Authors:I Ketut Sudewa, Sri Jumadiah Pages: 1 - 18 Abstract: Abstrak Anotologi Puisi Untuk Reformasi merupakan salah satu antologi yang di dalamnya mengungkapkan tentang keadaan sosial politik di Indonesia pada zaman Orde Baru dan awal reformasi. Di dalam antologi tersebut memuat sajak-sajak dari empat penyair yang terkenal di Indonesia, yaitu: W.S Rendra, Taufiq Islamil, Adhie M. Massardi, dan Remy Sylado. Permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini adalah (1) konstruksi idealisme yang diungkapkan oleh penyair di dalam antologi Puisi Untuk Reformasi dan (2) bagaimana cara penyair mengungkapkan idealismenya tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik baca, simak, catat, dan interpretatif. Teori yang digunakan adalah teori semiotik dan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyair di dalam antologi Puisi Untuk Reformasi mengungkapkan berbagai idealisme yang berangkat dari keadaan sosial masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru dan masa awal reformasi. Konstruksi idealisme yang terbangun di dalam antologi tersebut didasari oleh berbagai persoalan bangsa Indonesia pada masa tersebut, seperti: kebabasan/demokrasi, politik, hukum, dan degradasi kemanusiaan. Para penyair mengung kapkan persoalan-persoalan tersebut dengan cara menggunakan diksi tertentu yang memperkuat maksud yang ingin diungkapkan. Di samping menggunakan diksi masing-masing penyair yang menjadi ciri khasnya juga dominan menggunakan gaya hiperbola, repetisi, metafora, dan sisnisme. bahasa Kata kunci: konstruksi, idealisme, sosial, politik one of the anthologies in which it reveals the socio-political situation in Indonesia during the Orde Baru era and the beginning of reform. In the anthology includes poems from four famous poets in Indonesia, namely: W.S Rendra, Taufiq Islamil, Adhie M. Massardi, and Remy Sylado. The problems discussed in this research are: (1) the construction of idealism expressed by the poet in the anthology of Poetry for Reform and (2) how the poet expresses his idealism.The research method used is a qualitative method through literature study. Research techniques used are reading, note taking, and interpretive techniques. The theory used is the theory of semiotics and sociology of literature.The results showed that the poet in the anthology of Poetry for Reform expressed various ideals that departed from the social conditions of the Indonesian people during the Orde Baru era and the biginning of reform. The construction of idealism built in the anthology is based on various problems of the Indonesian nation at that time, such as freedom / democracy, politics, laws, and human degradation. The poets express these problems by using certain diction which reinforces the intention to be expressed. In addition to using the diction of each poet who is his trademark, he also uses hyperbole, repetition, metaphor, and sisnism. Keywords: construction, idealism, social, politics PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.672.1--18 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Haalin Mawaddah Pages: 19 - 28 Abstract: Penelitian ini membahas mengenai upaya perempuan Jawa untuk mendapatkan eksistensinya di ranah domestik maupun publik. Novel Sri Sumarah karya Umar Kayam merupakan salah satu kasrya sastra berbentuk novelet yang di dalamnya terdapat kisah mengenai perempuan Jawa. Pada penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Simone De Beauvoir (1949) dan Phutnam Rosemarie Tong (2016) dengan menggunakan pendekatan feminis eksistensialis. Hasil dari penelitian ini yaitu perempuan dapat menciptakan eksistensi dirinya melalui usaha-usaha yang dilakukannya. Tokoh perempuan Jawa dalam novel Sri Sumarah karya Umar Kayam dapat membuktikan dirinya mampu untuk bekerja di luar rumah. Selain itu, mereka dapat membuktikan bahwa mereka memiliki pandangan luas (intelektual), serta bisa menjadi perempuan mandiri untuk mencapai transformasi sosialis di masyarakat. PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.681.19--28 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Lovinea Mega Putri, Wiyatmi Wiyatmi Pages: 29 - 40 Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami karakter tokoh Kartini dan konstruksi femininitas tokoh Kartini dalam novel Atheis karya Achdiat K. Mihardja. