Authors:Vira Irma Sari, Reno Fasta Pages: 38 - 45 Abstract: Bayam merupakan tanaman sayuran yang memiliki tingkat konsumsi tinggi oleh masyarakat, namun hal ini tidak sejalan dengan data produksi bayam yang menunjukkan nilai penurunan. Teknis budidaya yang tepat perlu diterapkan agar produksi bayam dapat meningkat, salah satunya adalah dengan pemilihan media tanam. Kotoran hewan (sapi), sekam dan arang sekam adalah bahan organik yang ketersediaannya tinggi di lapangan serta memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Penggunaan tiga bahan organik tersebut diharapkan mampu meningkatkan produksi bayam. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan alternatif bahan organik sebagai media tanam dan melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan bayam, serta mendapatkan komposisi kotoran sapi dan arang sekam yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan di areal percobaan Desa Air Terbit, Riau, mulai bulan Juni sampai Juli 2020. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari enam perlakuan yaitu : P0 (Sub soil, 100% tanah), P1 (Sub soil + Kotoran Hewan, 1:1), P2 (Sub soil + Kotoran Hewan + Sekam, 1:1:1), P3 (Sub soil + Kotoran Hewan + Arang Sekam, 1:1:1), P4 (Sub soil + sekam, 1:1), P5 (Sub soil + arang sekam, 1:1), dan P6 (Kotoran hewan, 100%). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan terdiri dari 3 sampel sehingga total tanaman yang digunakan adalah 63 tanaman. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan apabila berpengaruh nyata pada taraf 5% dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kotoran hewan (sapi), sekam dan arang sekam dapat dijadikan alternatif bahan organik untuk media tanam pada budidaya bayam. Pemberian kotoran hewan (sapi), sekam dan arang sekam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, volume akar, panjang akar dan bobot basah bayam. Komposisi media tanam yang tepat untuk bayam adalah Sub soil + kotoran hewan + arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Kata kunci : Bayam, bahan organik, morfologi PubDate: 2021-03-16 DOI: 10.33603/jas.v3i2.4439 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2021)
Authors:Ratih Rahhutami, Sudradjat Sudradjat, Sudirman Yahya Pages: 46 - 52 Abstract: Unsur hara mikro seperti B dan Cu merupakan unsur hara essensial yang harus terpenuhi bagi tanaman kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon morfologi dan fisiologi kelapa sawit TBM 2 terhadap pemberian pupuk Borat dan CuSO4.5H2O dan mengetahui kombinasi perlakuan terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan kelapa sawit TBM 2. Penelitian dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargill Jonggol, Bogor pada April 2014 sampai Maret 2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok satu faktor dengan tiga ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Perlakuan terdiri dari (M1a) 2250 g urea+1950 g SP-36+2250 g KCl+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O vs (M1b) 3600 g NPK+50 g borat+50 g CuSO4.5H2O, serta (M0a) 2250 g urea+1950 g SP-36+2250 g KCl vs (M0b) 3600 g NPK. Data yang diperoleh dianalisis ragam taraf 5%, apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk mikro hanya berpengaruh nyata terhadap kadar hara B umur 18 bulan yang terlihat pada perlakuan (M1a) vs (M1b) dan perlakuan (M1b) menghasilkan kadar hara B yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan (M1a). Kata kunci : boron, fisiologi, morfologi, tembaga PubDate: 2021-03-16 DOI: 10.33603/jas.v3i2.4440 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2021)
Authors:Mira Ariyanti, Cucu Suherman, Santi Rosniawaty Pages: 53 - 62 Abstract: Pembibitan merupakan salah satu tahapan penting yang akan menentukan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang berfokus pada penyediaan unsur hara bagi bibit kelapa sawit yang cukup baik secara kualitas maupun kuantitas. Dilakukan percobaan terkait hal ini yang dilaksanakan di kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat ± 732 meter di atas permukaan laut. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalalah percobaan lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari tujuh perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan meliputi: A = 10 g pupuk NPK, B = 1 kg pupuk kascing, C = 1 kg pupuk kascing + 5 g pupuk NPK, D = 1 kg pupuk kascing + 2.5 g pupuk NPK, E = 2 kg pupuk kascing, F = 2 kg pupuk kascing + 5 g pupuk NPK, G = 2 kg pupuk kascing + 2.5 g pupuk NPK. Data yang diperoleh diuji menggunakan SASM, jika hasil pengujiannya signifikan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan memberian pupuk kascing pada bibit kelapa sawit mampu mengurangi 50 – 75% dosis pupuk anorganik dengan adanya respons pertumbuhan bibit kelapa sawit yang cukup baik. Pemberian 1-2 kg pupuk kascing yang dikombinasikan dengan dengan 2.5 – 5 g pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah dan luas daun serta luas kanopi bibit kelapa sawit fase pembibitan utama (main nursery).Kata kunci : bibit kelapa sawit, pupuk kascing, pupuk NPK PubDate: 2021-03-16 DOI: 10.33603/jas.v3i2.4512 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2021)
Authors:Zakiyah Amini, Dina Dwirayani, R. Eviyati Pages: 63 - 70 Abstract: Kesadaran tentang bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia dalam pertanian menjadikan pertanian organik menarik perhatian bagi konsumen. Trend gaya hidup sehat akhir-akhir berkembang pesat di masyarakat. Prinsip dasar takakura adalah fermentasi pada sampah organik. Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh kualitas tanah dan ketersediaan unsur hara. Untuk tanah yang mempunyai unsur hara yang rendah perlu diberi pupuk sehingga tanaman yang dibudidayakan menjadi subur. Penggunaan pupuk organik dapat mengembalikan unsur hara tanah yang berperan menyediakan hara bagi tanaman untuk mendapat produktifitas yang optimal. Perlakuan pemupukan organik takakura berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, panjang dan lebar daun, bobot konsumsi, volume akar dan panjang akar. Terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman pakcoy yang diberi perlakuan pemupukan organik takakura dimana pertumbuhan tanaman terbaik adalah dengan pemberian pupuk takakura lebih banyak. Hasil analisis kandungan unsur hara makro C organik, N total , P205, K20 dan C/N Ratio pada pupuk organik takakura tinggi. Sehingga apabila ditambah dengan tanah maka dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kata Kunci : Takakura, Pupuk Organik Tanaman PubDate: 2021-03-16 DOI: 10.33603/jas.v3i2.4854 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2021)