. Paper ini merupakan kajian kualitatif terhadap Pawon Urip. Data utama dikumpulkan dengan cara wawancara yang dilakukan dengan sejumlah pegiat Pawon Urip di Lumajang dan beberapa anggota masyarakat. Selain itu dikumpulkan juga data kegiatan Pawon Urip, data statistic stunting, dan data sekunder lainnya yang terkait. Data dianalisis secara tematik untuk menemukan aspek kearifan lokal dalam menghadapi masalah bersama berupa stunting. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan Pawon Urip di Desa Kloposawit membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi selama pandemi dan dapat mendukung keberlanjutan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi Diharapkan paper ini bisa menyajikan contoh praktek baik pencegahan stunting dengan memanfaatkan kearifan lokal. PubDate: 2022-12-15 DOI: 10.20473/mgi.v17i1SP.257-263 Issue No:Vol. 17, No. 1SP (2022)