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan sumber data primer Atheis karya Achdiat K. Mihardja. Analisis data dilakukan dengan kategorisasi, tabelisasi, dan interpretasi yang kemudian dideskripsikan. Keabsahan data diperoleh dari melalui pembacaan berulang-ulang hingga menemukan data yang valid. Validitas tersebut kemudian diuji dengan teknik analisis yang disesuaikan dengan teori yang digunakan. Hasil penelitian adalah (1) penggambaran karakter tokoh Kartini yang secara fisik cantik dan memiliki tubuh yang proporsional; secara psikologis cerdas, tegas, dan mudah tersinggung; secara sosiologis Kartini adalah seorang penganut Marxisme, kaya raya, sempat bersekolah di MULO, dan merupakan aktivis sosial dan politik, (2) wujud konstruksi femininitas tokoh Kartini dalam Atheis menujukkan bahwa kecantikan dan kecerdasan Kartini dikontruksi berdasarkan mitos perempuan Sunda; Kartini diidentifikasi sebagai seorang perempuan double burden; melalui aspek-aspek sosial, Kartini mampu mempengaruhi Hasan hingga menjadi atheis. PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.685.29--40 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Tri Amanat Pages: 41 - 60 Abstract: Identitas budaya merupakan suatu hal yang penting dalam masyarakat tradisional seperti Mentawai. Namun, kontestasi antara subsuku seringkali menimbulkan potensi perpecahan dan friksi antara suku dan subsuku dalam masyarakat tradisonal seperti di Mentawai. Melalui sastra khususnya cerita asal-usul nenek moyang dan suku, kami mencoba menggali persoalan identitas dan demokrasi pada tujuh kelompok subsuku di Siberut Selatan. Data pokok yang digunakan dalam studi ini berasal dari cerita asal-usul, baik yang terungkap di dalam mitos, legenda, dongeng, maupun kisah-kisah sejarah yang disampaikan secara lisan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografis, sebuah pendekatan yang mengutamakan cara pandang penutur asli di dalam memahami fenomena-fenomena budaya. Kerangka teori tentang identitas budaya dan nilai-nilai demokratis diperoleh secara selektif dari pandangan-pandangan ahli di bidangnya. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis data berupa analisis kualitatif dengan subjek kajian tujuh subsuku di Siberut Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan cerita asal-usul nenek moyang dan suku di Siberut Selatan, dapat dijelaskan bahwa masyarakat Mentawai terbuka pada perubahan, religius di dalam menghadapi persoalan-persoalan eksistensial kehidupan, termasuk di dalam relasi mereka dengan Tuhan, sesama, dan alam. Masyarakat subsuku di Siberut Selatan melalui masa transisi dari masyarakat yang tradisional ke masyarakat semi modern yang mengusung nilai demokrasi dalam menyelesaikan konflik secara musyawarah dan mufakat atau menjauh dari konflik horizontal dengan cara membangun tempat tinggal yang baru dan subsuku yang baru. Dengan demikian, patut disadari bahwa di dalam jiwa masyarakat tradisional, telah terbangun identitas budaya dan sistem nilai demokrasi yang tidak kalah dengan masyarakat modern PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.958.41--60 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Aji Royan Nugroho Pages: 61 - 72 Abstract: Peristiwa pada Revolusi Kuba telah membawa penulis Chanel Cleeton menarasikan dalam sebuah karya novel yang berjudul Next Year in Havana. Di mana jika ditilik pada novel ini maka Next Year in Havana termasuk dalam karya postmemory. Pada proses karangan novel ini terdapat transmisi memori dari generasi pertama kemudian ke generasi berikutnya yang dipicu oleh peristiwa traumatis masa lalu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur memori traumatis itu terbentuk dan upaya perjalanan kembali untuk membangun memori yang tidak utuh. Selanjutnya untuk menganalis objek material tersebut peneliti menggunakan teori postmemory dari Marriane Hirsch. Hasil dari penelitian ini: 1). Terdapat struktur transmisi memori familial dari sang nenek kemudian juga transmisi afiliatif dari orang luar. 2). Keberpihakan penulis pada novel ini menampilkan tokoh presiden Batista sebagai Hypermazculine dan orang – orang Kuba sebagai Feminized. 