Authors:Ni Nengah Wida Yasmari, Luh Putu Lila Wulandari, Desak Putu Yuli Kurniati, I Nyoman Gunarta, Ni Wayan Septarini Pages: 1 - 13 Abstract: Penyediaan suboxone adalah salah satu upaya untuk mengobati dan mencegah dampak bahaya dari narkoba suntik di kalangan penasun, dan juga mengurangi ketergantungan mereka pada obat-obatan. Namun, menurut data dasar dan observasi awal, ada indikasi bahwa suboxone juga disalahgunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penyalahgunaan suboxone kalangan penasun dan mengidentifikasi faktor penentunya. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan mewawancarai 11 penasun di Denpasar dan Badung. Peserta dipilih dengan menggunakan teknik purposive. Panduan wawancara digunakan selama wawancara. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis tematik. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peserta memiliki pengetahuan sedang terkait suboxone. Ada beberapa yang bersikap positif terhadap suboxone di mana peserta menganggap bahwa suboxone efektif dalam mengurangi ketergantungan obat, terutama bila digunakan dengan benar. Sikap mereka positif terhadap suboxone, namun bertentangan dengan perilaku mereka. Suboxone disalahgunakan dengan menyuntikkan, dan kadang-kadang digabungkan dengan obat lain. Faktor-faktor penentu penyalahgunaan suboxone, adalah kurangnya kontrol dari penyedia layanan kesehatan dan regulasi yang kurang pada peresepan suboxon, keamanan dan legalitas, pendekatan ekonomi, dorongan individu, kurangnya akses informasi yang akurat, dan juga konteks sosial dan lingkungan. Dukungan dan program pemberdayaan bagi penasun sangat penting untuk mengganti keinginan mereka menyuntikkan suboxone selama terapi. Penguatan pemantauan intensif untuk mengendalikan penyalahgunaan suboxone, dengan mengkombinasikan dukungan dari pihak lain termasuk keluarga juga penting untuk keberhasilan pelaksanaan terapi suboxone. PubDate: 2016-12-15 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2016)
Authors:Isa Ma’rufi, Anita Dewi PS., Ragil Ismi Hartanti, Reny Indrayani Pages: 14 - 21 Abstract: Kegiatan pekerjaan penambangan belerang di kawasan pegunungan ijen dijalankan secara tradisional, sedangkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak mendapatkan perlindungan secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keluhan kesehatan penambang belerang di kawasan pegunungan ijen di Kabupaten Banyuwangi. Jenis penelitian adalah deskriptif, dimana peneliti malakukan pengamatan, wawancara dan pengisian kuesioner serta melakukan pengukuran pada beberapa variabel yang sedang diteliti, yaitu sumber bahaya dan keluhan kesehatan. Sampel penelitian adalah 50 responden, dengan teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Teknik analisis data dari penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pertama, untuk keluhan pernafasan, sebagian besar penambang belerang mengeluh batuk berdahak yaitu sebanyak 37 responden (74%). Kedua, berdasarkan keluhan pada mata, sebagaian besar pekerja mengeluh mata mereka berair ketika menambang, yaitu 94%. Ketiga, berdasarkan keluhan pada kulit, keluhan terbesar yang dirasakan penambang pada kulit adalah kulit melepuh sebanyak 8%. Keempat, berdasarkan keluhan pada gigi, sebagian besar pekerja mengeluh gigi mereka linu yaitu 68%. Disarankan agar penambang belerang ketika menambang lebih disiplin memakai alat pelindung diri (APD) dan APD tersebut harus sesuai dengan standar. PubDate: 2016-12-15 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2016)
