Authors:Widyatmi Anandy, Irzha Friskanov. S Abstract: The Indonesian Broadcasting Commission (KPI) is an independent institution in Indonesia whose position is at the same level as other state institutions that function as a regulator of broadcasting in Indonesia. The KPI consists of the Central Indonesian Broadcasting Commission (KPI) and the Regional Indonesian Broadcasting Commission (KPID) that work at the provincial level. The authority and scope of duties of the Broadcasting Commission covers broadcasting arrangements organized by Public Broadcasting Institutions, Private Broadcasting Institutions, Subscriber Broadcasting Institutions and Community Broadcasting Institutions. Radio is a media facility that still exists in Palu City. Radio media is a place for audio connoisseurs to accompany work and even travel. It is undeniable that radio is a powerful means of providing information. With a distinctive way of presentation, radio is still the main attraction. Radio listeners are served small talk and accompanied by songs. In this regard, radio broadcasters do not escape the status of a profession that is bound by a code of ethics. The Regional Indonesian Broadcasting Commission (KPID) of Central Sulawesi is an independent state institution that is responsible for controlling broadcasting behavior in each broadcasting institution, including radio. This problem is the background for the author to discuss it in research, first, how is the authority of the Central Sulawesi KPID towards the broadcasting code of ethics in radio broadcasting institutions. Second, how is the standard of behavior of radio broadcasting institutions in Palu. Duties and responsibilities, the authorities possessed by the Regional Indonesian Broadcasting Commission (KPID) of Central Sulawesi have indirect responsibilities with the State. PubDate: 2022-05-30 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7933 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)
Authors:nurul laili fadhilah Abstract: Gumuk masuk dalam pertambangan galian c harganya pun bisa dilihat dari segi jarak yang strategis, luas lahan, tingginya gumuk serta kandungan yang tersimpan dalam gumuk. Hal ini yang kemudian menarik perhatian dari pelaku usaha di bidang properti terutama dalam pembangunan perumahan. Alasan tersebut menjadi perhatian dikarenakan jumlah pasir jenis pasir sungai atau pantai yang semakin mahal dan semakin langka, sedangkan permintaan dari masyarakat (konsumen dalam hal ini adalah pelaku usaha di bidang properti) semakin tinggi. Namun di sisi lain ternyata lambat laun juga berpengaruh pada keberadaan dan ekosistem gumuk sebagai salah satu faktor pendukung kehidupan masyarakat. Karena dengan adanya gumuk maka terdapat lahan untuk dijadikan sebagai area resapan air. Penelitian pengaruh bisnis properti terhadap keberlanjutan gumuk ini menggunakan metode sosio legal. Metode ini dipilih untuk menjawab beberapa permasalahan yang ada di masyarakat atas keberlanjutan gumuk yang semakin menurun dan terdegradasi baik secara fisik maupun psikis. Perkembangan bisnis properti yang identik dengan real estate, rumah, tanah, ruko, gedung atau gudang saat ini juga merupakan salah satu bidang bisnis yang banyak dugeluti oleh generasi muda. Terdapat anggapan dari masyarakat bahwa semakin banyak seseorang memiliki properti, maka seseorang memilik strata sosialnya semakin tinggi. PubDate: 2022-05-30 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7932 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)
Authors:Pratiwi Puspitho Andini Abstract: The ease of accessibility of public transportation buses between cities which is one of the needs in traveling between cities is certainly needed special facilities for consumers with disabilities. In some cases there are still many intercity bus service businesses that rule this out, not infrequently intercity bus businesses still generalize consumers with disabilities with other consumers. Based on this, the author formulated the formulation of the following problems: 1). What is the form of legal protection for consumers with disabilities who experience losses in the form of rights due to the lack of facilities in public transportation buses between cities. 