3). Upaya napak tilas dilakukan ke pelbagai situs sejarah untuk melihat pada realitas yang lebih dekat dan menjawab asumsi – asumsi atas memori yang belum lengkap.The incident of Cuban Revolution has been bringing Chanel Cleeton to narrate a masterpiece of the Novel with under the name Next Year in Havana. Indeed, this Next Year in Havana novel includes a masterpiece of postmemory. The process of this novel used memory transmission from the first generation to the next generation that is triggered by the past traumatic event. This study aimed to know how the structure of traumatic memory is formed and how returning journey can reconstruct the uncompleted memory. In doing so, the researcher used postmemory approach by Marriane Hirsch to analyze the object material. Then, the result of this study: 1). There are structure of memories transmission such as familial from the grandmother and affiliative transmission from the strangers. 2). The author takes a side on this novel that President F. Batista as the Hypermazculine and Cuban people as Feminized. 3). The mission of returning the journey has been done to look the reality closer and to answer the a PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.828.61--72 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Irwan Syah Pages: 73 - 82 Abstract: Penelitian ini berjudul “Modalitas dalam Pidato Joko Widodo “Optimis Indonesia Maju” dan Prabowo Subianto “Indonesia Menang”: Analisis Wacana Kritis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemakaian modalitas dari kedua calon Presiden periode 2019-2024. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori modalitas menurut Halliday (1994) dan Fairclough (Santosa, 2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berparadigma kritis, yaitu melakukan pemaparan dan penilaian terhadap data kebahasaan melalui teori modalitas sebagai analisis. Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pada teks pidato yang dinyatakan oleh kubu pasangan calon Presiden 01 Joko Widodo, penggunaan modalitas sebanyak 156 kali dari pasangan lawan yakni sebesar 121 modalitas yang dinyatakan oleh calon presiden 2019-2024 yaitu Prabowo Subianto. Hasil tersebut mempengaruhi presentase, calon presiden nomer urut 1 presentasenya sebesar 93,42%, sementara itu nomor urut 2 sebesar 81,76%. Hal ini menandakan calon presiden dengan nomor urut 1 dalam upaya mengukuhkan kekuasaanya sebagai petahana agar dapat memenangkan kembali pilpres 2019-2014. Pasangan calon Presiden nomer 2 yaitu Prabowo juga mempunyai upaya untuk merebut kekuasaan dan memenangkan pilpres 2019-2024. Ditunjang dengan teori Fairclough (2012) yang mana modalitas yang digunakan oleh Joko Widodo mengandung modalitas ekspresif (kemungkinan), relasional (perintah), relasional (kesanggupan), relasional (permintaan), ekspresif (kewajiban). Sementara itu, modalitas yang digunakan Prabowo menurut teori Fairclough (2012) ialah modalitas relasional (ajakan), relasional (keharusan), relasional (permintaan), ekspresif (kepastian) dan ekspresif (kemungkinan). PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.408.73--82 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Agus Darma Yoga Pratama, made sani damayanthi muliawan Pages: 83 - 96 Abstract: Abstrak Penelitian audiovisual (film) tidak hanya sebatas analisis tentang strategi penerjemahan yang digunakan ataupun ideologi yang diterapkan di film saja, tetapi juga mengenai makna yang terkandung di dalamnya serta bagaimana aspek makna tersebut dapat tersampaikan dengan baik melalui bahasa verbal dan nonverbal yang terdiri dari empat aspek yaitu: gambar, tulisan (teks alih bahasa), efek suara, dan ujaran secara sekaligus. Makna dikaji dari makna verbal dan makna tanda nonverbal untuk melihat bagaimana penyampaian makna dalam sebuah film kepada penonton secara utuh karena pada dasarnya bahasa verbal dan nonverbal memiliki keunikan tersendiri dalam proses penyampaian makna. Kajian ini secara tidak langsung juga menganalisis sinkronisasi bahasa verbal dan nonverbal dalam film tersebut. Adapun data penelitian yang dipilih adalah film dengan genre horor “Final Destination 5” karena ditemukan variasi bahasa nonverbal (gambar dan efek suara) dalam penyampaian makna kepada