Authors:I Gusti Ayu Artini, Agung Wiwiek Indrayani Pages: 22 - 29 Abstract: Salah satu bentuk irasionalitas penggunaan antibiotika adalah penggunaan antibiotika secara mandiri, tanpa resep dokter.Proporsi penggunaan antibiotika secara mandiri pada mahasiswa kedokteran lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non kedokteran di beberapa negara.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji proporsi dan pola penggunaan antibiotika secara mandiri pada mahasiswa serta faktor-faktor yang mempengaruhi.Penelitian ini menggunakan rancangan analitik cross sectional. Pengambilan sampel diambil dengan teknikmultistage cluster sampling.Analisis hasil menggunakan uji chi square. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 81 orang dari 120 mahasiswa kedokteran (67,5%) pernah menggunakan antibiotika secara mandiri (tanpa resep dokter) sedangkan pada mahasiswa non kedokteran sebanyak 23 orang dari 120 mahasiswa (19,2%) (p<0,000).Dapat disimpulkan bahwa proporsi penggunaan antibiotika secara mandiri pada mahasiswa kedokteran lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non kedokteran. PubDate: 2016-12-15 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2016)
Authors:I Made Subrata, Ni Made Nuryanti Pages: 30 - 38 Abstract: Soil Transmitted Helminths (STH) masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang. Prevalensi STH di Indonesia tahun 2002-2006 pada wilayah-wilayah tertentu dengan sanitasi yang buruk mencapai 80% dan 60% diantaranya menginfeksi anak usia sekolah. Infeksi STH dapat menimbulkan kerugian bagi Negara. Di Bali prevalensi STH pada anak SD tahun 2004 mencapai 58,3%-96,8%. Penyebab utama penyebaran STH adalah sanitasi lingkungan dan personal higiene yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh personal higiene dan sanitasi lingkungan terhadap infeksi STH pada anak SD di kabupaten Gianyar. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional periode januari-Mei 2016. Sampel penelitian berjumlah 100 siswa yang ditentukan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji Chi Square, dan multivariat dengan Multiple Logistic Regression. Pemeriksaan spesimen menggunakan metode Kato-katz. Prevalensi infeksi STH mencapai 16% dengan prevalensi tertinggi pada jenis Trichiuris trichiura (13%). Faktor yang mempengaruhi infeksi STH pada anak SD yaitu kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun (OR=12,17; 95%CI=12,17; p=0,002), kuku tangan yang kotor (OR=11,87; 95%CI=2,18-64,53; p=0,004), dan tidak memiliki jamban (OR=7,94; 95%CI=1,73-36,25; p=0,007). Peningkatan praktik personal higiene dan penyedian fasilitas penunjang cuci tangan perlu di tingkatkan di lingkungan sekolah. PubDate: 2016-12-15 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2016)
Authors:Ni Kadek Ari Cipta Pratiwi, Sagung Chandra Yowani, I Gede Ketut Sajinadiyasa Pages: 39 - 48 Abstract: Kasus tuberkulosis resisten obat ganda telah menjadi masalah kesehatan yang serius. Penatalaksanaan klinis TB MDR menggunakan OAT (obat anti tuberkulosis) lini I yang masih sensitif dan lini II, sehingga risiko efek samping lebih berat dan waktu pengobatan lebih lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama terapi penggunaan obat anti tuberkulosis dengan efek samping obat pada pasien tuberkulosis resisten obat ganda (TB MDR). Penelitian ini dilakukan di RSUP Sanglah Kota Denpasar pada periode Desember 2015 sampai Pebruari 2016 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan rancangan retrospektif. Subjek pada penelitian ini adalah pasien TB MDR rawat jalan di RSUP Sanglah Kota Denpasar. Data rekam medis pasien digunakan untuk mengetahui lama terapi serta efek samping yang dikeluhkan pasien kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan analisis uji Fisher Exact. Pada penelitian ini diperoleh 15 pasien TB MDR yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Terdapat sebanyak 10 pasien (66,67%) dengan efek samping ringan dan sebanyak 2 pasien (13,33%) yang mengalami efek samping berat. Tiga pasien TB MDR (20%) sebaliknya tidak mengalami keluhan atau efek samping sama sekali. Hasil analisis dengan uji Fisher Exact menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lama terapi dengan efek samping obat (p=0,515). PubDate: 2016-12-30 Issue No:Vol. 3, No. 2 (2016)