2). What are the legal consequences for Intercity Bus businesses that harm consumers due to the lack of special facilities for people with disabilities. The method of writing in this journal writing uses normative juridical research types, with a statutory approach and a conceptual approach. Legal materials consist of primary legal materials, secondary legal materials, and non-legal materials. Legal materials consist of primary legal materials, secondary legal materials, and non-legal materials. The results of the discussion of this journal can be concluded as follows: Legal protection for consumers with disabilities such as Faisal Rusdi who suffered losses in the form of rights due to the lack of special facilities in public transportation buses between cities in the form of Internal, this protection is packaged by the parties themselves when making an agreement, if anyone violates one of them will be sanctioned, then more appropriately protection that is external because it is very important. Protection is needed by the government due to the many disabled consumers who experience losses in the form of unmet rights while traveling using Intercity Bus Public Transportation services. The form of responsibility of intercity bus public transportation business actors that has been regulated in Law No. 22 of 2009 concerning Traffic and Road Transportation must be an obligation. In the Act has also been mentioned for public transportation business actors if they do not provide services, especially to consumers with disabilities, and will be subject to administrative sanctions.Keywords : consumer protection, public transport, persons with disabilities. PubDate: 2022-05-30 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7934 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)
Authors:Ferawati Ferawati Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Melayu pesisir terkait dengan upaya memberikan pelindungan hukum terhadap sumber daya ikan dan biota laut. Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan oleh Negara untuk melindungi sumberdaya ikan dan biota laut, yakni melakukan revisi terhadap peraturan perundang-undangan dibidang perikanan lalu mencantumkan sanksi pidana dalam peraturan perundang-undangan. Namun usaha ini masih dirasakan kurang maksimal dalam upaya penaggulangan dan pencegahan pemanfaatan sumber daya ikan dan biota laut yang tidak ramah lingkungan serta cenderung mengakibatkan kerusakan pada berbagai ekosistem laut, upaya penyelesaian tindak pidana melalui jalur penal terkesan tidak menimbulkan efek jera, selain itu jika pelaku diproses secara pidana maka prosesnya sangat panjang dan harus ada bukti yang cukup, sehingga sangat sulit menjerat pelaku. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang bersifat komprehensif dalam menyelesaikan masalah tersebut, yakni dengan memaksimalkan upaya non penal, salah satu caranya dengan menggali nilai-nilai kearifan lokal masyarakat yang dapat memberikan perlindungan serta keberlanjutan pengelolaan sumber daya ikan dan biota laut. Penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi penelitian observasional dengan cara survei dengan menggunakan data wawancara. Sedangkan sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang rinci dan jelas tentang masalah yang akan diteliti. Hasil penelitian menemukan model kearifan lokal masyarakat Melayu Pesisir Indragiri Hilir Riau yang dapat dijadikan dasar konstuksi hukum dalam memberikan perlindungan terhadap kelestarian sumber daya ikan dan biota laut. PubDate: 2022-05-29 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7903 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)
Authors:Awaluddin Awaluddin, Soleman Rory, Andi Dewi Primayanti, Belona Dadunru Salurante Abstract: The existence of a culture of mutual trust and mutual appreciation of the main tasks and functions of each institution is the embodiment of the meaning of sipakalebbi because, in essence, the supervision carried out by the Judicial Commission cannot be interpreted in a narrow sense, that the Supreme Court immediately takes over the supervisory authority that has been attached to the Supreme Court. Judicial Commission. Supervision from administrative aspects related to the judicial process remains with the Supreme Court, including functional supervision by the Honorary Council of Supreme Court Justices. The supervisory function of the Supreme Court is internal, while the Judicial Commission carries out external supervision to confirm the position of judges as the last bastion of upholding the rule of law in Indonesia. The Supreme Court is very interested in proper and effective external supervision by the Judicial Commission. If the supervision carried out by the Judicial Commission can be carried out properly and achieve its objectives, monitoring the behavior of judges by the Supreme Court is also achieved. Mutual trust, mutual respect, and appreciation for the achievements of each task that the two institutions have initiated is an important task in the future that needs to be done to strengthen each other as part of the implementation of the sipakalebbi culture, the principle of noble tasks in the context of building judges' behavior that is clean, authoritative, and independent can be carried out properly. PubDate: 2022-05-29 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7912 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)