penonton, misalnya jika kematian datang maka akan tersirat tanda-tanda yang dapat dilihat penonton sebelum kejadian tragis terjadi. Penelitian ini diawali dengan menyimak film tersebut yang dilanjutkan dengan pengumpulan data melalui software video remaker AVS untuk mendapatkan teks alih bahasa secara detail serta digunakan teknik rekam layar untuk pengumpulan data aspek visual atau gambar. Hasil penelitian ini nantinya dapat berguna bagi para peneliti audiovisual (film) dalam menghasilkan sebuah kajian di bidang makna. PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.983.83--96 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Firman A.D. nfn Firman Pages: 97 - 108 Abstract: AbstrakTujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan evidensi fonologis pemisah dan penyatu dialek-dialek bahasa Culambacu dengan menggunakan analisis korespondensi bunyi. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan teknik dialektometri dan analisis kualitatif dengan teknik korespondensi bunyi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dialek-dialek yang diperbandingkan, Lamonae (Lmn), Landawe (Lnd), dan Torete (Trt), berdasarkan perhitungan dialektometri menunjukkan status ada yang beda sub-dialek dan ada juga yang hanya beda wicara. Secara kualitatif, kedekatan ketiga dialek tersebut dibuktikan dengan beberapa kosakata yang memiliki kedekatan dari sisi korespondensi bunyi. Formula korespondensi bunyi terlihat dalam bentuk korespondensi bunyi yang teratur dalam bentuk konsonan dan vokal. Evidensi fonologis pemisah dialek Lnd dan PTrt-Lmn dapat dilihat pada posisi c ≈ t /# -, c ≈ t /K–K, o ≈ u /#K –, b ≈ w /# –, ø ≈ k / -#, e ≈ o / #K-, h ≈ ø/ V-V, h ≈ ø/K-K, n ≈ ø/V-K, dan G ≈ ø/#-. Sementara evidensi fonologis pemisah dialek Lmn-Trt pada posisi h ≈ w /# –, w ≈ ø /# –, w ≈ ø /# –, g/G/h ≈ ø /#-, ko/hu ≈ ø /V-K, dan w/m/d ≈ b /#-. Sementara itu, evidensi fonologis penyatu dapat dilihat dari adanya bunyi konsonan [h], [s], [m] pada posisi awal dan bunyi [m] pada posisi tengah pada semua dialek. Pada bunyi vokal dapat dilihat pada vokal [a] pada posisi awal dan posisi awal setelah konsonan pada semua dialek. Begitu juga vokal [a] pada posisi akhir. Vokal [i] pada posisi awal setelah konsonan juga ada pada semua dialek. AbstractThe objective of this study was to describe separation phonological evidences of Bahasa Culambacu’s dialects by using the phonemic correspondences analysis. This study was analyzed quantitatively by applying dialectometric technique and qualitatively by applying phonemic correspondence technique. Result of this study showed that after Lamonae (Lmn), Landawe (Lnd), and Torete (Trt) dialects were compared, then analyzed by using dialectometric technique, the status of those dialects was considered to dialect difference and speech difference. Qualitatively, the proximity of the three dialects, as evidenced by some vocabularies which have the proximity in terms of phonemic correspondence. The formula of phonemic correspondence was shown in the form of regular phonemic correspondence of consonant and vocal. However, the number of vocal phonemic correspondence was limited. The formula of phonemic correspondence are as follows: separation phonological evidence of Lnd and Trt-Lmn can be seen in the position of c ≈ t /# -, c ≈ t /K–K, o ≈ u /#K –, b ≈ w /# –, ø ≈ k / -#, e ≈ o / #K-, h ≈ ø/ V-V, h ≈ ø/K-K, n ≈ ø/V-K, and G ≈ ø/#-. Separation phonological evidence of Lmn-Trt can be seen in the position of h ≈ w /# –, w ≈ ø /# –, w ≈ ø /# –, g/G/h ≈ ø /#-, ko/hu ≈ ø /V-K, and w/m/d ≈ b /#-. On the other hand, unification phonological evidence of bahasa Culambacu’s dialects can be seen in consonant phonemic of [h], [s], [m] at the beginning position (initial) and [m] in the middle position of all dialects. Vocal phonemic can be seen not only [a] at the beginning position and beginning position after consonant of all dialects, but also [a] at the end position. Position of [i] at the beginning after consonant is also found in all dialects. Keywords: phonological evidence, phonemic correspondence, Culambacu, dialect PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.539.97--108 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Dodi Oktariza, Dedi Efendi Pages: 109 - 120 Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam ungkapan-ungkapan idiomatis bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Bungo. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Metode yang dipilih dalam pengumpulan data adalah metode simak dan cakap dengan beberapa teknik pendukung diantaranya teknik simak bebas libat cakap, teknik catat, teknik pancing, dan teknik rekam. Pada tahap analisis penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan berpijak dari metode analisis kontekstual dalam menjelaskan makna dari nilai budaya yang dimaksud dari ungkapan-ungkapan idiomatis tersebut. Selanjutnya, pada tahap penyajian hasil analisis, penulis memilih menggunakan metode informal. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam ungkapan idiomatis bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Bungo mengandung nilai-nilai budaya yang telah lama berkembang di tengah-tengah masyarakat penutur bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Bungo. Adapun nilai-nilai budaya tersebut secara prinsip mencerminkan sikap atau pandangan hidup dari masyarakat penutur bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Bungo yang dikategorikan baik maupun tidak baik. Selain itu, ungkapan-ungkapan idiomatis yang digunakan oleh masyarakat Melayu Jambi dialek Melayu Bungo juga mengandung ajaran etika, moral, dan sopan santun. PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.524.109--120 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Putu Nur Ayomi Pages: 121 - 134 Abstract: Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana makna sikap diekspresikan oleh pengguna sosial media untuk menyampaikan pendiriannya atas sesuatu hal. Makna sikap sangat penting karena berkaitan dengan citra diri, pendapat dan bagaimana sesuatu atau pihak lain dinilai dan dievaluasi. Dalam media sosial, hal ini menjadi begitu penuh konsekwensi karena sifatnya yang publik dan begitu mudah disebarluaskan. Dalam kajian ini digunakan teori inti dari Martin & White (2005) mengenai penilaian (appraisal). Untuk menyediakan konteks komunikasi digunakanlah studi kasus mengenai sebuah topik popular di Twitter yakni vaksinasi perdana vaksin Covid-19 pada pertengahan Januari 2021. Ditemukan bahwa makna sikap yang mencakup afeksi, penghakiman dan apresiasi dengan berbagai subkategori makna lainnya terungkap melalui berbagai sarana kebahasaan yakni adjektiva, verba, nomina, adverbia, Interjeksi, berbagai modus kalimat, juga kalimat majemuk proyeksi mental maupun verbal. Selain itu makna sikap juga diungkapkan melalui sarana semiotis lainnya yakni emotikon, meme, gambar bergerak dan juga video. Selain pemetaan makna sikap yang diungkapkan secara eksplisit dalam berbagai kategori semantik, diketahui juga bahwa suatu makna sikap dalam suatu kategori dapat memicu makna sikap dari kategori lainnya. PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.814.121--134 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:I Ketut Wardana Pages: 125 - 150 Abstract: Acoustic investigation on Balinese vowel of non-fluent aphasia (NFA) has not been previously paid attention yet. Thus, this study examined the acoustic abnormalities of vowel articulation for patients with NFA. Therefore, spectral and temporal charateristic of their vowel sound are essentially searched by comparing the formant value and prosodic features with the normal vowel articulation. Speech output of two patients were observed and analyzed by using Praat and the data were described by implementing the theory of clinical phonetics and acoustics. The spectral analysis showed that the inaccurate constriction of the tongue in vowel articulation affected the range of oral tract (F2), pharynx space (F1), and shape of the lips (F3). Furthermore, the lesion in Broca’s area affected the temporal features of the sounds, such as the lower pitch, lower intensity and longer timing especially voicing environment. The vowels preceded by voiced consonants were significantly longer than those preceded by voiceless ones. So, the highly complex vowels tend to be articulated inaccurately due to articulatory implementation deficit. This finding is consistent with previous results that the spectral and temporal distortion are primarily phonetics rather than phonological planning program. PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.560.125--150 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)