Authors:Arfiani Arfiani Arfiani, Khairul Khairul Fahmi, Beni Kharisma Arrasuli, Indah Nadilah Nadilah, Miftahul Fikri Fikri Abstract: Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan tujuan hukum dalam menegakkan keadilan hukum, kepastian hukum dan kemanfaat hukum guna terwujudnya prinsip peradilan yang berkepastian, adil dan manusiawi. Mekanisme penegakan hukum, dalam hal ini ialah penegakan hukum pidana sesungguhnya telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP). KUHAP mengatur semua tahapan proses peradilan pidana mulai dari proses penyelidikan sampai pelaksanaan putusan pengadilan. Namun pada kenyataan kini dinamika sistem penegakan hukum tidak saling berkoheren untuk mewujudkan hal tersebut, khususnya dari struktur hukum itu sendiri. Struktur hukum dalam hal ini aparat penegak hukum sering sekali memarginalkan kepentingan-kepentingan dan hak-hak tersangka, terdakwa maupun terpidana dalam sistem peradilan pidana di Indonesia. Dalam sistem peradilan pidana mengenal adanya asas Praduga Tidak Bersalah (Presumption od Innonce) yang di dalam asas ini mengenal pula adanya 2 (dua) konsekuensi prinsip, yaitu Prinsip Miranda Rules (The right to remain silent) dan prinsip Hak Ingkar (The right of non self incrimination). Akan tetapi asas dan prinsip ini seolah-olah tidak di indahkan oleh aparat penegak hukum, baik itu kepolisian, kejaksaan, kehakiman hingga lembaga permasyarakatan. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana proses penegakan hukum sesuai prinsip peradilan yang berkepastian, adil dan manusiawi dan bagaimana praktik penegakan hukum di Indonesia sepanjang tahun 2020, yang mungkin sudah tidak di ditegakkan dengan bijaksana dan konsisten oleh aparat penegak hukum. Maka untuk menjawab permasalahan tersebut penelitian ini akan menggunakan metode penelitian yuridis-empiris dengan mendeskripsikan permasalahan sesuai dengan fakta yang ada. PubDate: 2022-05-29 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7938 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)
Authors:Ledy Diana Abstract: Ikan Terubuk merupakan ikan endemik yang hanya terdapat di perairan kabupaten Bengkalis, dan Kepulauan Meranti. Pemerintah berupaya untuk melindungi populasi ikan terubuk yang semakin berkurang dengan menerbitkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 59/MEN/2011 Tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk (Tenualosa macrura). Ketaatan nelayan terhadap peraturan tersebut adalah faktor penting terjaganya populasi ikan terubuk. Beberapa nelayan diketahui masih melanggar peraturan tersebut. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana ketaatan nelayan dalam pelaksanaan peraturan yang berlaku. Penelitian ini dilakukan di kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti. Jenis penelitian ini adalah penelitian sosiologis yuridis. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa wawancara, baik secara langsung maupun dengan penyebaran kuesioner. Kajian kepustakaan diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya dan mengkaji dari sisi asas kelestarian dan asas pembangunan berkelanjutan. PubDate: 2022-05-29 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7905 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)
Authors:Zainul Akmal Pages: 1 - 18 Abstract: UU No. 3 Tahun 2020 adalah peraturan yang membenarkan pelaku usaha untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab itu sangat berkemungkinan terjadinya perusakan terhadap lingkungan dan mengancam eksistensi masyarakat adat. Selain itu juga sangat berpotensi terjadi pertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuan penulisan jurnal ini untuk melihat relevansi antara UU No. 3 Tahun 2020 dengan Pancasila dan UUD 1945, Untuk mengetahui potensi terjadinya kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh UU No. 3 Tahun 2020, dan untuk mengetahui potensi ancaman terhadap eksistensi masyarakat adat. Hasil dari kajian yang ditemukan dalam jurnalini bahwa UU No. 3 Tahun 2020 sarat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, tidak ramah terhadap lingkungan dan eksistensi masyarakat adat. PubDate: 2022-05-29 DOI: 10.30652/rlj.v6i1.7885 Issue No:Vol. 6, No. 1 (2022)