Authors:Odien Rosidin, Tatu Hilaliyah Pages: 151 - 166 Abstract: AbstrakFokus penelitian ini adalah leksikon etnomedisin dalam praktik pengobatan tradisional di lingkungan masyarakat Sunda yang berada di wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Penelitian ini dilatabelakangi oleh kondisi empirik masih berlangsungnya pemertahanan tradisi pengobatan tradisional berbahan tumbuhan dan hewan meskipun kehidupan sudah modern. Terjadinya kerusakan lingkungan akibat eksploitasi dan perluasan permukiman menyebabkan semakin berkurang dan punahnya beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan sebagai obat sehingga leksikon etnomedisin turut terpengaruhi. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan leksikon nama tumbuhan, hewan, proses pembuatan atau pemanfaatan, alat yang dipakai, nama penyakit; dan faktor-faktor yang memengaruhi pemertahanan praktik etnomedisin. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan teori antropolinguistik. Penelitian ini didesain dengan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan metode cakap dengan teknik pancing dan teknik cakap semuka dengan informan yang diklasifikasikan menjadi dua kategori, yakni (1) ahli, pelaku, atau praktisi pengobatan tradisional dan (2) warga masyarakat sebagai pasien atau yang menjalani pengobatan tradisional. Berdasarkan prosedur penelitian tersebut, terungkap bahwa dalam praktik etnomedisin di kedua wilayah ini terdapat leksikon nama tumbuhan sebanyak 57 buah dan leksikon nama hewan sebanyak 19 buah; leksikon nama proses pembuatan, pengolahan, atau pemanfaatan tumbuhan dan hewan untuk obat sebanyak 31 buah; leksikon nama alat yang dipakai dalam proses pembuatan, pengolahan, atau pemanfaatan tumbuhan dan hewan untuk dijadikan obat sebanyak 22 buah; (4) leksikon nama penyakit sebanyak 48 buah; dan (5) keberlangsungan praktik etnomedisin ditunjang oleh faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Kata kunci: leksikon, etnomedisin, masyarakat Sunda The focus of this research is the ethnomedicine lexicon in the practice of traditional medicine in the Sundanese community in the Pandeglang and Lebak districts. This research is based on the empirical condition of the ongoing preservation of traditional medicine made from plants and animals even though life is modern. The occurrence of environmental damage due to exploitation and expansion of settlements has caused the decline and extinction of several types of plants and animals that are used as medicine so that the ethnomedicine lexicon is also affected. Specifically, this research was conducted to explain and classify the lexicon of names of plants, animals, processes of manufacture or utilization, tools used, names of diseases; and factors that affect the maintenance of ethnomedicine practice. To achieve this goal, this research was conducted with an anthropolinguistics theory approach. This research was designed with a qualitative method. Data were collected through observation methods and proficient methods with fishing techniques and face-to-face techniques towards informants which were classified into two categories, namely (1) experts, actors, or practitioners of traditional medicine and (2) community members as patients or those undergoing traditional medicine. Based on the research procedure, it was revealed that in ethnomedicine practice in these two regions there were 57 plant name lexicons and 19 animal name lexicons; the lexicon of names of processes for the manufacture, processing or utilization of plants and animals for medicine, totaling 31 pieces; the lexicon of names of tools used in the process of making, processing, or utilizing plants and animals for medicine, totaling 22 pieces; (4) there were 48 lexicons of disease names; and (5) the sustainability of ethnomedicine is supported by economic, social and cultural factors. Key words: lexicon, ethnomedicine, Sundanese people PubDate: 2022-09-14 DOI: 10.29255/aksara.v34i1.695.151--166 Issue No:Vol. 34, No. 1 (2022)